“Tapi secara perlahan, aku akan membuat dia tunduk padaku! Kalau saja si bibi sialan itu nggak masuk kekamar dan memergoki kami, Cih!” geramnya mengingat kejadian tersebut.
“Tapi dia perg---gi. Ahhhhh!”
“Hanya seminggu kan?” sahut John. “Lagipula permen yang kuberikan akan membuatnya ingin segera pulang dan menemuiku. Saat itu aku akan menikmati tubuhnya sepuasnya.”
“Euuggghhhhh!” Amber mendongak dan membuka mulutnya saat ada yang kembali menyeruak memasuki miliknya. Ada kenikmatan luar biasa yang dirasakan gadis itu sehingga membuatnya mengerang.
“Ahhh….padahal tadi sebelum berangkat ke bandara kita sudah melakukannya sampai kita datang terlambat.” erang John mempercepat gerakan dan membuat suara berisik.
“Pasti akan lebih nikmat lagi saat aku melakukannya dengan Emily nanti! Aku akan jadi yang pertama bagi gadis itu.” ucap John dengan tersenyum puas. Pikirannya sudah dipenuhi dengan bayangan bersama Emily.
Sudah lama pria itu menantikan saat dimana dia bisa merenggut kesucian Emily. Saat ini, dipikiran lelaki itu bukanlah gadis pirang bermata biru yang tengah dipacunya melainkan seorang gadis berambut coklat tua dan bermata abu.
“Aaahhhhh, Emily,” erangnya merasa semakin bernafsu. “Emily…..aku akan menjadikanmu milikku. Akan kujadikan kamu seperti perempuan murahan yang haus sentuhanku.” desah John memacu semakin cepat dan ganas. “Emily…..Ahhhhh”
Sedangkan Amber pun tak kalah, kembali mengerang tapi lawan mainnya sama sekali tidak peduli. Di puncak kenikmatan dia memekik menjeritkan nama lelaki yang sudah memberikannya kenikmatan, “Aahhhhh! Johnnnnn!”
Permainan mereka masih berlanjut tanpa peduli apapun, tanpa disadari oleh kedua orang itu bahwa ada seorang pria paruh baya yang diam-diam mengamati. Setelah rampung memuaskan diri sendiri, dia pun bergegas pergi dengan seulas senyuman penuh arti diwajah yang mulai dipenuhi keriput itu.
“Aaahhhh, enak sekali John!” pekik Amber yang semakin mendesah keenakan.
...*****...
“Sayang, kenapa lama sekali?” Maya mencebik sebal saat Steve akhirnya datang. Tadi selepas kepergian Emily, baik John dan Amber sudah berpamitan pulang dan Steve menyuruh Maya agar menunggunya didalam mobil sementara dia kekamar mandi dulu. Setidaknya ada setengah jam lebih Maya harus menunggu.
“Maaf sayang,” sahut Steve sambil memasang sabuk pengaman. “Kamar mandinya tadi sedang dipakai jadi aku harus mengantri cukup lama. Bahkan akhirnya aku harus mencari kamar mandi lain yang kosong.” ucap Steve menjelaskan.
Maya mendengus menyahuti, dia masih sedih dengan kepulangan Emily ke Indonesia sehingga tidak terlalu menghiraukan ucapan suaminya.
“Ayo, kita pulang sekarang.” Steve melihat wajah istrinya yang murung lalu melirik ke miliknya dibawah yang ternyata masih mengembung. Ada seulas senyum yang menghiasi wajahnya sbeelum akhirnya dia menyalakan mobilnya. Tidak lama kemudian mobil Ford warna silver itupun melaju meninggalkan area bandara.
...******...
Emily baru saja selesai mengambil bagasinya lalu berniat pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Penerbangan selama dua puluh dua jam membuatnya sangat lelah dan merasa sedikit kurang nyaman.
“Ck! Ada-ada aja,” decaknya memijat kepala yang pusing karena jet lag. Sekilas di melirik ke dinding kaca sekedar memeriksa penampilannya sambil berjalan.
Hari ini dia memakai atasan sabrina berwarna biru muda, dipadu dengan rok tulle putih selutut, sepatu Gucci dan sling bag dengan merek yang sama. Emily tersenyum memperhatikan wajahnya dan merasa puas dengan penampilannya.
Tapi kemudian langkahnya terhenti karena dia merasa bahwa ada orang yang mengikutinya. Emily berusaha menenangkan diri lalu menggelengkan kepala membuang pikiran anehnya.
‘Ah, mungkin aku kelelahan saja. Sudahlah, ngapain juga mikir yang macam-macam. Mana mungkin ada orang yang menguntitku. Lagian buat apa coba?’ bisiknya didalam hati.
Lalu dia menegakkan punggung dan menyibakkan rambutnya diapun melangkah ke kamar mandi terdekat. Dengan cepat dia membasuh wajahnya lalu pergi ke rumah sakit dimana Eleanor dirawat.
Emily berniat akan menginap disana untuk menemani adik kembarnya itu, setidaknya nanti dia punya alasan untuk tidak pulang kerumah dulu. Saat Emily berjalan menuju ke kamar mandi dia merasa mulai tegang karena ternyata perasaannya tadi tidak salah.
Dia menyadari ada beberapa orang yang menguntitnya. Awalnya dia tidak terlalu peduli dan saat dia tiba di kamar mandi yang ditujunya ternyata penuh. Karena malas menunggu Emily pun lalu memutuskan mencari kamar mandi lain diarea bandara yang luas ini.
Saat itulah keanehan semakin dia rasakan. Kamar mandi kedua sedang dalam perbaikan dan Emily kembali menemui beberapa pria yang sama yang lagi-lagi muncul disekitarnya. Kalau dianggap sebagai kebetulan rasanya tidak mungkin karena sampai Emily berada di kamar mandi ketiga pun mereka masih saja mengikutinya.
Sikap mereka seolah pengunjung bandara sama seperti yang lain, ada yang menelepon, mengobrol, bermain handphone atau sekedar berdiri menyandar.
Emily tetap saja merasa itu semua aneh. ‘Kenapa mereka selalu ada dimanapun aku berada? Siapa sebenarnya mereka? Masa sih kemanapun aku pergi mereka juga ada disana seolah mereka sedang mengawasi aku? Ini aneh bener deh.’ pertanyaan memenuhi hati dan pikiran Emily.
Karena merasa ada yang tidak beres, Emily lalu bergegas ke pintu keluar. Mungkin lebih baik kalau dia langsung pergi kerumah sakit untuk menjenguk Eleanor.
“Taksi!” serunya melambaikan tangan tapi belum sempat taksi yang dipanggilnya sampai didekatnya, sebuah mobilmewah berwarna hitam berkilat tiba-tiba meluncur dan berhenti tepat didepannya.
“Nona Eleanor!” sapa seorang pria paruh baya dengan setelan jas hitam yang baru saja keluar dari mobil Maybach hitam itu. “Mari ikut saya. Beliau sudah menunggu.”
“Eh, apa?” Emily mengerjap kebingungan.
‘Kenapa mereka mencari Eleano? Bukankah Ele sedang dirawat dirumah sakit?’
“Ehm, maaf. Sepertinya anda salah orang.” ucap Emily sambil mundur selangkah.
“Nona, mohon menurut dan segera ikut dengan kami. Nona tahu bukan kalau beliau tidak suka menunggu lama?” kata pria itu lagi.
“Hah?” Emily mengerutkan dahinya merasa bingung. ‘Beliau? Beliau siapa sih maksudnya?’ pikirnya.
“Silahkan masuk Nona.” Emily tersentak dari lamunannya saat lelaki berjas itu tiba-tiba memegang lengannya dan menariknya agar masuk kedalam mobil.
“Nggak! Lepasin! Apa-apaan sih? Anda itu salah orang!” sekilas Emily melihat sekeliling, ini area umum dan banyak orang berlalu lalang kalau dia berteriak pasti ada yang akan menolongnya kan?
“Anda salah orang! Saya tidak mengenal anda dan saya tidak berniat untuk menuruti anda begitu saja apalagi mengikuti anda. Saya bukan Eleanor!” ujarnya berusaha bersikap tenang.
“Jadi itu berarti Nona Eleanor menolak ikut dengan kami secara baik-baik?”
“Sudah saya katakan kalau anda itu salah orang! Saya bukan Eleanor!” Emily kembali melangkah mundur. Beberapa kali dia menoleh mencoba menemukan petugas keamanan bandara. Ada rasa takut yang mulai muncul dalam hatinya juga pertanyaan yang berputar-putar dibenaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments