“Kenapa Eleanor? Tidak usah berlagak sok terkejut begitu!” ujar pria itu memutar-mutar ibu jarinya bermain-main di area Emily membuatnya kembali mendesah. “Apa kamu puas dengan ini? Bukankah ini semua adalah hasil perbuatanmu dan pacar gelapmu yang brengsek itu?”
“A—apa maksudmu? Aku tidak mengerti? Aku bu—bukan Eleanor!” Emily berusaha menjelaskan kalau mereka telah salah orang. Dia berusaha mempertahankan akal sehatnya yang mulai kembali.
Emily menggigit bibirnya hingga berdarah untuk tetap sadar. Dia menegrahkan seluruh sisa tenaganya, mencoba mengangkat tubuhnya agar lebih jelas melihat siapa pria yang sedang bersamanya itu. “Siapa kamu?” bisiknya. Tapi detik berikutnya Emily menjerit kesakitan saat ada benda yang memaksa memasukinya. “Akkhhhhh….sakit.”
“Sssttt…..tenanglah Eleanor. Kita sudah sering melakukannya kan? Kenapa kamu menjerit seperti itu?”
“Ahhhkk….jangan….jangan….hentikan….aku mohon! Hentikan….sakit...”
Emily terus menggeliat dan memberontak berusaha melepaskan diri, dia merasakan sakit dan perih seolah ada yang merobek dirinya. Bersamaan dengan itu pintu ruang kerja tiba-tiba saja didobrak terbuka dan seorang pelayan pria berlari masuk sambil berseru panik. “Tuan Muda, gawat!”
Jaysen yang baru saja akan melakukan penyatuan dengan Emily terkejut, “Shit!” makinya.
Dia langsung menindih Emily berusaha menutupi tubuh gadis itu yang setengah polos, “Apa yang kamu lakukan?” bentaknya pada pelayan itu.
“Ma---maaf. Sa---saya tidak bermaks----.”
“Keluar!”
“Ta—tapi di—dddiii---bawah---ada----” pelayan pria itu terbata-bata bicara dengan ketakutan.
“KELUAR!” teriak Jaysen dengan intonasi tinggi penuh amarah.
Jaysen mengeram marah, dia tetap menindih
Emily sampai dia yakin kalau sudah tidak ada orang lagi disana selain mereka berdua. “Diamlah disini,” perintahnya penuh intimidasi. Tangannya membelai rambut dan mengusap keringat didahi Emily. “Jangan keluar selangkahpun dari ruangan ini, Eleanor! Kamu mengerti kan?”
Tubuh Emily membeku seketika, meskipun kedua mata pria itu dililit perban tapi entah mengapa dia tetap bisa merasakan pandangan tajam dari sepasang mata itu. “Pakai bajumu,” katanya sementara dia sudah kembali berpakaian.
“Aku benci kalau ada yang melihat tubuhmu selain aku. Ah, ****!” Jaysen kembali memaki. “Si brengsek itu, dia bahkan menyentuh dan menikmatinya. Cih!” pria itu menoleh sejenak sebelum membuang wajah.
“Ahhhh!” Emily menjerit saat Jaysen mencekik lehernya, “Sak---saaakitt.” kedua matanya melotot, tampak ketakutan dan dia berusaha melawan tapi pria itu terlalu kuat mencengkeram lehernya.
“Brengsek kau Eleanor!,” geramnya semakin kuat mencengkeram leher Emily, membuat wajah cantik itu memerah karena kesulitan bernapas. “Kurang apa diriku, ha? Sampai kamu mencari lelaki lain?”
Emily tidak sanggup menjawab, dia hanya megap-megap berusaha menarik masuk udara ke paru-paru.
“Jangan khawatir! Si brengsek itu akan segera kuhabisi dan nanti potongan tubuhnya akan ku hadiahkan padamu. Baru setelah itu giliranmu untuk dihukum.” bisik Jaysen dengan nada sarat ancaman dan intimidasi.
Jaysen melemparkan tubuh Emily begitu saja sehingga membuat gadis itu terjerembab jatuh dan menjerit kesakitan. Bukannya peduli, dia malah berlalu pergi.
Sepeninggal Jaysen, Emily terbatuk-batuk mengelus lehernya yang sekarang sudah berwarna merah. Dengan tersengal dia mencoba menarik napas, kedua matanya sekarang digenangi air mata yang nyaris tumpah. Dalam kebingungan dia mulai berpikir, kenapa dia harus mengalami semua ini?
Setibanya di bandara dia diculik lalu disuntik obat bius bahkan nyaris diperkosa oleh seornag pria yang sama sekali tidak dikenalnya dan semuanya karena salah orang.
Dan tak ada seorangpun yang mau mempercayai ucapannya kalau dia adalah Emily Vionetta dan bukan Eleanor Milena. Meskipun mereka sudah melihat paspor dan identitas lainnya, mereka malah menganggapnya hanyalah seorang penipu, pembohong dan mengutuknya! Apa salah dia?
Emily memegang dadanya dengan satu tangan merasakan sakit hati diperlakukan seperti itu. Dan semua ini adalah akibat ulah dari adik kembarnya Eleanor. Entah apa yang sudah Eleanor lakukan sehingga membuat banyak orang marah.
“Mama…..,” isak Emily. Tubuhnya gemetaran bahkan untuk sekedar berdiri mengambil pakaian yang berceceran pun dia tidak sanggup. “Mama…...tolongin Emily.”
Gadis cantik berambut coklat itu masih terus menangis sampai kemudian tubuhnya terlonjak kaget saat ada seseorang yang memasuki ruang kerja itu.
“Si—siapa?” tanyanya, Emily meringkuk sebisa mungkin menutupi tubuhnya yang nyaris bugil. “Ja---jangan sentuh! Jangan! Jangan….ku mohon jangan sent---”
“Ssssttttt….tenanglah Ele! Aku nggak akan sebuas Jaysen yang langsung menerkam begitu melihatmu.” bisik pria yang baru saja masuk keruangan itu. Sebelah tangannya perlahan menyibak rambut Emily yang terurai menutupi wajahnya.
“Ja---Jaysen? Namanya Jaysen?” ucap Emily terbata-bata.
Pria itu mengerutkan keningnya saat mendengar pertanyaan Emily.
“Eleanor!” ujarnya. “Kamu hanya berpura-pura nggak mengenalnya, iyakan?”
Emily menggeleng, dia tidak berpura-pura tapi dia memang benar-benar tidak mengenalnya sama sekali. Selama empat belas tahun dia menetap di New York dan selama itu pula dia tidak pernah pulang ke Indonesia. Bagaimana mungkin dia mengenal siapa pria itu? Siapa Jaysen? Kenapa dia memperlakukan Emily seperti ini?
Tubuh Emily semakin gemetar saat teringat sosok Jaysen yang mengerikan. Sikap dingin dan arogan pria itu membuat Emily menyusut dalam ketakutan. Belum lagi tadi dia sempat samar-samar melihat kedua mata pria itu ditutupi perban. Meskipun wajahnya sangat tampan tapi dengan tampilannya seperti itu tampak mengerikan bagi Emily.
Emily semakin kaget saat pria itu mengambil selimut lalu menutupi tubuhnya. “Te—terima ka---kasih.” ucapnya dengan tergagap.
Pria itu menghela napas sambil mengusap tengkuknya, “Kamu ini benar-benar aneh Ele,” ujarnya. “Baru kali ini aku mendengarmu mengucapakan terima kasih. Kesambet apa kamu, ha?”
Emily mendongak dan kedua matanya membelalak saat melihat pria dengan dua warna mata yang ternyata berdiri didepannya sekarang.
“Kamu!” jeritnya marah. “Kenapa kamu menculikku? Kenapa kamu membiusku dan membawaku kesini? Apa kamu tahu apa yang kualami tadi, ha? Aku Emily bukan Eleanor! Kami kembar dan Eleanor adalah adik kembarku!” teriaknya penuh amarah dengan harapan mereka akan percaya dan melepaskannya karena kesalahpahaman ini sangat merugikannya. Kenapa kesalahan adik kembarnya harus dia yang menanggungnya?
“Ele, tenanglah!” ucap pria itu disela-sela pukulan yang Emily berikan padanya.
“Memangnya aku salah apa sampai harus mengalami semua ini? Kenapa kalian tidak percaya yang kukatakan? Aku bukan Eleanor dan berhenti memanggilku dengan nama adikku! Kenapa kalian tidak ada yang mengecek langsung? Hubungi keluargaku, Eleanor ada dirumah sakit sekarang!”
Melihat Emily yang terus memukulinya sambil berteriak dan menangis membuat pria itu semakin heran. Berulang kali Emily mengatakan kalau dia bukan Eleanor sejak awal. Dia pun melihat paspor atas nama Emily Vionetta tapi pria itu mengacuhkan karena mengira dia berbohong dengan memalsukan identitasnya.
“Come on Ele! Tentang aku yang menculikmu dan membawamu kesini, harusnya kamu sudah tahu kalau itu atas perintah Jaysen!”
Emily tidak menjawab tapi sepasang matanya yang berurai air mata itu masih memandang pria dihadapannya dengan sinar kemarahan dimatanya. ‘Kenapa orang-orang ini bodoh sekali menangkap orang yang salah dan masih saja tidak mau mencari tahu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments