Ruang penyiksaan keluarga Wisesa yang berada diruang bawah tanah memang didesain kedap suara. Setelah beberapa saat, Jaysen memerintahkan pengawal pria untuk membawanya ke kamar Emily.
Dia tak jadi sarapan pagi, suasana hatinya pun sangat buruk. Dia berjalan menuju ke kamar yang ditempati Emily. “Sampai disini saja!” perintahnya pada pelayan yang membantunya berjalan ke kamar Emily. Dua pengawal berdiri di depan pintu kamar untuk berjaga-jaga.
Pengawal langsung membuka pintu kamar lalu pria itu melangkah masuk. Pengawal menutup kembali pintu itu setelah Jaysen berada didalam kamar. Jaysen berhenti sejenak lalu menghirup udara dalam-dalam.
Dia mencium aroma yang berbeda dikamar itu, ini bukan aroma parfum yang biasa dipakai oleh Eleanor. “Apa kamu mengganti parfummu Ele?” dia bertanya sambil menarik napas kembali menikmati aroma yang memenuhi kamar tidur.
Biasanya Eleanor memakai parfum mahal dengan aroma tajam yang kahas. Tapi aroma yang sekarang dicium oleh Jayseen sejak semalam itu berbeda. Ini bukan aroma yang Eleanor akan pakai, wanginya terllau lembut dan sama sekali bukan selera Eleanor. Tapi Jaysen sangat menyukai aroma parfum ini.
“Wangi bunga yang lembut dan juga segar! Tumben kamu mengganti parfummu.” Jaysen mendesah. Lalu dia berjalan mendekati tempat tidur Emily, “Ele, aku lebih menyukai aroma parfummu yang sekarang. Rasanya membuat perasaanku lebih rileks dan ringan saat mencium aromanya. Jauh berbeda dari aroma parfummu yang biasanya kuat dan khas.”
Tangannya menelusuri tubuh Emily yang ditutupi selimut, mulai dari kaki hingga bahunya. Jaysen menurunkan selimutnya yang menutupi setengah wajah Emily lalu menyibakkan rambut coklat gadis cantik itu.
“Ele...”panggilnya dengan lembut ditelinga gadis itu.”Ayo bangun, jangan pura-pura tidur! Aku tahu kamu itu hanya pura-pura!”
Emily meringkuk ketakutan, kedatangan Jaysen saja sudah jadi teror yang membuatnya trauma. Pria brengsek itu membuatnya ketakutan setengah mati.
Hanya karena kesalahpahaman hidupnya jadi kacau dan dia jadi trauma. ‘Apa yang akan dilakukan laki-laki ini padaku? Siksaan macam apa lagi yang aku dia berikan padaku?’ gumamnya didalam hati.
Flasback on
Emily menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya. Sejak semalam dia merasa tidak enak badan dan sekarang menggigil. Tapi yang dirasakannya paling sakit dan membuat gadis itu merintih adalah pergelangan tangan kirinya.
Jaysen bagai kesetanan menyentuhnya, mungkin karena dia mendapati tubuh gadis yang dia kira Eleanor itu berbeda dari biasanya. Dia sudah sering bercinta dengan Eleanor meskipun dia buta sekarang, dia masih ingat setiap inci tubuh gadis itu.
Emily memang sangat berbeda, selera mereka pun berbeda meskipun Emily dan Eleanor saudara kembar tapi banyak hal yang berbeda, aroma gadis itu yang membuat Jaysen kehilangan akal.
Dia pikir mungkin Eleanor sengaja mengganti parfumnya atau apapun itu untuk menyenangkan hatinya setelah apa yang terjadi sebelumnya. Tak mempedulikan Emily yang meronta dan menangis hingga akhirnya dia tidak bergeral, dia tetap mengira itu hanya pura-pura pingsan saja.
Bahkan sekarang pun Jaysen masih menganggap Emily berpura-pura sakit. Sedangkan Emily yang meringkuk dan mengerang dibalik selimut,
“Sakit…..” dia mengelus pergelangan tangannya yang sudah bengkak dan semakin membiru. Belum lagi sakit dibagian leher dan kakinya saat dia menggerakkan kakinya. Belum lagi rasa perih itu semakin menjadi-jadi hari ini.
Entah apa yang terjadi, mungkin ada luka robek yang mengakibatkan rasa perih dan sakit dibagian tubuhnya itu sangat menyiksanya. “Sakit maaa…..Mama…..tolongin Emily!”
Belum lama dia berpisah dengan Maya, bibi sekaligus ibu angkatnya tapi semua terasa bagai mimpi. Dari kehidupan tenang dan damai penuh kasih sayang, dalam sekejap berubah seperti hidup di neraka dalam 24 jam.
Siksaan yang diterimanya membuatnya sangat menyesali telah pulang ke Indonesia. Andai waktu bisa diputar kembali dia takkan mengindahkan permintaan ibu kandungnya agar dia pulang. Dia takkan peduli jika kedua orang tuanya membencinya toh selama ini mereka tak pernah menyayanginya.
Tapi nasi sudah menjadi bubur, kini hidupnya hancur! Belum lagi dia terkurung di rumah mewah itu dan tak bisa kemana-mana. Entah berapa lama dia akan ditahan disana dan diperlakukan semena-mena oleh pria kejam itu.
Emily mengalami terlalu banyak teror dan kejadian mengerikan sejak dia menginjakkan kaki di Indonesia. Dia bahkan belum sempat keluar dari bandara dan sudah diculik.
“Pulang...hiks...hiks...aku mau pulang.” isaknya. Tangisnya berlanjut hingga suara di luar pintu kamar membuatnya menjadi waspada. Tadi ada seorang pelayan perempuan yang datang untuk memintanya agar ikut sarapan pagi.
Tapi Emily malah menolaknya karena sekujur tubuhnya terasa sakit dan dia tidak sanggup untuk menggerakkan tubuhnya.
Rasa nyeri pergelangan tangan dan kakinya membuatnya enggan bergerak karena hanya bergerak sedikit saja sudah membuatnya meringis kesakitan. Apalagi harus berjalan menuruni tangga untuk sarapan bersama Jaysen?
Bisa-bisa dia malah mati berdiri kalau harus berhadapan dengan pria iblis itu lagi. Lagipula bagaimana caranya dia berjalan kalau untuk menggerakkan kakinya saja dia sudah tak tahan merasakan rasa sakit dan nyeri.
Flashback off
“Apa kamu berganti parfum Ele?”
Deg!
‘Mampus aku! Bukankah itu suara pria iblis itu ya?’ bisiknya didalam hati saat mendengar suara seorang pria. Membuat Emily semakin tegang dan ketakutannya pun meningkat drastis. Takut, ya dia sangat ketakutan pada lelaki itu.
Emily mencoba memejamkan matanya untuk berpura-pura tidur agar bisa terlepas dari kekejaman manusia iblis itu. Dia berharap lelaki buta itu akan segera keluar dari kamar dan meninggalkannya sendiri.
“Ele….jangan pura-pura tidur.Ayo cepat bangun.”
Emily tak bergeming, didalam hatinya dia berusaha kuat untuk menahan rasa takutnya. Dia benar-benar berharap smeoga lelaki iblis itu lekas pergi.
“Ehem! Apa kamu benar-benar tidur?” tanya Jaysen. Emily bisa merasakan hembusan napas lelaki itu diwajahnya, dia menandakan kalau posisi mereka saat ini sangat dekat. Ketakukan Emily pun semakin meningkat, dia sudah tidak tahan lagi jika harus berhadapan dengan lelaki itu.
“Baiklah kalau kamu memang sedang tidur. Mau bagaimana lagi.”
Emily hampir menghela napas lega saat mendengar perkataan lelaki itu. Tapi di detik berikutnya dia menjerit karena Jaysen tiba-tiba saja meloncat naik ke tempat tidur dan berbaring di sebelahnya.
“Lepaskan!” seru Emily saat Jaysen merangkulnya dan memperlakukannya seperti bantalguling.
“Lepas! Isssss!”
Jaysen memasang seringai licik diwajah tampannya sehingga membuat Emily sadar bahwa dia sudah ketahuan berbohong sejak tadi.
“Apa kamu pikir aku bisa dibohongi semudah itu? Apa kamu pikir aku tidak akan tahu, hem?” bisiknya dengan nada mengejek. “Ele! Apa kamu lupa siapa aku? Tidak ada seorangpun yang bisa membohongiku! Aku akan segera tahu!” gelaknya seolah dia menganggap lucu usaha Emily yang maih berontak dalam pelukannya.
“Sakit!” isak Emily. Dia sudah kelelahan dengan usahanya untuk melepaskan diri dari Jaysen. “Sakit!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments