BAB 19. MENGENANG MASA LALU

Suasana hening menyelimuti malam hari itu. Di dalam kamar yang berukuran tidak terlalu besar namun nyaman, tampak seorang pria paruh baya sedang duduk di atas kasur. Matanya terfokus pada deretan foto di dalam album yang beberapa tampak berserakan di sana. Sesaat laki-laki itu menyeka air matanya yang basah.

Jari-jari tangannya yang sudah mulai tampak tanda-tanda keriput, terus mengusap foto dua gadis kembar yang masih kecil. Mereka tampak lucu sekali dengan pakaian yang sama dan senyum yang ceria. 

Sesaat kemudian, seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamar itu. Dia menyimpan gelas dan teko berisi air di atas nakas lalu ikut naik ke atas tempat tidur. Duduk di samping sang suami.

"Lagi apa, Yah?" tanya Ibu Araya. Dia menyandarkan kepalanya di bahu sang suami dan melingkarkan tangannya di lengan laki-laki itu. Sang suami menoleh ke arah sang istri dan mencium puncak kepala istrinya tersebut.

"Ayah sedang melihat foto kedua anak gadis kita. Tidak terasa ya, waktu berlalu begitu cepat," jawab ayah Lukman sambil terus mengusap foto Kian dan juga Lian yang masih kecil.

"Ayah merindukan mereka?" tanya ibu Araya. Dia menegakkan kepalanya dan lalu menatap sang suami.

"Ayah merindukan masa kecil mereka," jawab Ayah Lukman.

"Hmm," gumam sang istri.

"Ayah ingat waktu pertama kali dokter mengatakan kalau kamu hamil anak kembar, rasanya seperti ayah ingin terbang saja saking senangnya. Apalagi saat mereka lahir. Wajah mereka yang begitu imut, begitu cantik, dan begitu mirip membuat ayah sampai tak bisa berkata apa-apa lagi," ucap ayah Lukman sambil tersenyum mengingat masa lalunya.

"Iya. Dan kita tidak pernah melewatkan perkembangan mereka, bukan? Meskipun ayah bekerja tapi ayah tidak pernah mengurangi rasa perhatian dan rasa sayang ayah kepada mereka. Ayah selalu memberikan apapun yang mereka mau. Ayah bahkan rela begadang semalaman untuk menemani mereka bermain walaupun saat itu kondisi ayah sedang sangat lelah setelah bekerja seharian," jelas sang istri.

"Iya Bu. Mau bagaimana lagi. Setiap pagi sampai sore ayah selalu berada di kantor. Dan kalau malam tiba, mereka sudah terlelap. Jadi ketika mereka tiba-tiba saja sama-sama tidak bisa tidur, itu adalah kesempatan ayah meluangkan waktu untuk mereka," jelas ayah Lukman.

Ayah Lukman menutup album foto di tangannya. Merapikan semua album yang berserakan di atas kasur lalu membersihkannya tempat tidur itu secara perlahan. Dia tidak ingin ada debu dari album yang menempel di sana. Setelah selesai, ayah Lukman kembali baik ke atas tempat tidur lalu membaringkan tubuhnya. Diikuti sang istri yang langsung menghambur memeluknya. Sehingga kini kepala ibu Araya berada di dada ayah Lukman. Dan tangan wanita itu melingkar di atas perut sang suami.

"Sekarang semuanya sudah berakhir. Semuanya sudah berubah," sambung ayah Lukman. Ibu Araya terdiam tanpa mau berkomentar.

"Kedua anak kecil kita, sekarang sudah berubah menjadi dewasa. Mereka sudah tidak bisa kita atur lagi karena mereka sudah punya keinginan sendiri-sendiri yang tak jarang bertentangan dengan keinginan kita. Sekarang mereka sudah bisa mengambil keputusan sendiri walaupun tak jarang juga mereka mengambil keputusan yang salah. Dan kita sebagai orang tuanya masih punya kewajiban untuk membimbing mereka, bukan?" tanya Ayah Lukman. Ibu Araya mendongakkan wajahnya menatap sang suami.

"Ayah sedang membicarakan Lian?" tanya Ibu Araya.

"Iya tentu saja. Bahkan sampai sekarang ayah masih tidak bisa berpikir, bagaimana bisa dia tergoda kepada anak berandalan itu? Lian bahkan sudah berhubungan lebih dari satu tahun dan kita sama-sama tidak mengetahui hal itu," sambung ayah Lukman.

"Mereka ada di masa puber, Yah. Dimana mereka lebih memilih mementingkan ego daripada pikiran yang jernih. Ibu juga kecewa kenapa Lian sampai berbuat seperti itu. Dia bahkan selalu membangkang jika kita memberikannya pengertian. Tapi ibu juga tidak sepenuhnya menyalahkan anak itu. Karena bagaimanapun masanya Kian dan Lian sekarang adalah masa dimana mereka selalu memberontak jika apa yang mereka inginkan tidak diberikan atau tidak dimengerti oleh orang tua mereka," jelas ibu Araya.

"Tapi Kian tidak begitu," ucap ayah Lukman membandingkan kedua anaknya.

"Bukankah dari sejak kecil sifat Kian memang berbeda dengan kakaknya, Lian? Dari sejak kecil, kita selalu melihat kalau Kian selalu mengalah kepada Lian. Sebuah hubungan dimana biasanya sang kakak yang selalu mengalah kepada sang adik tapi itu tidak dialami oleh mereka. Kian sebagai seorang adik justru lebih banyak mengalah kepada Lian," jelas Ibu Araya lagi. Ayah Lukman mengangguk.

"Iya. Beruntung kita sudah menikahkan Lian dengan Rama. Kalau tidak, ayah tidak tau apa yang akan dilakukan oleh Lian bersama laki-laki berandalan itu."

Ibu Araya mengangkat tubuhnya dan kembali duduk di samping sang suami dan menghadapkan wajahnya kepada laki-laki itu.

"Tapi ayah, apa keputusan kita menikahkan Lian dengan Rama itu benar?" tanya Ibu Araya.

"Memangnya kenapa?" 

"Lian menerima pernikahan ini adalah karena paksaan dan ancaman dari ayah. Dia tidak mencintai suaminya. Bahkan hatinya masih dimiliki orang lain. Apakah pernikahan mereka akan bahagia terutama bagi anak kita?" tanya ibu Araya.

"Tentu saja ini adalah keputusan yang tepat. Rama adalah cucu dari Tuan Bimo, seorang pengusaha kaya raya di negeri ini."

"Maksud ayah? Jadi ayah sengaja menikahkan Lian dengan Rama karena keluarga mereka yang kaya?" tanya ibu Araya. Sang suami malah terkekeh.

Ayah Lukman bangun dari tidurnya dan kini mereka duduk saling berhadapan di atas kasur. Tangan ayah Lukman mengusap kepala sang istri.

"Bukan begitu sayang. Kamu tau sendiri kan jika Rama adalah cucu dari Tuan Bimo. Sedangkan tuan Bimo sendiri adalah sahabat ayah Dul. Jika ayah Dul saja setuju untuk kita menjalin hubungan dengan keluarga mereka, lalu kenapa aku harus ragu. Setidaknya Lian akan mendapatkan kucuran kasih sayang di rumah itu. Sekarang tinggal bagaimana Lian saja yang sudah harus menentukan sikap."

Ayah Lukman memutar tubuhnya dan mengambil ponsel dari atas nakas. Sekejap dia menggunakan ponsel tersebut lalu menyimpannya kembali ke atas nakas.

"Apa yang Ayah lakukan?" tanya sang istri yang bingung.

"Ayah baru ingat kalau ayah belum mentransfer uang untuk bekal Kian di sana. Jadi ayah langsung transfer barusan," jelas ayah Lukman.

"Ayah masih mengirim Kian uang? Tapi bukankah dia di sana sedang bekerja juga ya? Lalu kenapa Ayah masih mengirim dia uang?" tanya ibu Araya tidak mengerti.

"Bu, walaupun Kian sudah bekerja akan tetapi dia belum memiliki pasangan yang siap bertanggung jawab untuk mengurus lahir dan batinnya. Ayah tidak khawatir dengan Lian karena sekarang dia sudah menjadi tanggung jawab Rama suaminya. Sedangkan Kian, selama dia belum menikah maka segala tanggung jawab tentang kehidupannya masih menjadi tanggung jawab Ayah, bukan?" Jelas Ayah Lukman.

"Iya juga sih." Sang istri mengangguk-anggukan kepalanya.

"Sudahlah tak apa. Lagipula ayah selalu percaya pada Kian. Dia tidak mungkin menyalahgunakan semua fasilitas yang ayah berikan kepadanya. Apalagi melakukan sesuatu sampai merusak nama baik keluarga."

"Karena Kian berbeda dengan Lian, ya?"

"Nah itu ibu mengerti." ucap Ayah Lukman sambil terkekeh.

"Baiklah ini sudah malam. Sebaiknya kita segera tidur," kata ayah Lukman sambil memposisikan sang istri untuk kembali berbaring. 

"Atau apa ibu mau kita bikin adik untuk Lian dan Kian? Siapa tau bisa dapat kembar lagi?" ucap ayah Lukman sambil menggoda sang istri.

****

****

****

Episodes
1 BAB 1. PESTA PERNIKAHAN
2 BAB 2. BERTUKAR IDENTITAS
3 BAB 3. RESEPSI
4 BAB 4. GADIS KEMBAR
5 BAB 5. PERMINTAAN KAKEK
6 BAB 6. BERBICARA
7 BAB 7. BERPAMITAN
8 BAB 8. HARI PERTAMA DI RUMAH KAKEK BIMO
9 BAB 9. UNGKAPAN KENYATAAN
10 BAB 10. BERTEMU VICKY
11 BAB 11. JANGAN LUPA STATUSMU
12 BAB 12. HAMPIR SAJA
13 BAB 13. MEMINTA IZIN
14 BAB 14. AKAN PERGI
15 BAB 15. TAWARAN BEKERJA
16 BAB 16. BERTEMU TEMAN LAMA
17 BAB 17. SAMIR
18 BAB 18. KEBERUNTUNGAN BERUNTUN
19 BAB 19. MENGENANG MASA LALU
20 BAB 20. TERENGGUT
21 BAB 21. MEMINTA IZIN PADA KAKEK
22 BAB 22. MENGAJAK JALAN-JALAN
23 BAB 23. JALAN-JALAN KE KEBUN BINATANG
24 BAB 24. BANDARA
25 BAB 25. SAFIRA
26 BAB 26. KAMU DIMANA MAS?
27 BAB 27. DIGANGGU PREMAN
28 BAB 28. TAK INGIN JUJUR
29 BAB 29. PENASARAN
30 BAB 30. KEMBALILAH SEPERTI DULU
31 BAB 31. LEBIH MENYAYANGI KAKEK
32 BAB 32. BERTOLAK BELAKANG
33 BAB 33. BERTENGKAR
34 BAB 34. CANTIK SEKALI
35 BAB 35. ULANG TAHUN AMARTA'S GROUP
36 BAB 36. MEMINTA PENJELASAN
37 BAB 37. SAFIRA MARAH
38 BAB 38. KECEWA
39 BAB 39. MULAI MENYELIDIKI
40 BAB 40. BERBICARA DENGAN SAMIR
41 BAB 41. PLAN B
42 BAB 42. TIDAK BISA FOKUS
43 BAB 43. SIAPA ITU SAFIRA
44 BAB 44. MENGAMBIL HAK
45 BAB 45. KAKEK PULANG
46 BAB 46. SADAR
47 BAB 47. CEMBURU
48 BAB 48. JATUH CINTA
49 BAB 49. UNDANGAN REUNI
50 BAB 50. REUNI
51 BAB 51. JANGAN SENTUH ISTRIKU
52 BAB 52. AKU AKAN MELINDUNGIMU
53 BAB 53. TIDAK PEDULI LAGI
54 BAB 54. TIDAK SUKA
55 BAB 55. MEMINTA UANG
56 BAB 56. INGIN MAKAN MASAKANMU
57 BAB 57. HAMIL
58 BAB 58. MEMERAS
59 BAB 59. JANGAN BERIKAN APAPUN
60 BAB 60. IKUTLAH DENGANKU
61 BAB 61. TOLONG AKU
62 BAB 62. RUMAH SAKIT
63 BAB 63. INGIN BERTANYA
64 BAB 64. MENGAMBIL KEPUTUSAN
65 BAB 65. MENINGGAL
66 BAB 66. CURIGA
67 BAB 67. JUJUR PADA IBU
68 BAB 68. MEMBERIKAN UANG
69 BAB 69. DATANG KE KANTOR
70 BAB 70. AMBIL ALIH
71 BAB 71. LAPAR
72 BAB 72. BERTEMU INDRA
73 BAB 73. PENULIS
74 BAB 74. BERJANJILAH
75 BAB 75. IZIN KEMBALI
76 BAB 76. BERTENGKAR
77 BAB 77. MENGAMBIL SEMUANYA
78 BAB 78. MENJUAL PERHIASAN
79 BAB 79. BERKELAHI DENGAN VICKY
80 BAB 80. BERCANDA
81 BAB 81. TAK INGIN JUJUR
82 BAB 82. BERLARI
83 BAB 83. MENGIDAM SOP BUAH
84 BAB 84. TIDAK MENGERTI
85 BAB 85. KAKAK TIRI
86 BAB 86. TOLONG AKU MAS
87 BAB 87. MENGAMUK
88 BAB 88. TERGUNCANG
89 BAB 89. GELISAH
90 BAB 90. KASMARAN
91 BAB 91. INGIN BERTEMU
92 BAB 92. PANIK
93 BAB 93. SUDAH TAHU
94 BAB 94. TERLAMBAT
95 BAB 95. SIAPA KAMU
96 BAB 96. KECEWA
97 BAB 97. MENUNGGU
98 BAB 98. MENJELASKAN
99 BAB 99. KARENA CINTA
100 BAB 100. MENGANCAM
101 BAB 101. TIDAK BISA
102 BAB 102. CINTA TERLARANG
103 BAB 103. PULANG
104 BAB 104. PERTENGKARAN DI RUMAH SAKIT
105 BAB 105. RENCANA
106 BAB 106. PESTA ULANG TAHUN
107 BAB 107. KEGUGURAN
108 BAB 108. MEMERIKSA CCTV
109 BAB 109. MENYELIDIKI
110 BAB 110. RAGU
111 BAB 111. SUDAH TAHU
112 BAB 112. DITANGKAP
113 BAB 113. MENIKAHLAH DENGANKU (Tamat)
Episodes

Updated 113 Episodes

1
BAB 1. PESTA PERNIKAHAN
2
BAB 2. BERTUKAR IDENTITAS
3
BAB 3. RESEPSI
4
BAB 4. GADIS KEMBAR
5
BAB 5. PERMINTAAN KAKEK
6
BAB 6. BERBICARA
7
BAB 7. BERPAMITAN
8
BAB 8. HARI PERTAMA DI RUMAH KAKEK BIMO
9
BAB 9. UNGKAPAN KENYATAAN
10
BAB 10. BERTEMU VICKY
11
BAB 11. JANGAN LUPA STATUSMU
12
BAB 12. HAMPIR SAJA
13
BAB 13. MEMINTA IZIN
14
BAB 14. AKAN PERGI
15
BAB 15. TAWARAN BEKERJA
16
BAB 16. BERTEMU TEMAN LAMA
17
BAB 17. SAMIR
18
BAB 18. KEBERUNTUNGAN BERUNTUN
19
BAB 19. MENGENANG MASA LALU
20
BAB 20. TERENGGUT
21
BAB 21. MEMINTA IZIN PADA KAKEK
22
BAB 22. MENGAJAK JALAN-JALAN
23
BAB 23. JALAN-JALAN KE KEBUN BINATANG
24
BAB 24. BANDARA
25
BAB 25. SAFIRA
26
BAB 26. KAMU DIMANA MAS?
27
BAB 27. DIGANGGU PREMAN
28
BAB 28. TAK INGIN JUJUR
29
BAB 29. PENASARAN
30
BAB 30. KEMBALILAH SEPERTI DULU
31
BAB 31. LEBIH MENYAYANGI KAKEK
32
BAB 32. BERTOLAK BELAKANG
33
BAB 33. BERTENGKAR
34
BAB 34. CANTIK SEKALI
35
BAB 35. ULANG TAHUN AMARTA'S GROUP
36
BAB 36. MEMINTA PENJELASAN
37
BAB 37. SAFIRA MARAH
38
BAB 38. KECEWA
39
BAB 39. MULAI MENYELIDIKI
40
BAB 40. BERBICARA DENGAN SAMIR
41
BAB 41. PLAN B
42
BAB 42. TIDAK BISA FOKUS
43
BAB 43. SIAPA ITU SAFIRA
44
BAB 44. MENGAMBIL HAK
45
BAB 45. KAKEK PULANG
46
BAB 46. SADAR
47
BAB 47. CEMBURU
48
BAB 48. JATUH CINTA
49
BAB 49. UNDANGAN REUNI
50
BAB 50. REUNI
51
BAB 51. JANGAN SENTUH ISTRIKU
52
BAB 52. AKU AKAN MELINDUNGIMU
53
BAB 53. TIDAK PEDULI LAGI
54
BAB 54. TIDAK SUKA
55
BAB 55. MEMINTA UANG
56
BAB 56. INGIN MAKAN MASAKANMU
57
BAB 57. HAMIL
58
BAB 58. MEMERAS
59
BAB 59. JANGAN BERIKAN APAPUN
60
BAB 60. IKUTLAH DENGANKU
61
BAB 61. TOLONG AKU
62
BAB 62. RUMAH SAKIT
63
BAB 63. INGIN BERTANYA
64
BAB 64. MENGAMBIL KEPUTUSAN
65
BAB 65. MENINGGAL
66
BAB 66. CURIGA
67
BAB 67. JUJUR PADA IBU
68
BAB 68. MEMBERIKAN UANG
69
BAB 69. DATANG KE KANTOR
70
BAB 70. AMBIL ALIH
71
BAB 71. LAPAR
72
BAB 72. BERTEMU INDRA
73
BAB 73. PENULIS
74
BAB 74. BERJANJILAH
75
BAB 75. IZIN KEMBALI
76
BAB 76. BERTENGKAR
77
BAB 77. MENGAMBIL SEMUANYA
78
BAB 78. MENJUAL PERHIASAN
79
BAB 79. BERKELAHI DENGAN VICKY
80
BAB 80. BERCANDA
81
BAB 81. TAK INGIN JUJUR
82
BAB 82. BERLARI
83
BAB 83. MENGIDAM SOP BUAH
84
BAB 84. TIDAK MENGERTI
85
BAB 85. KAKAK TIRI
86
BAB 86. TOLONG AKU MAS
87
BAB 87. MENGAMUK
88
BAB 88. TERGUNCANG
89
BAB 89. GELISAH
90
BAB 90. KASMARAN
91
BAB 91. INGIN BERTEMU
92
BAB 92. PANIK
93
BAB 93. SUDAH TAHU
94
BAB 94. TERLAMBAT
95
BAB 95. SIAPA KAMU
96
BAB 96. KECEWA
97
BAB 97. MENUNGGU
98
BAB 98. MENJELASKAN
99
BAB 99. KARENA CINTA
100
BAB 100. MENGANCAM
101
BAB 101. TIDAK BISA
102
BAB 102. CINTA TERLARANG
103
BAB 103. PULANG
104
BAB 104. PERTENGKARAN DI RUMAH SAKIT
105
BAB 105. RENCANA
106
BAB 106. PESTA ULANG TAHUN
107
BAB 107. KEGUGURAN
108
BAB 108. MEMERIKSA CCTV
109
BAB 109. MENYELIDIKI
110
BAB 110. RAGU
111
BAB 111. SUDAH TAHU
112
BAB 112. DITANGKAP
113
BAB 113. MENIKAHLAH DENGANKU (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!