Pesta pernikahan masih berlanjut. Kian yang kini sudah berpakaian gaun berwarna pink terlihat sangat cantik. Dengan balutan riasan wajah yang natural juga tatanan rambut yang rapi, membuat gadis itu tampak semakin mempesona.
Seluruh anggota keluarga menyangka jika gadis yang terlihat sangat cantik itu adalah Lian. Karena mereka tau jika gaun yang dipakai oleh gadis itu adalah pemberian dari Kakek Bimo, kakeknya Rama, spesial untuk cucu menantunya. Sayangnya mereka semua sudah tertipu karena nyatanya gadis di balik gaun indah tersebut bukanlah Lian melainkan Kian.
Senyuman tulus terus tergambar di wajah Kian. Sungguh dia memainkan peranannya dengan semaksimal mungkin. Dia tidak membuka sedikit celah pun kepada keluarganya untuk merasa curiga jika saudara kembar ini saling bertukar identitas.
"Dimana Kian?" tanya sang ayah sambil berbisik.
"Tadi masih di kamar," jawab Kian lirih.
"Oohh.."
Sang ayah mengantarkan Kian hingga duduk di pelaminan di samping Rama. Tak ada seulas senyum pun dari bibir laki-laki itu. Dia hanya melirik sekilas kepada wanita di sampingnya yang dia tahu sebagai istrinya saat ini.
Kian mencoba sebisa mungkin untuk tenang walaupun sebenarnya tubuhnya sedikit gemetar dan hatinya begitu gelisah. Perasaannya campur aduk hingga dia sendiri pun tak tahu bagaimana cara menyebutkannya.
Kian melihat laki-laki di sampingnya yang terus menerus melihat ke arah jam di tangannya. Dari gelagatnya bisa terlihat dengan jelas jika laki-laki itu benar-benar tidak menikmati acara tersebut. Sungguh aneh memang. Karena seharusnya dia sebagai pengantin pria merasa bahagia dengan acara pernikahan ini. Atau mungkin apa yang dikatakan oleh Lian di kamar tadi tentang laki-laki ini yang juga dijodohkan adalah benar?
Kian tak berani menatap wajah Rama sama sekali. Dia hanya bisa melirik sebentar lalu kembali tertunduk. Dan hal itu sebenarnya disadari oleh Rama juga. Bahkan laki-laki itu juga sebenarnya bisa melihat kedua tangan wanita di sampingnya ini sedikit gemetar. Akan tetapi dia tidak memperdulikan hal itu.
"Hey, pengantin kok diam saja. Ayo ikut menari. Ini adalah acara resepsi kalian. Masa kalian malah bengong seperti ini?" ucap Kakek Bimo yang langsung menarik pasangan pengantin ini untuk berdiri di lantai dansa.
Acara resepsi pernikahan yang digelar di sebuah gedung mewah ini memanglah memakan biaya yang tidak sedikit. Akan tetapi hal itu tidak begitu berpengaruh bagi pengusaha paling sukses di negara tersebut itu. Apalagi acara resepsi ini khusus diadakan oleh sang kakek untuk cucu satu-satunya yang dia punya.
Memiliki tema berwarna pink dan biru langit yang dipadukan dengan warna putih salju, membuat gedung itu seperti disulap menjadi kerajaan bak negeri dongeng. Sungguh sang kakek tak mau main-main dengan hal ini.
Kian dan juga Rama kini sudah berdiri di tengah arena berdansa. Sebuah musik romantis pun mulai mengalun dengan sangat merdu. Beberapa pasangan yang juga hadir di dalam pesta tersebut, satu persatu mulai berjalan ke arena berdansa dan ikut menari romantis. Dengan sigap Rama memeluk pinggang Kian dan sedikit menariknya menyisakan jarak diantara mereka yang sangat sedikit. Salah satu tangan laki-laki itu menyentuh tangan Kian dan memposisikannya di lehernya. Kian yang mengerti maksud dari Rama akhirnya melingkarkan kedua tangannya di leher suami pura-puranya itu.
Mereka berdua mulai menggerakan tubuh ke kiri dan ke kanan senada dengan alunan musik yang dimainkan. Memang seharusnya ini adalah momen yang paling romantis bagi seorang pasangan. Akan tetapi tidak untuk Rama dan juga Kian. Tubuh mereka memang bergerak tapi sejak dari tadi mata Rama tak sedetik pun menatap wajah Kian. Laki-laki itu selalu mengalihkan pandangan mereka ke arah lain.
"Mas Rama…" Kian akhirnya memberanikan diri untuk bersuara. Akan tetapi Rama tidak menjawab.
"Kalau Mas Rama tidak mau berdansa, kita kembali ke pelaminan saja," ucap Kian lagi.
Rama tak menggubris kata-kata Kian sama sekali. Dia terus berdansa dan tanpa menghiraukan posisi wanita di depannya yang sudah mulai tidak merasa nyaman. Akhirnya Kian hanya bisa menundukkan wajahnya kembali. Biarlah semua orang berpikir jika dirinya malu berhadapan dengan Rama dalam jarak yang sangat dekat, pikir Kian kembali.
Setelah dirasa cukup, Rama pun melepaskan pelukannya dari pinggang Kian. Dengan sangat hati-hati dan juga lembut, laki-laki itu menggenggam tangan Kian seolah menjaganya agar tidak terjatuh. Melihat kejadian itu, kakek Bimo tersenyum. Dia sangat senang karena menurutnya sang cucu sudah mulai mau menerima wanita itu sebagai istrinya dan berusaha menjadi seorang suami yang bertanggung jawab.
"Apa mau aku ambilkan minum?" tanya Kian saat mereka sudah duduk kembali di pelaminan.
Rama hanya mengangkat tangannya sebelah, memberi isyarat penolakan. Kian pun membuang nafas dalam dan lalu menyandarkan punggungnya di kursi indah tersebut.
"Hmm, apa aku benar melakukan hal ini? Sebenarnya hatiku masih belum sepenuhnya yakin untuk mengikuti keinginan Lian tapi jika aku tidak menurutinya? Aku tidak mau Lian sampai berbuat nekad. Iya, jika ini memang yang terbaik, semoga saja semuanya bisa berjalan dengan lancar," batin Kian bermonolog.
***
Sementara itu di kamar rias pengantin, Lian yang sudah berpakaian santai, menari-nari mengikuti alunan musik yang dia dengar dari bawah. Suasana hatinya begitu senang saat dia merasa sudah terbebas dari ikatan belenggu yang sudah diciptakan oleh sang ayah kepadanya.
Sesaat kemudian, ponsel Lian pun berbunyi. Dia lalu melihat nama sang kekasih di layarnya yang membuat dirinya semakin bersemangat untuk segera mengangkatnya.
"Halo sayang…" ucap Lian sambil tersenyum. Dia membaringkan tubuhnya di atas kasur lalu berguling-guling kesana kemari meluapkan kegembiraannya.
"Halo sayang. Bagaimana pernikahannya? Lancar? Apakah suamimu itu sangat tampan?" ucap seorang laki-laki dari balik telepon. Siapa lagi kalau bukan sang kekasih hati, Vicky.
Lian merengut.
"Hmm.. apa maksudmu? Sudah aku katakan bukan, jika Lian Putri Sahara hanya akan menjadi milik Vicky seorang. Tidak akan ada laki-laki lain yang bisa memiliki diriku selain kamu."
"Oh iya?"
"Iya tentu saja. Apa kamu meragukanku sayang?"
"Tidak.. Tentu saja tidak. Tapi dari kabar yang aku dengar katanya akad kalian sudah terjadi dan kalian sudah sah menjadi suami dan istri. Jadi aku pikir kalau aku sudah kehilanganmu untuk selamanya."
"Iya, akad memang sudah terlaksana tapi kamu gak tau apa yang kekasihmu ini lakukan agar aku bisa terbebas dari pernikahan ini sekaligus aman dari ayahku."
"Oh iya? Apa itu?"
Lian pun menceritakan semua yang dia lakukan kepada Kian sehingga adik kembarnya itu mau dengan sukarela menggantikan posisinya. Vicky tertawa lebar dibalik telepon.
"Pinter banget sih kamu ini. Jadi gemes deh aku," ucap Vicky yang membuat Lian merona.
"Pacarnya siapa dulu donk," kata Lian.
Lian terus berbicara kesana kemari dengan Vicky. Hari yang awalnya sangat menyebalkan baginya kini berubah menjadi sangat menyenangkan.
Tok… tok.. tok…
Terdengar suara seseorang mengetuk pintu.
"Kian apa kamu ada di dalam?"
****
****
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
suhendar86
kan bener kan.. 😡
2023-05-07
1
W. Soetisna
liciknya
2023-05-05
1