“Lalu apa yang kamu inginkan sekarang? Pernikahan ini sudah terjadi dan tidak bisa dibatalkan begitu saja? Apa yang akan kamu lakukan?”
Kian masih terus menatap kakak kembarnya itu yang sedang berpikir. Apa yang diucapkan oleh sang adik memang benar. Akad nikah sudah terjadi dan dia tidak mungkin bisa membatalkannya. Apalagi ancaman dari sang ayah yang akan menghapus namanya dari daftar ahli waris keluarga, membuat gadis itu tidak bisa berkutik sama sekali.
Tapi dia juga tidak bisa bahkan dia tidak mau menjalani pernikahan ini. Kehidupannya, hatinya, cintanya, semuanya sudah dia berikan kepada sang kekasih Vicky. Hanya Vicky yang selalu ada di dalam ingatannya. Dan hanya seorang Vicky sajalah yang dia idam-idamkan untuk menjadi pendamping masa depannya. Walaupun pada kenyataannya dia sendiri tidak pernah yakin apakah impiannya itu bisa terlaksana atau tidak. Mengingat sang ayah yang sangat membenci pria itu.
Lian tau jika apa yang dimiliki oleh Vicky, tidak ada satupun yang termasuk ke dalam calon kriteria menantu bagi sang ayah. Kehidupan Vicky yang berandalan, pengangguran, suka mabuk-mabukan dan juga suka mengkonsumsi obat-obatan terlarang menjadi alasan utama sang ayah tidak pernah setuju anak sulungnya itu berhubungan dengan laki-laki tersebut. Akan tetapi hati tidak bisa kita atur untuk jatuh cinta pada siapa bukan? Hal itulah yang selalu dijadikan alasan oleh Lian setiap kali sang ayah membahas hal tersebut.
“Lian....” panggil Kian dengan menyentuh bahu saudara kembarnya itu.
Lian menoleh dan lalu menatap saudara kembarnya dari atas hingga bawah lalu tersenyum.
“Lian, kenapa kamu melihatku seperti itu?” tanya Kian yang sudah merasakan akan ada hal yang tidak beres.
“Aku tahu apa yang akan aku lakukan dengan pernikahan ini,” ucap Lian.
“Apa?” tanya Kian kembali.
“Kita akan bertukar identitas.”
DEG
Perkataan dari Lian berhasil membuat Kian mati kata. Tubuhnya tiba-tiba saja mematung dan detak jantung yang seolah-olah berhenti.
“Apa... Apa maksud kamu?” tanya Kian dengan bibir bergetar.
“Kita bisa bertukar identitas. Kamu menjadi Lian sang istri pengusaha kaya bernama Rama. Dan aku akan menjadi Kian, gadis bungsu kesayangan ayah,” jawab Lian.
“Tapi.. Tapi itu tidak mungkin. Jika saja kalian belum menikah, mungkin aku bisa melakukan hal itu. Tapi kondisinya sekarang adalah kalian sudah menikah. Aku tidak mungkin menggantikanmu menjadi istrinya Mas Rama,” jawab Kian dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Dia sama sekali tidak menyangka jika saudara kembarnya itu sampai hati menemukan ide kejam seperti itu.
“Kenapa tidak mungkin? Apa yang kamu takutkan? Perihal malam pertama? Kamu bisa kan menghindar jika laki-laki itu berusaha mendekatimu? Lagi pula aku tidak yakin juga kalau dia mau menyentuhmu secepat itu. Karena bagaimanapun juga, dia juga dijodohkan oleh kakeknya,” ucap Lian.
Kian lagi-lagi terdiam. Kepalanya mendadak pusing dan tubuhnya semakin bergetar hebat.
“Lian, mintalah apa saja kepadaku tapi aku mohon jangan minta aku untuk menggantikanmu menjadi istrinya Mas Rama,” Kian berucap dan kini air matanya jatuh dengan sangat deras.
“Aku tidak bisa. Aku tidak punya ide lain lagi selain itu,” ucap Lian masih dengan nada angkuh.
Kian menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia menangis sesegukan disana. Lagi dan lagi Lian selalu saja sepeti ini. Dari sejak kecil kakak kembarnya itu selalu saja membuat masalah dan dirinyalah yang selalu saja menyelesaikannya atau terkadang menjadi kambing hitamnya.
Lian selalu bertingkah semaunya dan tidak pernah memperdulikan perasaan orang lain. Bahkan perasaan adiknya sendiri. Selama ini Kian selalu mengalah demi kebahagiaan sang kakak. Bahkan cinta di masa sekolahnya dulu juga, harus Kian relakan saat mengetahui jika Lian juga menginginkan pria itu.
Tapi kali ini? Apakah kali ini dia juga harus berkorban demi keinginan Lian? Masalahnya kali ini bukan hanya hati yang harus dia korbankan tapi juga masa depannya.
"Lian apa tidak ada cara lain lagi? Atau begini saja, kamu ikutlah dulu tinggal bersama suamimu. Jika nanti aku sudah mendapatkan cara, baru kita akan diskusikan lagi," ucap Kian masih terus meyakinkan sang kakak.
Lian tak menjawab.
"Lagipula jika saja seandainya aku yang akan pergi menjadi istrinya Mas Rama, lalu bagaimana keadaanmu disini? Aku tau sifatmu seperti apa. Cepat atau lambat, ayah, ibu, atau juga Kakek pasti akan tau siapa kamu sebenarnya. Dan rahasia kita akan terbongkar."
"Hmm, kamu benar juga."
Kian tersenyum karena dia pikir jika perkataannya baru saja, bisa merubah keputusan yang sudah diambil oleh sang kakak. Namun ternyata tidak.
"Tapi itu bisa nanti aku pikirkan lagi. Yang penting sekarang adalah aku tidak harus ikut dengan keluarga itu dan menjadi istri dari Mas Rama," jawab Lian dan kali ini berhasil membuat Kian putus asa.
Melihat sang adik yang hanya diam saja, Lian tau jika saudara kembarnya itu masih ragu untuk mau menuruti keinginannya kali ini. Akan tetapi bukan Lian namanya jika dia tidak bisa mendapatkan apa yang dia mau. Walaupun harus mengorbankan sang adik sekalipun.
Lian berdiri dengan tegak. Matanya berkeliling ruangan dan berhenti di sebuah gunting yang terdapat di atas meja rias. Dengan cepat gadis itu mengambil gunting tersebut dan mengarahkannya ke dadanya sendiri.
Melihat hal itu sontak membuat sang adik yang sedang termenung, melonjak kaget. Dia langsung berlari mendekati sang kakak dan mencoba menarik gunting itu dari tangan Lian.
"Lian apa yang kamu lakukan? Hentikan! Lepaskan gunting ini! Bahaya!" Teriak Kian sambil terus mencoba menarik benda tajam itu dari tangan sang kakak.
"Gak. Aku gak mau. Lebih baik aku mati daripada harus menghabiskan sisa hidupku menjadi istri dari orang yang tidak aku cintai," ancam Lian.
"Tidak Lian. Aku mohon. Semuanya bisa kita bicarakan baik-baik dengan ayah. Aku mohon jangan melakukan hal gila semacam ini," bujuk Kian.
"Ayah tidak akan pernah mendengarkan aku!"
"Tapi dia selalu mendengarkan aku, bukan? Biar nanti aku yang bicara kepadanya. Aku janji akan mencarikan jalan keluar untuk masalahmu ini."
"Tidak ada jalan keluar, Kian. Tidak ada! Jalan keluarnya hanya satu yaitu kamu mau menggantikan aku menjadi istrinya Mas Rama," teriak Lian yang semakin mendekatkan gunting itu ke dadanya.
Panik dengan apa yang dilakukan oleh sang kakak membuat Kian mengambil keputusan tanpa berpikir.
"Baiklah… Baiklah.. Aku akan menggantikanmu pergi ke rumah keluarga Mas Rama. Aku akan menggantikanmu menjadi istrinya Mas Rama. Apa kamu puas?"
Ucapan dari Kian berhasil menghentikan drama yang dilakukan oleh Lian. Wanita itu pun tersenyum karena lagi dan lagi adiknya yang begitu polos itu dapat dia kelabui dengan mudah.
"Apa kamu janji?" tanya Lian dengan suara yang mulai tenang.
"Iya aku janji," jawab Kian dengan nafas yang masih menderu walaupun sesaat kemudian setetes air jatuh di sudut matanya.
"Berjanjilah kepadaku kalau kamu tidak akan membongkar semua rahasia kita ini. Karena jika sampai rahasia kita terbongkar, akan aku pastikan kalau kamu akan menemukan mayatku saat itu juga," ancam Lian kembali.
"Iya, aku janji. Semuanya akan baik-baik saja. Tenanglah!"
"Terima kasih Kian. Kamu memang saudaraku yang terbaik. Aku benar-benar beruntung bisa memiliki adik sepertimu."
Lian memeluk Kian dengan sangat erat. Tanpa Kian sadari, Lian tersenyum licik dari balik punggungnya.
"Hmm, akhirnya aku bisa terbebas dari perjodohan bodoh ayah. Maaf Ayah tapi anak sulungmu ini tidak sebodoh anak bungsumu. Lihatlah! Dengan mudah aku memutar balikkan keadaan yang sudah terjadi. Dan setelah ini aku akan hidup bahagia bersama Vicky. Dengan atau tanpa restu ayah," batin Lian.
****
****
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Lily Mantansari
Jan bilang nanti nyesel ama Vicky terus minta balik ke suaminya,, aduh kasian adik bungsunya,,
2023-06-06
3
Bayangan Ilusi
hooh, kan mereka udah nikah.. gimana bisa jadi istrinya?
2023-06-01
1
suhendar86
kian mau maunya sih. gertak sambal itu si Lian 😡
2023-05-07
1