20

Bunda meraih ujung daguku dan mendongakan kepalaku. Menatap wajahku sendu.

"Kenapa minta maaf, Nak? Bunda sudah lama tidak melihat kamu bermain."

"Maksud Bunda?" tanyaku bingung.

Bunda menghela nafasnya dan duduk di sampingku. Bunda meraih kepalaku dan merapikan rambutku.

"Kamu sama Yudha ada hubungan?"

"Itu, sebenarnya, gimana ya Bunda?" ucapku bingung.

"Jangan takut, Terry. Adik kamu saja sudah punya pacar. Bunda gak marah kalau kamu juga punya pacar."

"Tapi aku sama Yudha gak pacaran kok, Bunda."

"Tapi kamu sama Yudha saling suka. Iya, kan?"

Aku tersenyum sendu dan menunduk. Bunda meraih wajahku, mengelus dahiku lembut.

"Yudha sepertinya lelaki yang baik dan dewasa. Mungkin keadaan keluarga dia yang sama dengan kamu, bisa buat kalian saling memahami."

"Bunda."

"Terry, kalau kamu nanti memilih untuk menikah, carilah lelaki yang akan terus menyayangi kamu. Bukan hanya sayang, tapi dia juga harus menghormati kamu."

Aura wajah Bunda seketika berubah, Bunda bangkit dan berjalan menuju pagar. Bunda menumpuhkan kedua tangannya di atas pagar. Matanya menatap kosong ke langit malam.

"Jika seseorang hanya menyangi kamu tanpa menghormati kamu, dia bisa saja membohongi kamu dan mengkhianati kamu suatu saat nanti, Sayang." ucap Bunda pahit.

"Tapi jika orang itu menyayangi kamu dan juga menghormati kamu, dia akan berusaha jujur kepadamu. Dan dia juga akan selalu berusaha untuk setia pada hubungan kalian."

Aku bangkit dan memeluk badan Bunda dari belakang. Maksud perkataan Bunda ini apa?

Mungkinkah Ayah mengkhianati Bunda dan berbohong pada Bunda?

"Bunda." ku balik badan Bunda dan mencoba menatap wajah Bunda.

"Apa Ayah mengkhianati keluarga kita?" tanyaku hati-hati.

Bunda tersenyum pahit dan meraih kedua pipiku.

"Tidak, Sayang." ucap Bunda sambil tersenyum sendu.

"Bunda, Terry sudah dewasa. Cerita sama Terry, Bunda."

"Tidak ada apa-apa anak Bunda. Yasudah kamu istirahat ya." ucap Bunda sambil berjalan keluar balkon.

"Bunda." ku tarik kembali tangan Bunda. Bunda melempafkan pandangannya padaku.

"Terry mohon Bunda. Terry juga terluka dengan keadaan ini, sedikit saja Bunda, sedikit saja cerita sama Terry." bujukku pada Bunda.

Bunda meraih badanku dan memelukku erat. Kurasakan pelukan Bunda begitu sangat menyimpan luka.

"Maafkan Bunda, Sayang. Maafkan Bunda yang tak mampu bertahan karena sebuah kebohongan dari Ayahmu, membuat Bunda hancur." ucap Bunda parau.

Kurasakan tangisan Bunda yang mulai pecah, jadi benar, Ayah yang telah menyakiti keluarga kita.

"Bunda." ku tarik badan Bunda menjauh.

"Kenapa Bunda gak pernah cerita?"

"Bunda takut kalian akan membenci Ayah kalian, Nak." jawab Bunda sendu.

"Kenapa Bunda masih mikiri itu, Ayah yang salah. Jadi Ayah berhak meraskan resikonya juga."

"Tidak, Terry. Tidak semua karena kesalahan Ayah. Jangan benci Ayah kamu, Nak. Ayah kamu sudah menyesal, lihat hidup Ayah kamu sekarang, Nak. Jangan benci Ayah kamu, Sayang." ucap Bunda lembut.

"Aku tidak mengerti, Bunda. Kenapa Bunda bisa bilang begitu?"

"Terry, ada hal yang memang tak seharusnya kamu mengerti, Sayang. Pernikahan itu bukan hanya tentang perasaan Bunda dan Ayah saja, tapi juga tentang dua keluarga."

"Maksud Bunda?"

"Dulu Ayah dan Bunda menikah tanpa restu kedua belah pihak orang tua kami. Mungkin inilah akibatnya, Bunda dan Ayah yang menikah tanpa restu orang tua. Pernikahan ini tidak berhasil, dan menyebabkan kedua anak Bunda terluka." Bunda menghapus bulir jejak air matanya.

Aku lihat mata Bunda yang begitu sangat terluka. Pantas saja selama ini kami tidak pernah memiliki kakek dan nenek. Baik dari Bunda ataupun dari Ayah.

"Ayah kalian sudah punya calon yang di pilihkan orang tuanya sendiri. Tapi Ayah kalian memilih menikahi Bunda dan pergi dari rumah." Bunda kembali membuka cerita pahitnya.

"Terry, Ayah kalian sungguh menyanyangi kita, Nak."

"Lalu kenapa Ayah sama Bunda memilih jalan ini? Kenapa gak Bunda buktiin sama orang tua Bunda, kalau Bunda dan Ayah bisa hidup bahagia?"

"Bunda gak tahu dari kapan, Nak. Tapi Bunda akhirnya tahu kalau Ayah sempat kembali berhubungan dengan gadis yang dulu sempat tunagan dengan Ayah kamu."

"Apa?" ucapku terkejut.

Entah kenapa, semakin aku ingin tahu alasan perpisahan Bunda, semakin membuat aku bingung. Ternyata masalah hubungan Ayah dan Bunda lebih rumit dari dugaanku.

Kembali aku memeluk Badan Bunda, entah beberapa banyak beban yang selama ini Bunda pikul. Tidak tahu harus menyalahkan siapa, tapi keadaan ini juga pahit buat mereka berdua.

***

Ting, ting

Kembali lonceng toko kaca Bunda terbuka, ku palingkan wajahku dan ku lihat Yudha berdiri di depan pintu.

"Mau cari bunga apa, Mas?" tanyaku sambil tersenyum lebar.

"Mau cari bunga dari Jepang." balas Yudha sambil tersenyum.

"Mau jalan-jalan?" tanya Yudha langsung.

"Enggak."

"Kenapa?"

"Malas, lelah jalan kaki." jawabku meledek.

"Yaudah, kalau gitu mau naik motor?"

Ku pukul badan Yudha lembut.

"Apa sih, Yudha." ucapku sambil mencubit pinggang Yudha.

"Sakit banget, Kirei." ucap Yudha sambil menyipitkan mata dan menggeliatkan badannya.

"Masih di piara saja tuh, kepiting ya." ledek Yudha kembali.

Sesaat aku tertawa, ku putar-putar batang bunga lily yang sedari tadi aku pegang. Aku bermaksud untuk belajar merangkai bunga tadi.

"Terry." panggil Bunda mengakhiri candaan kami.

"Iya, Bunda." ku berikan tangkai bunga itu ke Yudha dan berjalan mendekati Bunda di balik kasir.

Di susul Yudha yang mengikutiku dari belakang.

"Apa kabar Tante?" Yudha mencium tangan Bunda, takzim.

"Baik. Mau kemana?" tanya Bunda langsung.

"Mau ngajakin Terry jalan, Tante. Boleh?"

"Boleh, tapi jangan pulang larut malam, ya." ucap Bunda tegas.

"Baik Tante."

Yudha kembali mencium tangan Bunda. Setelah Yudha keluar aku ikut mencium tangan Bunda.

"Terry, jalan ya Bunda."

"Hati-hati ya, Sayang."

"Iya, Bunda." ucapku sambil berlalu pergi.

"Terry." panggil Bunda kembali sebelum aku keluar dari pintu.

"Iya, Bunda." ku palingkan wajahku melihat Bunda di balik meja kasir.

"Bunda bahagia melihat kamu kembali tertawa, Sayang." ucap Bunda sambil menggulum senyumnya.

Aku kembali tersenyum dan langsung kembali membuka pintu kaca toko bunga Bunda. Yudha sudah berdiri di depan motornya, saat melihat aku keluar Yudha langsung memberikan helmnya.

Ku naiki boncengan motor Yudha, dan ku letakan kedua tanganku diatas pundak Yudha.

"Siap?" tanya Yudha.

"Siap." ucapku sambil memegang bahu Yudha.

"Jangan disitu, tapi disini." Yudha memindahkan tanganku yang berada diatas bahunya, menarik tanganku untuk melingkari pinggannya.

"Ini motor, Kirei. Bukan sepeda, kamu bisa gelundung nanti." sambung Yudha.

"Kamu banyak modus sih, Yud."

"Udah, diam disini ya." ucap Yudha sambil menepuk kedua tanganku yang melingkari pinggangnya.

Aku hanya terseyum dan menggelengkan kepalaku. Tingkah konyol Yudha masih saja tak berubah.

Yudha melajukan motornya melewati padatnya jalan sore hari. Entah kemana tujuannya, tapi aku tak peduli, saat ini berdua dengannya saja membuat aku cukup bahagia.

Sampai di pusat kota, Yudha memberhentikan motor sport berwarna merah hitam miliknya di lampu merah.

"Kirei." panggil Yudha.

Ku sejajarkan kepalaku untuk mendengar kata yang di ucapkannya.

Tak mendengar ucapan Yudha, suara dari motor sport berwarna biru abu-abu berhenti sejajaran dengan motor Yudha.

Penunggang yang menaiki motor itu membuka kaca helmnya keatas. Ku lihat wajah pemilik lelaki itu. Mataku membelalak lebar.

Lelaki itu tersenyum sendu, lalu mengangguk penuh arti.

Seraut kekecewaan tertumpuk dari pandangan matanya. Wajah lembut yang mirip orang Tiongkok, wajahnya yang berwarna kuning langsat dan mata sipitnya itu memandangku dengan senyum pahit.

Berawal dari menatap wajahku, lalu pandangannya turun melihat pelukan tanganku di pinggang Yudha. Ia tersenyum dan menggelengkan kepalanya, tak lama pandangannya menunduk.

Saat lampu berubah, motor itu melaju dengan sangat kencang. Ada rasa bersalah dan juga sakit dalam hatiku melihat lelaki itu pergi.

"Pak Gilang."

Terpopuler

Comments

Yanti

Yanti

gak papalah Terry, itukan pak gilang lagian pak gilang belum mengatakan cintanya kepadamu, ya biasa ajalah..

2023-07-28

0

Nunasoraya

Nunasoraya

Tuuhh kan? go konsisten siihh..

2020-04-22

1

Marny Ariqah Maisarah

Marny Ariqah Maisarah

sy ko curiga, jangan2 si Yudha ini anak dari perempuan tunangan ayah Terry

2020-03-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!