14

"Saya baik-baik saja, Pak." ucapku sambil meraih tangan pak Gilang dan menjauhkannya.

"Pak?" ucap Pak Gilang sambil memainkan alisnya.

"Saya gak terbiasa, Pak. Mau bagaimana?"

"Yasudah, kalau begitu, ayo masuk." ucap Pak Gilang sambil membuka daun pintu rumahnya.

Aku mengikuti langkah kaki pak Gilang menaiki lantai dua. Pak Gilang membuka pintu kamar miliknya, ia membereskan beberapa dokumen yang ada di atas meja kerja.

Sementara aku hanya melihat dari ambang pintu kamar dia. Setelah selesai, pak Gilang berjalan keluar.

"Istirahat yang nyaman. Anggap saja kamar sendiri." ucap Pak Gilang saat berhadapan denganku.

Aku hanya mengangguk dan mulai berjalan masuk. Ku balikan badanku dan kembali melihat pak Gilang yang sudah membelakangiku.

"Pak."

"Iya."

"Makasih sebelumnya, maaf saya ngerepoti, Bapak."

Pak Gilang hanya tersenyum manis, ia memasukan salah satu tangannya di kantong celananya.

"Jangan lupa, kunci pintunya. Selamat istirahat." pak Gilang tersenyum sebelum ia masuk ke balik pintu yang berada tepat di depanku.

Ku rebahkan badanku dan ku perhatikan sekeliling. Ini pertama kalinya aku memasuki kamar lelaki.

Kamar pak Gilang terbilang rapi dan wangi. Ada banyak buku pelajaran anatomi tubuh manusia dan juga hewan. Ternyata setelah jadi dosen pun pak Gilang masih belajar keras.

Ku lihat setumpuk kertas di atas mejanya, mungkin ini kertas kuis mahasiswanya. Aku hanya melihat tanpa berani menyentuhnya. Aku tak berani sembarangan menyentuh barang milik orang lain.

Ting...

Ku buka notifikasi pesan yang masuk kedalam ponselku. Sebuah pesan Chat dari dosenku. Pak Gilang, yang saat ini berseberangan kamar denganku.

(Kalau mau baca buku saya, ambil saja. Saya izinkan.)

Seperti tahu isi dalam pikiranku, pak Gilang selalu mengatakan hal yang tepat disaat yang paling tepat. Ku langkahkan kakiku ke jejeran buku yang tersusun rapi di rak buku milik pak Gilang, ya ... bisa di bilang lumayan besar.

Ku keluarkan beberapa buku yang mungkin saat ini sedang aku pelajari di kelas. Ku bawa keatas kasur pak Gilang yang terbungkus sprei berwarna Grey. Membaca perlahan, lalu mataku pun ikut terpejam.

******

"Ter, sudah mau berangkat?" tanya Ayah saat aku mengantarkan sepiring sarapan ke depan Ayah.

"Iya, Ayah."

"Pergi sama Ayah saja, ya."

"Tapi arah kampus, sama tempat kerja Ayah kan, beda arah."

"Gak apa-apa, sayang kamu kalau harus naik bis!"

"Iya, Ayah." jawabku mengalah.

Aku membereskan barang bawaan ku dan menunggu Ayah di depan teras. Ku keluarkan gawai ku dan memainkannya sambil menunggu Ayah keluar.

Terdengar suara motor sport pak Gilang di hidupkan, ku palingkan wajahku kearah depan. Hanya ada motor tanpa penunggangnya.

Kembali mataku menatap ponselku, memainkan game sekedar membuang suntuk.

"Terry." kupalingkan wajahku kesuara itu berasal.

Pak Gilang melambaikan tangannya, memanggilku untuk datang mendekatinya. Aku berjalan mendekati motor pak Gilang yang saat ini terparkir di depan teras rumahku.

"Ini... mungkin kamu perlu untuk kedepannya." pak Gilang menyerahkan beberapa buku ke tanganku.

"Makasih, Pak." ucapku sungkan.

"Yasudah, kalau gitu saya..."

"Eh, ada Gilang." sambut Ayah sebelum pak Gilang menyelesaikan perkataannya.

"Mau ajak Terry berangkat bareng ya? Yasudah, Terry pergi sana." Ayah menyodorkan tangannya untuk ku cium.

Walau dengan sedikit bingung, aku mengambil punggung tangan Ayah dan menciumnya. Di susul pak Gilang yang ikut mencium tangan Ayah.

"Tapi, Ayah..." ucapku berusaha menjelaskan.

"Assalamualikum." putus Ayah.

Ku garuk kelopak mataku yang tak gatal, Ayah ini kenapa sih?

Ku lihat mobil Ayah yang keluar dari garasi mobil dan berlalu pergi. Aku dan Pak Gilang saling melemparkan pandangan.

Lalu pak Gilang tersenyum dan menggaruk kepalanya.

"Saya naik bis saja, Pak."

"Sudahlah, Ter. Ayah kamu menyuruh saya mengantar kamu, jangan naik bis. Pergi sama saya saja."

"Emh ... Tapi, itu, Pak."

"Sudah naik, ayo." Pak Gilang menarik lengan tanganku dan memintaku naik.

Sudahlah, ini sudah terlanjur. Aku menaiki boncengan motor pak Gilang. Sedikit deg-deg an, karena ini pertama kali aku menaiki boncengan motor seseorang.

Pak Gilang membalikan badannya, memakaikan helm padaku, dan mengancing helm itu. Kembali membuat wajahku menghangat. Aku hanya tersenyum dan merapikan sisa rambutku yang keluar dari helm itu.

"Pegangan ya, nanti kamu jatuh."

Ku pegang kedua bahu pak Gilang. Dengan perlahan pak Gilang melajukan motornya melewati padatnya jalanan kota.

Saat berada di lampu merah, ku buat kepalaku bersejajar dengan kepala Pak Gilang.

"Pak, nanti turuni saya sebelum gerbang kampus ya." ucapku kembali menarik kepalaku.

Pak Gilang hanya mengangguk, menjawab perkataanku. Lalu pak Gilang melajukan motornya memasuki jalanan sempit, perumahan kumuh yang padat dan juga ramai sekali.

Bahkan banyak mata yang memandangi kami saat melewati jalan tikus ini. Beberapa kali pak Gilang menyapa penduduk yang sedang duduk santai di bibir jalan.

Sampai akhirnya pak Gilang memberhentikan laju motornya di sebuah pengkolan. Aku hanya memandang sekeliling dengan heran.

"Ini gak jauh dari kampus, bahkan tembok tinggi ini saja pagar kampus." ucap pak Gilang yang sama sekali tak aku mengerti maksudnya.

Aku hanya terdiam, tak bergeming dari tempat duduk motor milik pak Gilang.

"Terry." panggil pak Gilang lembut.

"Hem."

"Mau masuk ke kampus bareng saya? saya sih gak masalah!"

"Enggak, Pak."

"Jadi kenapa masih duduk? yasudah sekalian masuk bareng saja ya."

"Eh ... Tunggu dulu, Pak." ucapku spontan dan langsung turun.

"Maksud Bapak saya turun disini?" tanyaku meyakinkan sekali lagi.

Pak Gilang hanya tersenyum dan tangannya mulai meraih kancing helmku. Melepaskan kaitnya perlahan, lalu mengambil helm yang ku gunakan.

"Kamu maju dua langkah, terus jalan saja kedepan, hanya jarak 15 meter, jumpa simpang tiga, belok kiri."

"Terus."

"Nanti kamu tahu sendiri mau kemana, kok." ucap Pak Gilang sambil mengumbar senyumnya.

"Yasudah kalau begitu, Pak. Makasih buat tumpangannya." ucapku sungkan.

Pak Gilang hanya mengangguk dan tersenyum. Aku berjalan meyusuri lorong kecil ini sesuai perintah pak Gilang. Aku terkejut saat begitu belok kiri, gerbang kampus berada di sisi kiri.

Ya ampun, kemana saja aku, sampai bisa gak tahu ada jalan potong di sebelah kampus.

Aku berjalan perlahan, memperhatikan sekeliling untuk memastikan tak ada yang melihat aku dan pak Gilang yang datang bersamaan.

"Terry." aku menjatuhkan buku di tanganku saat Tantri merangkul bahuku di depan gerbabg kampus.

"Ya ampun, ini lah kalau pagi-pagi pun sudah bengong." ucap Tantri sambil membantu aku membereskan buku-buku yang berserakan di tanah.

Tak lama suara motor pak Gilang datang dari arah yang sama dengan yang ku lewati tadi. Pak Gilang sengaja membuat durasi agar kedatanganku dan dia tidak berbarengan.

Aku melanjutkan perjalanan kami memasuki koridor kampus. Aku melewati punggung pak Gilang dan menunduk kan pandanganku. Padahal beberapa hari yang lalu aku memeluk badan pak Gilang di tengah derasnya hujan. Kenapa saat ini kami bagaikan dua orang asing yang tak mengenali satu sama lain?

Ku lemparkan tasku diatas meja dan mulai meletakan bokongku di sebalik meja. Ku buka buku yang di berikan pak Gilang padaku tadi. Ini buku yang ku baca beberapa hari yang lalu di kamar pak Gilang.

Mengingat hal itu, kembali membuat wajahku menghangat.

"Assalamualaikum." baru di pikirkan, kini manusianya sudah hadir.

Ya Tuhan, sadarlah Terry, apa yang sedang kamu pikirkan sebenarnya.

Pak Gilang berjalan mendekati mejanya, dahinya mengernyit saat melihat sesuatu yang tak aku sadari tadi, ada di atas meja pak Gilang.

Pak Gilang mengangkat kedua benda yang seharusnya tak ada di mejanya itu.

"Ini punya siapa?" tanya pak Gilang sambil mengangkat sekotak cokelat berbentuk hati dan satu tangkai bunga mawar.

Mata pak Gilang menelisik satu persatu mahasiswi di kelasnya.

"Ada yang mau nyatain perasaannya sama Bapak, mungkin." ucap salah seorang mahasiswa di belakangku.

"Ciye..." seluruh kelas menjadi bising.

Pak Gilang tersenyum menampilkan giginya dan menggeleng, bersamaan juga rambutnya yang tersisir rapi jatuh beberapa helai menutupi sebagian kacamata tipis yang ia gunakan.

"Makasih sebelumnya, buat yang sudah memberi saya ini. Maaf saya tidak suka makanan manis." ucap pak Gilang sambil menaiki rambutnya agar kembali rapi.

"Jadi ambil kembali ya. Sekarang kita lanjutin materi kita yang kemarin." ucap pak Gilang kembali serius.

Sering kali kelas pak Gilang berjalan diam tanpa candaan, kadang saat pak Gilang bercanda dia akan bercanda. Namun saat dia serius, maka seisi kelas harus serius. Pak Gilang bisa berubah jadi dosen yang mengasyikan, bisa juga berubah jadi dosen killer.

Mungkin karena sikap pak Gilang yang seperti itu, dia jadi perhatian mahasiswinya. Tapi kalau diluar kelas, pak Gilang tak terlalu di kenal, karena pak Gilang tidak banyak bicara ataupun bercanda dengan mahasiswi di jam istirahat.

Bel istirahat berbunyi, mengakhiri kelas pak Gilang hari ini. Tanpa membawa hadiahnya pak Gilang meninggalkan kelas kami.

"Pak Gilang sombong banget gak sih?" ucap gadis manis di depan mejaku.

"Iya, masak hadiah kamu cuma di sentuh saja sih, Sha." sambung teman satu gengnya.

Oh ... Jadi cokelat itu dari Shasha, cewek cantik dari kelas biologi ini. Yang selalu di puja-puja mahasiswa di jurusan biologi.

"Pak Gilang itu belum tahu saja cokelat dan bunga itu dari kamu, kalau dia tahu pasti dia gak bakalan nolak, Sha."

"Secara Shasha dewi kelas biologi, mana ada laki-laki yang bisa nolak kamu." puji seorang lagi.

Aku mempercepat gerakanku dan pergi meninggalkan mereka, kenapa mereka yakin banget pak Gilang itu bakalan suka kalau tahu cokelat itu dari Shasha.

Lagian pak Gilang itu kan sukanya sama....

Terpopuler

Comments

Yanti

Yanti

jangan ngaur kamu Terry..

2023-07-28

1

lisa'oOh

lisa'oOh

Ahay.... 🤭

2020-05-04

0

Lasmaria Simanjuntak

Lasmaria Simanjuntak

Terry baper 😂😁

2020-03-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!