Kurir

Maura terpaku menunduk melihat air liur Harvey yang terjejak di rumput dekat ujung sepatunya. Mata semua teman-teman Harvey terbelalak tak percaya dengan apa yang dilakukan kawan mereka yang terkenal sangat mencintai Maura dulu.

"Vey, gila kamu."

"Serius, loe?"

"Kamu terlalu berlebihan, Harvey."

Teman-temannya berusaha menyadarkannya ketika ia berbalik dan akan menyusul Reva yang sudah menjauh sejak tadi. Harvey menoleh ke belakang, gadis yang masih bisa dibilang kekasihnya itu tetap di sana tak beranjak dari posisinya.

Menyesal, sangat menyesal. Itulah yang dirasakan Harvey saat ini. Ia masih larut dalam emosi semalam dan kembali memuncak pagi ini saat Reva merengek akan memutuskan pertunangan mereka. Namun sama seperti peribahasa, ia tidak bisa menarik perkataannya bahkan menjilat lidahnya sendiri.

Maura terpekur dengan tatapan kosong. Kawan-kawannya Harvey saling bertukar pandang kebingungan, ingin menghibur mantan kekasih temannya atau dengan tak ikut campur dalam persoalan keduanya.

Harvey menoleh lagi ke arah Reva yang sudah hampir sampai ke mobilnya yang terparkir di sisi jalan, lalu ia kembali menoleh pada Maura yang sudah meneteskan air mata. Sejenak ia dalam dilema, siapakah yang akan dihampirinya. Harvey memilih menyusul Reva, karena untuk Maura ia sangat yakin dapat membujuk gadis polosnya itu nanti.

Namun ketika ia masuk ke dalam mobil bersama Reva, ia melihat Maura sudah berada dalam pelukan seorang pria. Matanya memicing ingin melihat, siapakah yang berani begitu dekat dengan kekasihnya?

"Kalau kamu masih mau di sini, aku turun aja dan pulang sendiri." Reva melipat kedua tangannya di dada dengan wajah kesal.

"Iya, kita pulang sekarang. Ke rumahmu atau ke apartmentku?" Harvey mengedipkan sebelah matanya. Senyum Reva yang tersipu ditambah menggigit bibir bawahnya, cukup menjawab pertanyaan Harvey.

Sebelum menginjak pedal gas, Harvey kembali menoleh ke arah tempat ia meninggalkan Maura sendirian. Gadis itu dan pria yang memeluknya sudah tidak ada di sana.

"Aku curiga kalau apa yang dikatakan gadis tadi itu benar." Reva melirik curiga.

"Dia memang sejak lama mengejarku, kami dekat tapi tidak seperti yang kamu kira. Susah memang, bersikap terlalu baik malah disalah artikan."

"Kamu memang terlalu mempesona. Daya pikatmu kuat, aku saja dari dulu sampai sekarang masih suka. Apalagi waktu pertama kita bertemu setelah sekian lama, begitu tahu kamu masih sendiri, aku langsung minta Papa untuk menjadikan kita pasangan."

Ucapan Reva membuat Harvey teringat akan bagaimana ia sempat menolak permintaan Papa dan meyakinkan Maura, kalau dia tidak akan larut dalam hubungan ini. Namun yang ada saat ini malah ia yang tak bisa lepas dari kenikmatan yang diberi oleh tubuh Reva. Pengalaman menyentuh tubuh wanita untuk pertama kalinya, membuat Harvey ketagihan dan ingin selalu mengulangnya.

Pikiran Harvey terbang kembali ke taman kampus, ia sangat mengkhawatirkan keadaan kekasihnya. Bagaimana Maura, apakah dia sedang menangis sekarang? Apa sikapnya tadi terlalu berlebihan?

"Kenapa?" Reva menyentuh dan mengusap paha bagian dalam Harvey, bayangan Maura di kepalanya lenyap seketika.

Sepeninggal Harvey mengikuti tunangannya, Maura tak mampu bergerak hanya diam berdiri di tengah taman.

Tak tega teman sekelasnya dulu menjadi tontonan mahasiswa yang ada di sana, Kendra datang dan merangkul bahu Maura. Untungnya gadis yang biasa selalu galak dan ketus padanya itu menurut saat ia menggiringnya menjauh dari keramaian.

"Minum." Kendra menyodorkan sebotol air mineral dingin yang baru saja ia beli. Maura tak menyambutnya, ia tetap diam dengan pandangan kosong.

"Survey membuktikan, jika orang yang terlalu lama melamun tanda-tanda ada gangguan kejiwaan yang mengarah pada kegilaan atau minimal kerasukan," ucap Kendra ringan sembari membuka tutup botol dan akan meneguk isinya.

"Kemarikan!" Bagaikan baru tersadar, Maura menyambar botol air mineral itu lalu langsung meminumnya hingga hampir habis. Setengahnya lagi, ia siramkan ke kepalanya yang terasa panas dan pening. Setelah itu ia memberikan botol yang sudah kosong pada Kendra dan melenggang meninggalkan pemuda itu tanpa mengatakan apapun.

"Buset cewek ini, untung cantik." Kendra menggelengkan kepalanya.

Maura pulang ke apartement dengan berjalan kaki, ia melihat mobil kekasihnya sudah terparkir di halaman depan. Sampai di lantai kamarnya, Maura berjalan ke arah kamar Harvey. Ia menempelkan telinganya di pintu kamar, berusaha mencuri dengar percakapan keduanya.

Namun saat itu juga ia menyesal, karena bukan percakapan yang sewajarnya ia dengar. Melainkan desah, rintih, erangan dan ucapan-ucapan kotor yang biasa ada di tayangan film dewasa.

Maura tahu, detik itu juga tak perlu lagi mengharapkan Harvey kembali. Semua janji manisnya adalah omong kosong. Mimpi indah yang mereka bangun, tak akan pernah terwujud. Harvey yang penyayang, lembut serta sopan berubah menjadi sosok yang menjijikan di matanya.

Maura kembali ke kamarnya dengan hati yang remuk. Andaikan ada racun di kamar apartementnya, pasti ia sudah minumnya untuk mengakhiri hidup.

Berjam-jam Maura berbaring telentang menghadap ke langit-langit dengan pikiran kosong. Air matanya terus mengalir tanpa bisa ia hentikan. Lalu ia mengambil ponsel dan membuka aplikasi pesan layanan antar.

"Lumayan ada orderan sebelum pulang." Kendra membuka aplikasi di ponselnya dan membaca permintaan calon pembeli yang masuk, "Obat nyamuk isi ulang yang cair, oke."

Ia lalu mengirim pesan agar calon pembeli itu menunggu sebentar lalu segera menuju ke minimarket terdekat. Kendra menyusuri rak mini market berulangkali, tapi tidak menemukan obat nyamuk isi ulang yang dimaksud.

"Mba ada obat nyamuk cair untuk isi ulang?"

"Ow, tidak ada, Mas. Adanya yang model semprot seperti ini."

"Oke. Terima kasih, Mba."

Kendra lalu mengirim pesan pada calon pembeli yang menunggu.

'Maaf, Bu, obat nyamuk adanya yang model semprot. Saya cari di tempat lain ya, mohon ditunggu.'

'Tidak usah, beli cairan pembersih toilet saja.'

'Baik, Bu. Mau merk apa?'

'Terserah yang paling ampuh dan keras.'

Ketika ia sudah sampai di kasir, satu lagi pesan masuk di aplikasi miliknya.

'Sekalian sirup rasa apa aja, saya tidak suka terlalu pahit,'

Kendra tertawa geli membaca pesan yang lucu menurutnya, "Suka tidak suka pahit, apa urusannya sama saya, Bu."

Begitu semua pesanan dibayarkan, ia langsung meluncur ke alamat pemesan.

"Lantai lima, kamar 507. Ini dia." Setelah menekan bel dan menunggu cukup lama, pintu kamar akhirnya terbuka.

"Ngapain kamu kemari!" Maura nyaris membanting pintu kamarnya, tapi Kendra langsung menahannya dengan tangan.

"Tunggu dulu, kamu yang pesan ini? Bayar dulu!"

"Kamu kurir?"

"Kenapa? Mahasiswa kedokteran tidak boleh jadi kurir?"

Maura malas menjawab, ia melengos lalu mengambil dompet dan menyerahkan sejumlah uang ke tangan Kendra.

"Obat pembersih lantai dan sirup. Kamu tidak bermaksud mencampur keduanya lalu diminum 'kan?" Mata Kendra memicing mengamati tampilan Maura yang sangat berantakan. Tangannya terangkat tinggi, menggantung kantung plastik yang berusaha diraih gadis itu.

...❤️🤍...

Terpopuler

Comments

Dhinok Farrel

Dhinok Farrel

akhirnya melek ya Ra....
tp merem lg gara² sirup racun...ada² ja Ra...Ra....

2023-05-29

0

blecky

blecky

Maura bodoh demi cwok murahan mau bunuh diri apa g kshan dgan ortune

2023-05-17

0

Retno Palupi

Retno Palupi

temenin Maura Ken, jgn biarkan bertindak bodoh

2023-05-04

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!