Jaga hati ini untukku

Setelah mendapatkan asupan semangat dari Maura, Kendra mengambil alih semua kupas perbawangan. Kekasihnya itu masih canggung dengan wajah merah membara.

Tak lama setelah itu, ponsel Maura berdering berulangkali. Gadis itu melirik bergantian antara ponselnya dengan Kendra yang berpura-pura sibuk dengan segala aktifitasnya di meja dapur.

Maura beringsut membawa ponselnya masuk ke dalam kamar. Kendra hanya dapat menghela nafas panjang dan mencoba untuk bersabar menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.

Cukup lama kekasihnya itu ada di dalam kamar. Ia tak mencari tahu dan tak ingin tahu siapa orang yang mengajaknya bicara di balik sambungan telepon itu.

Pintu kamar terbuka, tanpa mengangkat kepala, ia dapat merasakan kegelisahan Maura, "Siapa?" tanya Kendra tanpa melihat ke arah gadis itu. Tangannya sibuk mengaduk udang di atas wajan.

"Mm-Mama," sahut Maura gugup.

"Mamamu kenapa? Minta kamu pulang?" Kendra mengangkat kepalanya dan mencoba tersenyum.

"Eh, i-iya." Masih dengan gugup, Maura menganggukan kepalanya.

"Ya udah aku antar ya nanti."

"Eh, gak usah ... Mama nanti datang jemput," ujar Maura cepat memberi alasan.

"Mm, oke. Jam berapa?"

"Sekitar satu jam lagi." Maura melirik jam di dinding dengan gelisah.

"Boleh ketemu ga sama calon mertua?"

"Jangan, Mamaku selama ini hanya tahu aku dekat dengan Harvey," ucap Maura lirih dengan kepala tertunduk.

"Ow, oke baiklah. Kamu makan dulu ya sebelum pulang." Kendra menaruh hidangan di atas meja dan menyiapkan alat makan untuk Maura.

"Kamu mau kemana?" Maura menahan tangan Kendra yang sudah akan mengenakan jaketnya kembali.

"Mau pulang, ga enak nanti Mamamu lihat aku di sini." Kendra tersenyum miring. Dalam hatinya ia mengatakan kalau Mama yang dimaksud tentu adalah Harvey.

"Temani aku makan dulu sebentar, Ken, dari kemarin kamu masak tapi tidak pernah merasakan sendiri hasil masakanmu."

"Kamu yakin? Nanti kalau Mamamu keburu datang lihat aku di sini gimana?"

"Dia eh, mama masih nanti datangnya."

Kendra memaksakan senyumnya, "Baiklah, kita makan dulu."

Keduanya makan dalam hening. Hanya denting sendok dan garpu yang berbicara. Kendra dan Maura sama-sama hampir tak bisa menelan makanannya.

"Suka?" tanya Kendra tiba-tiba.

"Eh?"

"Udangnya."

"Suka." Maura memberikan senyuman termanis.

"Syukurlah, semoga lain kali aku bisa membuatkanmu masakan yang seperti ini lagi." Kendra menatapnya dalam dan sedih. Maura tak paham dengan isyarat mata yang diberikan Kendra, ia malah tersenyum senang.

"Mola, apa artiku bagimu?"

Maura mengerutkan keningnya tak mengerti akan pertanyaan Kendra.

"Aku ini benar pacarmu atau hanya sekedar teman baikmu?" tanya Kendra lagi.

Maura bergerak gelisah bingung akan menjawab apa. Kekasih tapi hati belum sepenuhnya diberikan untuk Kendra, bahkan ia menebar cinta juga untuk pria yang sudah menyakiti hatinya. Jika teman baik, mana ada teman yang memberikan ciuman seperti tadi? Lagipula, ia sudah mulai terbiasa dan nyaman dengan keberadaan pria ini.

"Kamu maunya seperti apa?" Akhirnya ia melemparkan kembali pertanyaan itu pada Kendra.

"Sejak awal keinginanku jelas, aku ingin kamu menjadi kekasihku bahkan istriku nanti. Apa masih boleh aku berharap demikian?"

Kendra meraih tangan Maura dan menggenggam tangannya erat. Untuk terakhir kalinya, ia menaruh harapan penuh pada gadis yang sudah menawan hatinya sejak lama. Maura mengangguk pelan, walau dihatinya masih ada keraguan.

"Benarkah? Kalau begitu, apa aku bisa meminta untuk menjaga hatimu hanya untuk aku?"

Maura membalas tatapan Kendra. Ia menemukan ketulusan dan sorot penuh cinta yang besar di mata pemuda yang selalu mengejeknya dulu. Lagi-lagi ia hanya sanggup menganggukan kepala, tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun untuk berjanji.

"Aku percaya padamu. Tolong jaga hati ini untukku, jaga mata ini untukku dan bibir ini untukku," tambah Kendra lirih seraya mengusap bibir Maura dengan jari jempolnya.

Maura menunduk sedih, mengapa permintaan Kendra ini sama dengan permintaan Harvey sebelum kekasihnya itu ketahuan selingkuh? Apa ia akan kehilangan Kendra juga setelah ini?

Pesan masuk di ponsel Maura menyadarkan keduanya dari keintiman.

"Mamamu sudah sampai?" tanya Kendra berusaha melirik ke arah layar ponsel Maura.

"Se-sebentar lagi."

Kendra menatap sendu wajah Maura. Ia masih berharap kekasihnya itu mengatakan yang sesungguhnya dan membatalkan janji temunya dengan Harvey.

Melihat Maura yang menunduk dan tak bereaksi, ia akhirnya memilih untuk undur diri, "Baiklah, aku pulang dulu ya. Salam untuk Mamamu." Kendra bangkit berdiri lalu mengecup puncak kepala Maura dengan cepat.

Maura ingin sekali menghentikan langkah Kendra, tapi tangan dan kakinya masih terasa berat. Ia masih bingung dengan apa yang ia rasakan sebenarnya.

Sepeninggal Kendra, Maura masih duduk diam tak bergerak di kursinya. Untuk kesekian kalinya, ia merasakan ada yang hilang setelah Kendra keluar dan menutup pintu apartmentnya. Ruang kosong di hatinya terasa lebih menganga lebar dibanding saat Harvey mengkhianatinya dulu.

Maura menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Ia bingung dengan situasi hatinya sekarang. Bagaimana bisa pria yang belum ada satu minggu dekat dengannya, bisa mengacaukan perasaannya seperti ini? Apakah karena ia hanya sedang merasa kesepian saja?

'Ken, belum ada satu menit kamu pergi kenapa aku sudah merasa rindu?'

Pemuda yang sedang ia pikirkan tidaklah benar-benar pergi. Kendra menunggu di warung pangsit mie ayam tepat depan gedung apartment Maura. Matanya jeli mengamati siapa yang keluar masuk ke dalam perkarangan apartement itu. Mobil Harvey tak tampak di sana, ia memastikan kalau saudara tirinya itu sedang berada di luar.

Kendra menghabiskan dua gelas es teh manis dan semangkuk mie ayam hingga mobil berwarna merah milik Harvey mulai memasuki perkarangan apartment itu. Kendra menahan diri untuk tidak langsung menyusul pria berpenampilan rapi itu dan menghajarnya hingga tak berdaya.

Harvey turun dari mobil dengan bersiul senang. Ia baru saja menemui Reva dan sekarang akan menemui Maura di dalam apartement mereka. Di benaknya, ia sudah membayangkan dapat merayu pacarnya itu dan membawanya ke atas ranjang. Apapun akan ia lakukan untuk mengikat gadis itu dalam kekuasaannya, walau dengan cara kotor sekalipun.

Langkahnya ringan berjalan menuju ke kamar Maura yang sejalan juga ke kamarnya. Di saku celananya sudah ada sebungkus serbuk yang akan dituangkan ke dalam minuman gadis itu.

"Hai, lama menunggu?" Harvey tersenyum lebar begitu gadis yang sudah lama diinginkannya untuk menjadi pendamping hidup, membuka pintu apartmentnya.

"Kita jalan sekarang?" Maura keluar sudah siap dengan tas dan baju perginya.

"Aku baru saja datang, Sayang. Boleh masuk dan minta minum dulu?" Harvey mengusap keningnya yang sebenarnya tidak mengeluarkan keringat sedikitpun.

"Sebentar aku ambilkan." Maura berbalik ke arah dapur. Pintu yang terbuka dengan pemiliknya yang lengah, dimanfaatkan Harvey untuk masuk ke dalam.

...❤️🤍...

Terpopuler

Comments

Dhinok Farrel

Dhinok Farrel

duhhhh....gemes klo tokoh kayak mola yg plin plan, oon gini....
moga-moga selamat si mola....

2023-06-05

1

moerni🍉🍉

moerni🍉🍉

niii...bikin emosiiiii harvey

2023-05-15

0

Red Velvet

Red Velvet

Hatimu saja sdh rindu, itu artinya Kendra lah rumah untuk hatimu yg sebenarnya. Cepat pulang sana🤭

2023-05-15

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!