Bab 4

"Jadi, dokter Ikbal yang menolong mu malam itu Ai!", kata Nita sambal menyuapi bubur yang encer. Aini baru saja sadar dari komanya selama seminggu. Syarafnya masih belum sebaik sediakala bahkan untuk mengunyah makanan lembek dan berbicara.

"Kenapa bisa?",tanya Aini lirih.

"Bisa lah, kan takdir!", Nita kembali menyuapi sahabatnya.

"Bapak sama ibu lagi keluar, tapi kayanya bentar lagi balik. Sorry gue ga bisa memenuhi Lo lama-lama, gue ada shift sekarang!", kata Nita tak enak hati.

"Iya, makasih Nit!", kata Aini.

Selesai memberikan obat, Nita pun pamit pulang. Aini di dalam kamarnya berdua dengan pasien yang juga tidak ada penjaganya.

Pasien yang di samping Aini seorang nenek-nenek berusia lanjut. Nenek itu tidak tidur, tapi matanya menatap ke plafon terus. Terlihat di fisiknya, sang nenek tak memiliki luka apapun selain jarum infus yang menancap di tangannya seperti Aini sendiri.

Aini mencoba mengajak sang nenek berbicara.

"Nek...!", panggil Aini lirih. Nenek itu menoleh tanpa menyahut.

"Nenek ngga ada yang nemenin?", tanya Aini lagi. Tapi nenek itu kembali menatap ke arah plafon tanpa menjawab pertanyaan Aini.

Melihat lawan bicaranya tak menyahut, Aini memutuskan untuk menutup matanya dan menarik gorden pembatas. Tapi belum sampai ia terlelap, tiba-tiba saja seperti terdengar suara orang mengerang. Lalu tak lama kemudian ada tawa cekikikan yang terdengar begitu seram.

Ini tengah hari bolong, tidak mungkin ada hantu bukan?

Aini menggeser sedikit gordennya untuk melihat pasien nenek di samping. Matanya membulat sempurna saat melihat nenek yang tadi sempat ia tegur sedang mendelik menatap atap dengan tangan menggapai udara tak teratur.

Astaghfirullah, apa ini yang di namakan sakaratul maut??? Batin Aini. Dan dia semakin terkejut saat melihat keberadaan makhluk-makhluk aneh di sekitarnya. Aini ingin menjerit tapi tak bisa.

Tenggorokannya kaku, mulut dan lidahnya tergagap. Antara takut dan penasaran menjadi satu.

Hanya lelehan air mata yang menetes di pipi tirus Aini. Erangan si nenek sudah berakhir begitu pula suara yang tadi sempat ramai.

Aini masih membeku, hingga ia dikejutkan dengan sosok Miss Kun yang melayang-layang di atas tubuhnya. Jika tadi Aini sempat membeku, kali ini ia mulai tersadar.

"Pe...pergi...ja...ja...jangan gang-gu ak-u!", kata Aini tergagap.

Miss Kun pun menyingkirkan diri dari atas tubuhnya. Tapi hal itu belum cukup membuat Aini merasa lega.

Matanya kembali berkedip, melihat sosok berbalut kain kafan dengan wajah yang tak terbentuk. Bola matanya saja tidak berada di tempat sebagaimana mestinya. Tak lupa, belatung kecil-kecil menggeliat di wajahnya.

Apa ini yang di namakan pocong? Kenapa lebih seram yang ini di banding yang selama ini ia tonton di tv??

Bau anyir mendadak menyelimuti ruangan itu. Perut Aina mendadak mual menghirup aroma anyir darah, bangkai dan segala jenis bau-bauan yang tak enak.

Dengan sekuat tenaga ia bangkit lalu memuntahkan cairan yang ada dalam perutnya. Beruntung ada keset tepat di bawah tempat ia muntah.

Howekkkk....howekkk....Aini memuntahkan semua makanan yang ia makan saat ia di suapi Nita tadi.

Setelah di rasa lega, Aini pun terkulai lemas di atas brankarnya. Dia sudah tidak peduli dengan sosok-sosok yang ada di sana. Miss Kun masih beterbangan mengelilingi brankarnya. Poci berdarah-darah pun terdiam di ujung ruangan. Ada beberapa bentuk lain yang tak bisa Aini jelaskan.

Ia mulai belajar tidak peduli saat ini. Semakin ia ketakutan, makhluk aneh itu pasti akan semakin senang mengganggu.

Ceklek.... pintu ruangan terbuka. Entah kenapa spontan makhluk-makhluk yang tadi di sekitar Aini mendadak hilang. Rasa lega di dalam hati Aini pun datang. Tapi bukannya lega, seorang perawat menghampiri pasien sebelah Aini.

Dia keluar terburu-buru menghubungi rekannya. Aini tahu, perawat itu pasti akan memberitahu jika sang nenek sudah pergi.

Dada Aini terasa teriris. Pasien nenek tadi sendiri, tidak ada yang menemani di saat-saat terakhirnya. Mengucap syahadat misalnya.

Suasana mendadak ramai. Tidak hanya perawat yang menangani pasien nenek. Tapi perawat dan orang tua Aini pun masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Ain, kamu ngga apa-apa nak?",tanya Murni, sang ibu. Aini menggelengkan kepalanya, meski semua akan tahu jika Aini sedang shock berat.

"Kalo kamu takut, kita minta pindah kamar aja nak!", kata Mono, bapaknya Aini. Belum sempat Aini menjawabnya, ia melihat sang nenek yang tadi di sebelahnya sedang melambaikan tangan ke arah Aini.

Mata Aini berkedip, memastikan apa yang dia lihat. Si nenek lalu tersebut pada Aini. Setelah itu, si nenek pun menghilang dari pandangan Aini.

"Jadi gimana, kamu mau pindah?"

"Iya pak!", jawab Aini. Hari itu juga, Aini menempati kamar barunya yang kali ini satu ruangan berisi empat orang. Aini tampak tenang karena itu artinya dia tidak akan merasa kesepian lagi.

Sayangnya, ketenangan itu tak berlangsung lama. Aini melihat sosok hitam besar di ujung ruangan kamar barunya.

Semoga aku hanya salah lihat!

****@@@****

Horor tipis-tipis, lain kali mamak deskripsikan yang real. Spill pengalaman pribadi heheh makasih ✌️✌️✌️🙏

Terpopuler

Comments

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

baru tau aq ada keset di kamar rawat

2023-07-02

1

Yuliana Tunru

Yuliana Tunru

serem amat thior..jd aini skrg bisa lihat uka2 gitu hbs koma..lanjut thor

2023-04-15

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 107 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!