"Kamu masih tanya lagi, Mas. Padahal kamu sendiri sudah tahu apa jawabanku. Lalu, apakah kamu menginginkan aku menjawab iya untuk rencana konyol ibu ini?"
Pembahasan sensitif itu belum usai. Kasmirah sengaja datang untuk mengetahui jawaban atas semua pertanyaannya.
"Jadi, bagaimana?" tanya Kasmirah.
"Apanya, Bu?" tanya Ismawan.
"Kamu jangan pura-pura bodoh, Is! Ibu kan minta kamu untuk meminta izin pada Hanum. Mana jawabannya?"
Pasangan suami istri itu hening. Ternyata Ismawan sudah benar-benar dikendalikan oleh ibunya. Dia sama sekali tidak bisa berkutik.
"Lebih baik nggak usah bahas itu dulu, Bu," jawab Hanum. Dia mengalihkan pandangannya.
Kasmirah meradang. Penentuan pernikahan Ayu dan Ismawan tinggal menunggu keputusan dari Hanum. Kalau sampai Ismawan tidak mendapatkan persetujuan, Ayu tidak berani melanjutkan pernikahannya.
"Mana bisa begitu, Num! Kamu jangan egois. Ingat ya kamu sudah tinggal di rumah sakit ini lebih dari tiga hari. Coba kalkulasi kerugian yang diderita suamimu berikut ibu mertuamu ini. Uang berjuta-juta sudah habis untuk membayar rumah sakit. Keadaan rumah juga kacau karena kamu nggak ada. Lalu, sekarang ibu minta kamu menyetujui Ismawan menikah dengan Ayu, apa susahnya?" Kasmirah tidak bisa menahan amarahnya lagi.
Ismawan diam. Hanum tampak sedang menimbang sesuatu. Pandangannya tertuju ke arah suaminya lalu berganti ke ibu mertuanya.
"Kalau Ibu ada di posisiku, apa yang akan Ibu lakukan?"
Kasmirah terdiam sejenak. Pertanyaan jebakan ini jangan sampai membuat rencananya gagal dengan begitu mudah. Dia tahu kalau Hanum tidak akan rela membagi suaminya. Begitu juga dengan Kasmirah sendiri. Selama menikah dengan bapaknya Ismawan, dia sama sekali tidak mau dimadu ataupun suaminya memiliki selingkuhan.
"Kenapa Ibu diam? Ibu nggak bisa jawab, ya? Oh, atau Ibu nggak rela dimadu, tetapi malah menyuruh orang lain yang dimadu. Hebat sekali ya Ibu mertuaku ini. Tidak mau tersiksa malah menyiksa orang lain."
Seketika Kasmirah terdiam. Baru kali ini Hanum seberani itu. Entah, dia belajar dari mana untuk membolak-balikkan ucapan Kasmirah? Wanita paruh baya itu melirik ke arah Ismawan. Anaknya juga tidak menunjukkan tanda-tanda membelot dari rencananya.
"Udahlah, Num. Kamu jangan mengalihkan pembicaraan. Intinya kamu itu ngizinin atau enggak? Oh, kalau kamu nggak ngizinin, ibu pastikan kalau Ismawan akan menceraikan kamu!" tegas Kasmirah.
"Ibu?" ujar Ismawan terkejut.
Mengapa malah menjadi seperti ini? Ini tidak masuk dalam rencana ibunya, tetapi malah menjadikan masalah serius. Ismawan tidak mau bercerai dari Hanum. Apa pun keadaannya, Ismawan tidak akan menyerahkan Hanum begitu saja walau saat ini dia tidak berdaya.
"Is, kamu harus ceraikan Hanum saat ini juga kalau dia tidak menyetujui kamu menikah lagi!"
"Bu, nggak bisa seperti itu. Aku nggak mau ceraikan Hanum walaupun Ibu paksa aku menikah lagi."
Hanum merasa menang, tetapi itu cuma sementara. Kasmirah tidak akan berhenti di situ saja. Masa depan anaknya ada pada Ayu. Itulah mengapa Kasmirah bersikeras pada keputusannya.
"Oh, ya? Apa kamu mau selamanya menikah tanpa memiliki anak? Talak Hanum sekarang atau ibu akan bertindak lebih jauh lagi untuk memisahkan kalian!" ancam Kasmirah.
Hanum mencoba tetap tenang. Dia juga ingin menguji seberapa besar suaminya mempertahankan hubungan ini.
"Ikuti saja kemauan Ibumu, Mas. Apa kamu nggak punya nyali untuk mengucapkan kata talak itu di hadapanku? Silakan saja, Mas. Aku udah nggak peduli lagi," ujar Hanum yang sengaja memberikan kesempatan.
Ismawan lantas mendekati istrinya, menggenggam erat tangannya, dan mencoba melihat mata Hanum dengan seksama bahwa itu adalah sebuah candaan semata.
"Num, tolong jangan katakan itu padaku. Aku tahu kamu kesal sama aku. Aku pun tidak berdaya. Ibu terus saja memaksaku untuk menikah dengan Ayu."
Hanum menepis tangan suaminya. Drama rumah tangga itu pun dilihat langsung oleh Kasmirah. Ini kesempatan yang bagus untuk meyakinkan sekali lagi untuk mengucapkan kata talak saat ini juga.
"Is, lihatlah betapa istrimu sudah tidak peduli lagi sama kamu. Dia bahkan sudah menepis tanganmu. Lalu, apa yang ingin kamu pertahankan sekarang? Pilihan ibu jauh lebih baik ketimbang pilihanmu, bukan?" Kasmirah masih berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan pasangan sah itu demi orang lain.
"Bu, Hanum menepis tanganku karena dia ingin agar aku tegas sama Ibu, tetapi–"
"Alah, omong kosong apalagi itu, Is? Kamu sudah setuju untuk menikah dengan Ayu walaupun siri. Tidak masalah, kan? Nanti setelah tahu siapa yang hamil, kamu bisa memutuskan mau lanjut dengan siapa. Kalau Hanum nggak mau cerai sama kamu, ya kamu yang harus punya inisiatiflah!"
Telinga Hanum sangat ngeri mendengar penuturan ibu mertuanya. Ternyata pernikahan yang diagungkan selama ini bukan sebatas pada pasangan suami istri saja, tetapi pada keturunan. Kasmirah seolah mempermainkan ikatan suci pernikahan antara Hanum dan Ismawan yang sebenarnya tidak ada masalah bagi keduanya, tetapi bagi Kasmirah itu adalah masalah besar.
"Bu, jangan sampai gara-gara ucapan Ibu barusan hukum karma akan datang. Ibu perlu ingat kalau Hanum menikahi Mas Is bukan sekadar menikahi saja, tetapi kami juga menginginkan keturunan. Jika Ibu saja nggak pernah bisa membimbing menantu menjadi lebih baik, lalu apa bedanya dengan bimbingan Ibu pada anak laki-lakinya?"
Kasmirah semakin kesal. "Hukum karma apa? Kamu yang harusnya kena karma karena menghalangi niat baik ibu!"
Pada akhirnya Hanum menyerahkan semua keputusan pada sang suami. Terserah Ismawan mau melakukan apa pun. Dia cukup santai menanggapi perlakuan ibu mertuanya yang semakin hari keterlaluan.
"Udahlah, Bu. Semuanya terserah Ibu dan Mas Is. Hanum udah nggak peduli lagi. Cuma, aku hanya bisa mengingatkan pada Ibu kalau karma untuk mertua jahat seperti Ibu pasti akan ada."
"Num–"
"Biarkan saja dia mengatai ibu! Memang kenyataannya seperti itu. Yang jahat itu bukan aku, tapi kamu, Num! Kalau kamu nggak jahat, ya udah lepasin suamimu. Biarkan dia menikahi Ayu. Beres, kan?"
Hanum kembali berbaring di brankar yang semula posisinya setengah duduk. Percuma juga bertengkar dengan ibu mertuanya yang pada akhirnya akan membuat otot semakin tegang, pikiran kacau, dan membuat kondisi kesehatannya sendiri tidak kunjung membaik.
"Bu, cukup. Tolong berikan–"
"Gak ada negosiasi atau apa pun itu. Pokoknya ibu mau kamu segera menikahi Ayu. Kalau perlu setelah istri pemalasmu itu kembali ke rumah. Pasti dia akan ongkang-ongkang kaki di atas ranjang dengan alasan masa penyembuhan. Kasihan sekali kamu, Is. Masih banyak gadis di luaran sana, tetapi mengapa kamu malah memilih janda!"
Hanum cukup diam mendengarkan ocehan itu. Walaupun ucapannya tidak pernah didengar, tetapi keyakinan hatinya akan tetap ada. Karma untuk ibu mertuanya harus dapat sebagai rasa sakit hatinya selama ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
ciptoami
gak lama baca,sudah ketinggalan berapa bab,minal aidzin wal faidzin ,Mohon maaf lahir dan batin buat author...
lanjut, uh pengin getok aja tu ibu mertua
2023-04-28
0