Bab 13. Meluluhkan Hati Mertua

Hanum memang mendengar saran dari Wardani. Namun, dia tidak buru-buru untuk memutuskan sesuatu. Terlebih hal yang dilakukan secara tergesa-gesa pasti hasilnya tidak akan maksimal.

"Num, kenapa kamu diam? Apa aku salah dengan ucapanku barusan?" Wardani merasa tidak enak hati.

"Nggak ada yang salah dengan ucapanmu, War. Aku malah berterima kasih karena kamu sudah mau mendengar seluruh keluh kesahku selama ini. Terkadang aku merasa malu harus menceritakan masalah keluargaku pada orang lain. Rasanya agak gimana gitu."

"Hemm, aku bukan orang lain, Num. Justru aku akan sangat sedih sekali kalau nggak bisa tahu apa masalahmu. Kalau aku sekadar menebak-nebak saja juga percuma. Iya, kan? Jatuhnya aku bisa saja menimbulkan fitnah pada teman sendiri."

Walaupun Wardani tidak bisa membantu secara materi, setidaknya bisa menjadi pendengar yang baik sudah lebih dari cukup. Terlebih kehadiran Wardani semakin menguatkan Hanum untuk menentukan keputusannya mau melanjutkan pernikahan atau melepaskannya saat ini juga.

Sepertinya Hanum akan mengambil keputusan yang berlawanan dengan saran Wardani. Itu dilakukan mengingat kegagalan pernikahan pertamanya dulu. Hanum tidak ingin bercerai untuk yang kedua kalinya. Hidup menjanda bukanlah pilihan yang tepat untuk saat ini.

Bagi Hanum, sosok Ismawan adalah pria yang bertanggung jawab. Cuma saat ini pikirannya sedang dikuasai oleh ibunya. Hanum tidak boleh menyerah begitu saja sehingga dia akan kalah.

"Sepertinya aku akan mempertimbangkan saranmu itu, War. Cuma masalahnya aku menikah dengan mas Is itu bukan sebatas pelarianku karena pernah bercerai. Justru aku menikah lagi agar aku bisa bertahan lebih dari pernikahan sebelumnya. Intinya aku benar-benar tidak ingin berpisah dengan mas Is."

Sebenarnya tidak salah juga kalau Hanum menolaknya. Mungkin masih ada kesempatan untuk memperbaiki keadaan. Dia pasti akan mengusahakan sekuat tenaganya.

Lagi pula Kasmirah mungkin sedang khilaf. Dia perlu mendapatkan sesuatu yang akan membuatnya bisa sadar dan menerima ketentuan takdir yang digariskan Allah padanya. Terlebih lagi sikap Ismawan masih lebih baik ketimbang mantan suami Hanum yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata lagi. Makanya Hanum masih berpikir keras untuk bertahan.

Wardani memang tidak tahu kisah masa lalu Hanum dengan mantan suaminya. Hanum juga tidak pernah bercerita. Mungkin kisah masa lalunya sudah tutup buku dan tidak ingin diungkit lagi.

"Aku tahu itu, Num. Mungkin agak berat menjalani hari-hari seperti ini, kan? Kamu pernah gagal dan di dalam bayangan pernikahan keduamu ini berharap semuanya akan berjalan lebih baik. Tenyata itu tidak sesuai dengan bayanganmu, kan? Tidak masalah apa pun pilihanmu nanti. Aku akan tetap menjadi pendukungmu."

Saat ini yang ada di dalam pikiran Hanum adalah mencari cara untuk mengendalikan ibu mertuanya. Mumpung masih ada waktu, Hanum ingin berbincang lagi pada Wardani. Mungkin saja temannya itu bisa memberikan saran yang baik untuk mengubah seluruh permainan takdir yang membuatnya terjerembab sejauh ini.

"War, kamu ada saran tidak untuk meluluhkan ibu mertua? Mungkin kamu punya tips dan trik khusus?"

Agak berat kalau ditanya seperti itu. Masalahnya Wardani tidak pernah berhadapan dengan ibu mertua yang seperti itu. Wanita yang saat ini menjadi ibu mertuanya adalah bak malaikat yang dikirim Allah ke dunia. Sangat baik sehingga Wardani tidak pernah merasakan betapa kejinya sikap mertua bila tidak suka pada menantunya.

"Mungkin kamu bisa bekerja lagi," ujar Wardani.

Cuma dengan itu semuanya akan berubah dengan cepat. Hanya dengan uang dan jabatan tinggi di perusahaan. Ternyata tidak mudah bagi Hanum. Dilemanya semakin luar biasa antara bekerja dan melakukan program kehamilannya. Itu pun dilakukan sama-sama tanpa suami.

Hanum merasa lapar karena banyak sekali bercerita pada Wardani. Melihat jam dinding di warung itu, Hanum masih memiliki beberapa menit lagi sebelum dia pulang dan kembali ke rumah penuh dengan tipu muslihat.

"Jadi, aku harus bekerja lagi, War? Apa masih pantas bekerja dengan tubuh kering kerontang seperti ini? Yang ada perusahaan pasti akan langsung menolakku."

Benar juga. Hanum lebih terlihat seperti sosok mayat hidup. Dia terlihat seperti orang yang memiliki penyakit yang tidak pernah bisa disembuhkan. Tinggal menunggu kapan giliran dipanggil kembali pada Yang Maha Kuasa.

Wardani tidak memiliki ide lain selain meminta Hanum untuk bekerja. Apalagi pengalaman Hanum di perusahaan sebenarnya bisa digunakan untuk melamar di tempatnya yang baru.

"Agak ribet juga, ya? Perusahaan pasti menerima fresh graduate. Sementara kamu sudah lama menganggur dan usiamu juga tidak lagi muda. Akan sangat sulit masuk ke perusahaan, Num. Solusinya kamu harus memiliki usaha mandiri. Ya, mungkin kamu bisa mengasah skill-mu untuk membuat kue atau makanan yang bisa kamu jual. Ingat ya kalau ini tidak semudah drama novel atau film yang semuanya bisa digapai dengan mudah."

Hanum seperti berdiri di perempatan. Dia harus memikirkan mana yang akan di tuju. Untuk meluluhkan ibu mertuanya ternyata tidak mudah. Kalaupun dia harus bekerja di luar rumah, Kasmirah pasti akan mempermasalahkan urusan rumah. Sementara suaminya pasti akan melarang karena tujuan Hanum untuk tidak bekerja adalah untuk melakukan program kehamilan.

Kalaupun mau usaha mandiri, butuh modal dan skill khusus. Hanum tidak pandai membuat kue atau makanan untuk dijual. Kalaupun ingin menjahit, dia juga butuh mesin untuk menunjang pekerjaannya. Rasanya memang sulit. Lebih sulit dari tekanan ibu mertuanya.

"Sebenarnya aku buntu sekali, War. Cuma aku berbekal keyakinan saja semoga ada jalan keluarnya. Aku ingin ibu mertuaku seperti dulu lagi. Dia tidak pernah menghinaku apalagi sampai membuat suamiku berubah seperti saat ini."

"Hemm, aku cuma bisa dukung kamu, Num. Aku juga gak bisa bantu kamu secara materi. Yang kamu butuhkan bukan itu, tetapi keyakinan untuk mengembalikan keadaan. Aku doakan semoga semuanya berjalan lancar seperti yang kamu inginkan. Kuharap ini juga menjadi pernikahan terakhirmu, Num," ujar Wardani sebelum berpisah.

Rasanya sudah cukup bertemu dengan Hanum. Lagipula semua saran yang diberikan Wardani sama sekali tidak mengubah pandangan Hanum pada ibu mertuanya.

Semua pasti akan berubah seiring perjalanan waktu. Hanum tidak tahu kapan itu akan terjadi. Yang pasti di dalam keyakinannya selalu ada motivasi untuk tidak pernah menyerah dan mengupayakan sesuatu yang sudah berpindah dari tempat seharusnya.

"Aku harus mencari cara untuk mengembalikan keadaan. Aku harus yakin kalau semuanya akan baik-baik saja. Kalau aku menang dari ibu mertua, mas Is pasti akan mendukungku lagi. Aku harus kuat dan bangkit," gumam Hanum dalam perjalanan pulang.

Keyakinan dari hati Hanum membuatnya yakin bahwa apa yang diupayakan hari ini akan berhasil. Apalagi Hanum memikirkannya dari hati. Semoga saja pertolongan untuk Hanum datang dari berbagai pihak. Bagaimanapun Kasmirah sebenarnya tidak jahat, tetapi cara pandangnya saja yang perlu diubah.

Terpopuler

Comments

atin p

atin p

tiwas loro ati...num

2023-10-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!