Bab 10. Teman Lama

Hidup yang paling mengerikan adalah tinggal bersama mertua toxic dan suami yang tidak bisa menjaga perasaan pasangannya. Luka Hanum seperti ditambah lagi dengan air perasan jeruk nipis. Jika diteteskan, maka akan semakin menyakitinya.

Ayu juga sama. Dia yang hadir menjadi orang ketiga di dalam rumah tangga Hanum dan Ismawan malah dengan penuh percaya diri menjadi wanita yang tersakiti. Rasanya Hanum ingin berteriak sekencang mungkin bahwa kamulah pelakor itu!

"Mas, apa kamu yakin akan menerima Ayu sebagai istri keduamu? Mengapa kamu lakukan itu, Mas?" tanya Hanum di sela-sela waktu yang dimiliki suaminya.

Sejak tahu kalau Ismawan menyetujui permintaan ibunya. Ditambah lagi dengan sikap Ayu yang sama sekali tidak mau mengalah. Dukungan ibu mertuanya untuk pernikahan kedua suaminya membuat Hanum semakin kehilangan kepercayaan diri.

"Mengapa tidak, Num. Aku berulang kali sudah menolak keinginan ibu, tetapi sampai saat ini aku tidak memiliki anak. Mungkin saja ada yang salah denganmu, Num."

Jawaban yang menyesakkan dari Ismawan. Dia memang sudah bertemu dan berbincang dengan Ayu, tetapi belum memutuskan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih jauh lagi. Ismawan masih dilema dengan posisinya saat ini.

"Mengapa kita tidak mencari solusinya, Mas? Mengapa kamu malah menerima opsi lain jika opsi pertama saja belum kita jalani," ujar Hanum.

Maksud Hanum di sini adalah pergi ke dokter kandungan untuk memeriksakan kondisi masing-masing. Itu tidak mudah. Mereka harus membuat janji temu. Sementara Ismawan sedang padat-padatnya menerima pekerjaan di pabrik tempatnya bekerja saat ini.

"Kurasa masalahnya ada di kamu, Num. Kadang aku juga mikir kalau ucapan ibu benar. Jangan-jangan suamimu dulu juga sudah tahu kalau kamu tidak subur sehingga memutuskan untuk melepaskan kamu."

Rasanya sakit bukan saat suami sendiri tidak percaya. Dia pun tidak mendukung rencana Hanum yang sebenarnya itu untuk keutuhan rumah tangga mereka sendiri.

"Mas, aku yakin kalau aku sehat. Mungkin salah satu dari kita memang memerlukan penanganan dokter. Aku tidak menuduhmu, tetapi aku yakin kalau aku sehat. Setiap bulan aku mendapat tamu bulanan. Aku sangat yakin kalau siklusku normal, aku tidak bermasalah," jelas Hanum.

"Jadi, kamu nuduh aku yang tidak bisa hamilin kamu, iya? Picik sekali pikiranmu itu! Hanya gara-gara kedatangan Ayu saja kamu perpanjang masalah ini. Apa aku harus menikahi Ayu lalu membuatnya hamil agar kita juga sama-sama tahu bahwa kamulah yang bermasalah?" ujar Ismawan kesal.

"Mas ini bicara apa, sih? Ini bukan soal Ayu atau siapa pun. Walaupun aku tahu kalau kedatangan Ayu sangat menyita pikiranku. Aku sadar kok kalau kamu juga pasti akan tergoda dengan daun muda, tetapi tolong pikirkan sekali lagi tujuan kita menikah. Bukankah Mas juga sama-sama tahu dan sepakat untuk mencari solusi di setiap masalah yang kita hadapi? Bukannya malah melepaskan sendiri dan membebankan semuanya padaku, Mas."

Setelah hari itu, keseharian Hanum selalu saja diliputi pertengkaran. Suaminya seringkali membuat Hanum merasa terpojok dan sesekali juga dianggap menjadi wanita yang tidak pernah peduli pada keluarga.

Padahal apa pun yang dilakukan Hanum hanya untuk keluarganya saja. Kasmirah juga seperti Ismawan yang seringkali memojokkan dirinya. Hanum hanya ditugaskan sebagai seseorang yang bertanggung jawab atas seluruh rumah.

Pikiran Hanum sudah tidak bisa dikondisikan lagi. Dia memang bertahan hidup dengan suami dan mertuanya, tetapi tubuhnya yang kalah. Semakin hari Hanum bukannya semakin cantik, tetapi dia malah semakin kurus.

"Nah, lihat dirimu sendiri, Hanum! Apakah anakku masih pantas bersanding dengan wanita yang kurus kering seperti itu? Padahal setiap bulan juga sudah dijatah belanja. Apa kata orang saat membicarakanmu nanti? Dikiranya mertuanya jahat dan suaminya tidak bertanggung jawab!" ujar Kasmirah kesal.

"Loh, bukannya semua ini karena Ibu dan mas Is? Ibu yang terus memaksaku untuk mengurus seluruh rumah ini. Ibu juga yang membawa Ayu ke rumah, kan? Ibu juga yang memengaruhi mas Is untuk menerima Ayu sebagai istri keduanya. Kalian yang membuatku seperti ini," jawab Hanum pelan.

"Jangan salahkan ibu, Hanum. Persaingan akan tetap ada sampai kamu menyerah. Apa kamu juga lupa kalau Ismawan juga sudah bertemu dengan Ayu Kirana? Tinggal sebentar lagi maka mereka akan bersatu. Jadi, bersiap-siaplah kalau kau akan terdepak dari rumah ini dengan cepat."

Tidak hanya Kasmirah, Ismawan pun pernah menyakiti hatinya. Dia terpaksa menerima Ayu karena permintaan ibunya. Dia tidak bisa menolaknya karena takut menyakiti hati ibunya. Lalu, bagaimana dengan hati Hanum sendiri? Hati istrinya yang disakiti dari berbagai arah.

"Harusnya Ibu tidak berbuat sejahat itu sama Hanum. Bagaimana kata orang nanti kalau mas Is menikah lagi?" Hanum masih mencoba mencari alasan untuk memenangkan peperangan ini.

"Ibu tinggal bilang saja sama mereka kalau Hanum itu mandul. Tidak bisa kasih cucu buat aku. Lalu, diceraikan pun tidak mau. Mereka pasti iba sekali sama ibu," ujar Kasmirah bangga dengan seluruh rencana dan pemikirannya.

Hanum sudah paham kata kuncinya. Dia harus hamil, tetapi bagaimana caranya mewujudkan itu jika Ismawan sudah tidak mendukung dirinya lagi?

Hanum diam-diam mengumpulkan sisa-sisa uang belanja dari suaminya untuk keperluan seperti ini. Dia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit dan melakukan cek kesehatan. Walaupun itu tanpa suaminya, Ismawan.

"Aku akan buktikan sama kamu, mas. Aku layak kamu pertahankan. Buat ibu juga, tolong jangan terus-terusan merendahkan aku, bu," gumam Hanum sebelum pergi ke rumah sakit.

Hanum nekat pergi ke rumah sakit demi keluarga dan keutuhan rumah tangganya. Dia mengambil antrean ke dokter kandungan. Setidaknya tuduhan Kasmirah pada Hanum tidak terbukti. Dia berharap kondisinya akan selalu sehat dan bisa hamil dengan saran-saran yang diberikan dokter padanya.

"Senang rasanya melihat orang-orang hamil diantar suaminya untuk kontrol kehamilan. Kapan giliranku, Ya Allah? Kenapa Engkau terus saja membuatku resah dan terjerembab ke dalam kehidupan yang menyesakkan dada ini?" gumam Hanum melihat sekelilingnya.

Ingin rasanya Hanum keluar dari zona mengerikan itu, tetapi dia memikirkan dirinya lagi. Ismawan sebenarnya pria baik, tetapi mendadak berubah. Hal itu karena disebabkan oleh ibunya yang memiliki keinginan sangat tinggi.

Kali ini Hanum sudah masuk, tetapi tidak lama dia keluar lagi. Hasilnya sangat tidak memuaskan karena dokter ingin agar Hanum datang bersama suaminya.

"Ah, ada saja kendalanya saat aku memiliki niat baik. Sampai kapan aku akan bertahan di dalam posisi tersulit ini, Ya Rabb?" gumam Hanum.

Saat dirinya berniat keluar dari rumah sakit, tanpa sengaja Hanum menabrak seseorang. Orang itu pun langsung refleks memanggil namanya. Walaupun terlihat ragu juga karena perubahan Hanum yang signifikan.

"Hanum? Kamu Hanum, kan?" ujar orang itu yang ternyata adalah teman lama Hanum.

Terpopuler

Comments

Sri Puryani

Sri Puryani

cerai sj hanum ....cari kerja ke kota , rawat dirimu

2025-01-11

0

atin p

atin p

kalo sdh dihina pergi aja yg jauh..laki² bukan hnya ismawan...hadehhh....

2023-10-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!