Bab 9. Ayu Kirana

Tanpa sepengetahuan Hanum, tiba-tiba Ismawan setuju. Dia tidak peduli lagi dengan Hanum. Ini merupakan pilihan yang mengejutkan dan Kasmirah sangatlah senang sekali.

"Kamu yakin, Is? Kalau memang sudah yakin, ibu akan minta gadis itu datang ke rumah. Kau mau, kan?"

"Iya, Bu. Minta saja dia datang," ujar Ismawan yakin.

Entah, setan apa yang sedang merasukinya? Awalnya pria itu menolak, tetapi lambat laun menerima saran ibunya.

Seperti pada hari ini. Di mana saat Ismawan masuk shift malam. Otomatis dia akan pulang pada pagi hari sekitar jam delapan.

"Num, siapkan beberapa makanan, ya," ujar Kasmirah meminta menantunya.

"Memangnya siapa yang mau datang, Bu?"

"Sudahlah. Pokoknya siapkan saja. Gitu aja pake banyak tanya, sih. Tinggal ikutin apa kemauan ibu."

Hanum menyiapkan beberapa makanan dan minuman. Dia juga tidak tahu untuk apa, tetapi dalam hati Kasmirah rasanya ingin bersorak gembira lantaran Hanum menyiapkan segala sesuatunya untuk calon madunya sendiri. Ini sangat menarik dan berkesan, bukan?

Sebelum suaminya pulang, tiba-tiba datang seorang perempuan yang bisa dipastikan kalau usianya di bawah Hanum. Perempuan itu mengetuk pintu dan memanggil Kasmirah dengan sangat sopan.

"Assalamualaikum. Ibu di mana?" ujar perempuan itu.

"Waalaikumsalam. Kamu cari siapa, ya?" tanya Hanum.

"Cari ibunya mas Ismawan. Apa ada?"

"Ayu, ibu baru saja dari dalam. Maafkan ibu ya, Nduk. Ayo, masuk!" ajak Kasmirah pada Ayu.

Kasmirah dan Ayu Kirana pun masuk. Ibu mertuanya mempersilakan Ayu untuk duduk sambil menunggu kedatangan Ismawan.

"Duduk dulu, Yu. Tunggu mas Is datang, ya? Dia masuk shift malam dan akan datang pagi ini," ujar Kasmirah.

Mendengar pembicaraan itu, Hanum segera tersadar kalau perempuan yang datang itu adalah gadis yang akan dijodohkan dengan Ismawan.

"Ibu, Hanum boleh bicara sebentar?" pinta Hanum dengan sopan di hadapan Ayu.

Sementara Ayu sendiri tidak peduli siapa pun wanita yang ada di rumah itu. Terlebih dia juga tahu kalau Ismawan sudah beristri. Namun, permintaan Kasmirah juga tidak bisa ditolaknya begitu saja.

Kasmirah akhirnya mengikuti ke mana Hanum pergi. Rupanya menantunya itu mengajak Kasmirah ke ruang tengah di mana ruang makan berada.

"Ada apa, sih? Ibu lagi sama Ayu. Ibu juga lagi nungguin Is pulang. Ibu heran deh dengan kelakuanmu ini," ujar Kasmirah menunjukkan rasa tidak suka.

"Ibu, apa maksud semua ini? Ibu minta aku untuk nyiapin makanan sebanyak ini. Katanya mau ada tamu yang datang. Kenyataannya adalah perempuan itu. Sebenarnya siapa dia?"

"Calon madumu."

Hanum rasanya lemas sekali. Dia tidak percaya kalau hari ini akan tiba. Sementara yang dia tahu kalau Ismawan sempat menolaknya kala itu.

"Ibu paksa mas Is untuk menerima ide gila itu, kan? Aku tahu kalau mas Is sudah menolaknya, tetapi mengapa Ayu juga harus datang ke sini? Bukannya dia juga sudah tahu kalau mas Is itu memiliki seorang istri?"

Hanum masih tidak percaya dengan kejutan menyedihkan ini. Dia pikir menyiapkan makanan untuk kerabat atau teman-teman suaminya yang akan datang.

"Siapa bilang kalau Is menolak? Kamu pasti mendengar sebagian pembicaraan kami, bukan? Kenyataannya Is sudah setuju. Makanya ibu datengin Ayu. Suka atau tidak, kamu harus menerimanya."

Hanum rasanya lemas sekali. Masalahnya yang kemarin belum usai, kini ditambah masalah baru lagi. Rasanya Hanum sudah tidak sanggup lagi menghadapi ibu mertua dan juga suaminya.

"Kalau Ibu tidak mau bicara sama Ayu, biar Hanum saja yang bicara padanya. Aku ingin agar dia sadar diri bahwa posisinya jelas salah karena mas Is masih suamiku."

"Kalau begitu, kamu bisa bercerai dari Ismawan dengan segera. Setidaknya ibu tidak akan memiliki penghalang lagi untuk menjodohkan Ismawan dengan Ayu. Lagi pula ibu juga heran, mengapa dulu Ismawan mau saja nikah sama janda seperti kamu?"

Hanum tidak peduli lagi. Dia sengaja membawa nampan berisi minuman untuk diletakkan di depan meja Ayu. Itu pun juga Kasmirah yang memintanya.

"Silakan di minum, Mbak," ujar Hanum pada Ayu.

"Terima kasih."

"Oh ya, perkenalkan aku Hanum."

"Aku Ayu."

"Kenapa Mbak bisa datang ke sini?" tanya Hanum seolah menginterogasi.

Ayu sedikit memundurkan tubuhnya. Dia bersandar pada kursi yang didudukinya saat ini. Menurut informasi dari Kasmirah, wanita yang saat ini di depannya adalah istri Ismawan. Namun, Ayu tidak boleh gentar saat menghadapinya. Apalagi ini adalah permintaan Kasmirah sendiri yang yakin kalau Hanum pasti akan mengalah.

"Ya karena mas Is lah, Mbak. Memangnya apalagi?" jawab Ayu sedikit ketus.

Dari dalam Kasmirah rasanya senang sekali karena Ayu bisa mengimbangi dirinya. Terlebih cara Ayu menghadapi Hanum tidak akan membuat Kasmirah khawatir kalau calon madu menantunya itu akan kalah. Justru Ayu-lah yang akan mengalahkan Hanum dengan telak.

"Mbak kan juga tahu kalau mas Is sudah memiliki istri. Apa Mbak nggak takut dikatain pelakor sama orang-orang?" Hanum mencoba mencari celah supaya Ayu mengalah.

Ayu tersenyum mengejek. Justru yang menjadi pelakor di sini adalah Hanum sendiri. Sebelum Hanum menikah dengan Ismawan, Ayu lah gadis pertama yang seharusnya menikah dengan Ismawan. Namun, karena penolakan Ismawan dan kehadiran Hanum lah yang membuat segalanya berantakan.

"Seharusnya di sini pelakor adalah Mbak, bukan aku. Mbak udah merebut mas Is dari aku. Harusnya Mbak yang sadar. Paham kan di sini siapa pelakornya?" ujar Ayu geram.

Ayu Kirana memang sengaja datang ke rumah Kasmirah karena ingin membalas rasa sakit hatinya. Kalaupun saat ini dia mendapatkan kesempatan kedua, itu juga karena Kasmirah yang memintanya.

"Maaf, Mbak. Mungkin Mbak salah paham. Kami menikah karena mas Is memang belum memiliki pasangan. Makanya aku mau."

"Oh, ya? Mbak mau kabur dari kenyataan, bukan? Sebelum mas Is memutuskan menikah dengan Mbak, kami sudah pernah kenal dan saling dekat. Tiba-tiba hubungan kami berakhir begitu saja karena mas Is memilih menikahi kamu, Mbak. Aku kecewa, sakit hati, dan sedih tentunya. Coba Mbak berada di posisi aku?" ujar Ayu tanpa mau mengalah.

Enak saja Hanum mau menang sendiri. Perasaan Ayu saat itu sudah hancur lebur. Kalaupun saat ini dia tidak memedulikan lagi perasaan istri Ismawan, itu sangat wajar sekali.

"Ayu, itu di luar kuasaku. Aku tidak tahu kalau sebelumnya mas Is sudah pernah berkenalan denganmu. Saat itu hubungan kalian kan masih sebatas kenalan. Sementara aku ini istrinya sekarang. Apa kamu merasa nyaman datang ke rumah pria yang sudah memiliki istri?"

Tentu saja Ayu tidak peduli. Apalagi saat itu dengan jelas Ismawan menolaknya demi memilih menikahi Hanum. Jelas saja ada rasa kecewa dan sakit hati yang dirasakan Ayu Kirana.

Terpopuler

Comments

atin p

atin p

hanum kow goblok y.....

2023-10-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!