Bab 15. Jadikan Ayu Madumu

Rupanya kenyataan bahwa suaminya menyetujui permintaan ibu mertua bukan akhir dari segala penderitaan yang dialami Hanum. Tanpa diketahui Ismawan, Kasmirah terus saja membuat Hanum berada dalam kesulitan.

Seperti hari ini, Ismawan sudah pergi ke pabrik sejak pagi. Kasmirah dibuat kesal oleh Hanum karena semua yang menyiapkan sarapan dan kopi untuk Ismawan adalah Kasmirah sendiri. Ismawan tidak mengatakan apa pun tentang istrinya yang sedang tertidur pulas.

Satu gayung air mendarat sempurna di wajah Hanum. Bukan lagi dipercikkan, melainkan langsung diguyurkan pada Hanum yang saat ini berada di ranjang meringkuk dengan selimut.

"Astaghfirullah, Ibu!" ujar Hanum yang terkejut karena basah.

Hanum sadar setelah air itu membuatnya terbangun. Wajah pertama yang dilihatnya adalah Kasmirah. Ibu mertuanya masih memegang gayung berwarna kuning yang berbahan dasar plastik itu.

"Kamu malas-malasan, ya! Pantas kalau suamimu minta dimasakin dan disiapkan segalanya. Ternyata istrinya enak-enakan tidur. Ingat kalau kamu masih numpang di sini!" tegur Kasmirah kesal.

"Bu, aku minta maaf. Aku sangat lelah sekali hari ini."

"Apa katamu? Lelah? Num, kamu itu masih muda. Dikit-dikit gampang lelah. Manusia macam apa itu yang banyak ngeluh? Kalau nggak mau capek, ya kerja dong!"

Hanum tidak lagi membalas ucapan ibu mertuanya. Bisa semakin rumit akhirnya. Hanum segera turun dari ranjang yang sudah basah itu. Terpaksa harus menambah pekerjaan baru lagi, yaitu menurunkan seprei, menjemur bantal, menjemur kasur, dan mencuci selimut. Pasalnya semua itu basah karena satu gayung air yang digunakan Kasmirah untuk mengguyurnya.

Pekerjaan yang semakin banyak, tetapi tanpa didampingi istirahat cukup membuat tubuh Hanum mulai ringkih. Dia gampang sekali kelelahan. Terlebih pola makannya juga tidak teratur. Tubuhnya semakin hari malah semakin kurus.

Suatu hari saat Ismawan masuk shift malam, tiba-tiba di siang hari Hanum pingsan. Hanum segera dilarikan ke rumah sakit oleh Ismawan.

"Ibu jaga di rumah saja. Biar Is yang bawa Hanum ke rumah sakit," pamit Ismawan.

"Ck, istrimu itu ada-ada saja, Is. Paling cuma pura-pura," ujar Kasmirah kesal.

Kalau Hanum sampai dirawat di rumah sakit, itu artinya Kasmirah harus bekerja keras melakukan semuanya sendiri. Kegiatan hariannya bisa-bisa tertahan karena dikacaukan oleh menantunya.

Ismawan tidak lagi mendebat. Kondisi Hanum benar-benar pucat. Dia memang harus segera mendapatkan perawatan. Ismawan membawa Hanum ke IGD rumah sakit dan segera ditangani oleh dokter.

Tidak lama, dokter segera menginformasikan kondisi Hanum. Ismawan tampak kasihan dengan kondisinya karena merasa tidak memiliki perhatian lebih padanya.

"Jadi, apa harus rawat inap, Dok?"

"Iya, Pak Is. Bu Hanum harus mendapatkan perawatan intensif. Terlebih daya tahan tubuhnya semakin berkurang. Terlihat sekali kalau bu Hanum seperti kekurangan asupan makanan, tetapi selalu diforsir untuk bekerja," ujar dokter.

"Dokter, kalau misalnya rawat inap biasanya sampai berapa hari?"

Tentu saja Ismawan harus mengkondisikan dengan keuangannya juga. Hanum tidak memiliki asuransi kesehatan sehingga Ismawan harus membayar biaya rawatnya.

"Tergantung kondisi bu Hanum, Pak. Paling cepat sekitar tiga harian. Kalau lebih dari itu, berarti kondisi bu Hanum benar-benar harus dalam pengawasan ekstra."

"Baiklah, Dok. Terima kasih."

Selama Hanum dirawat, Ismawan juga menjaga istrinya di sela-sela waktunya bekerja. Kebetulan hari ini memang dia masuk shift malam sehingga dari pulang kerja sampai sore hari bisa mampir ke rumah sakit.

Sebelumnya Ismawan mampir ke rumah dulu. Ternyata ibunya ingin ikut ke rumah sakit. Kasmirah tidak mungkin pergi sendiri tanpa anaknya karena selama Hanum sakit, semua pekerjaan rumah dia yang harus menyelesaikannya.

"Is, kamu mau ke rumah sakit, kan? Ibu mau ikutan."

"Iya, Bu. Is mandi sebentar, ya."

Ismawan baru pulang. Dia harus mengganti seragamnya dulu dengan kaos dan celana panjang. Setelah itu baru pergi ke rumah sakit.

Selama Hanum sakit, baru kali ini Kasmirah datang. Itu pun bukan hanya untuk menjenguk Hanum, tetapi untuk memaki menantunya yang manja itu.

Sesampainya di ruang rawat Hanum, Ismawan diharuskan pergi ke apotek untuk mengambil beberapa obat. Maka dari itu, Ismawan pun meninggalkan Hanum bersama dengan Kasmirah.

"Num, mas mau ke apotek dulu ambil obat. Kamu nggak apa-apa kan kutinggal sama Ibu?" tanya Ismawan.

"Ck, memangnya kenapa, Is? Aku kan ibu mertuanya," balas Kasmirah kesal seolah menjadi orang yang sama sekali tidak diharapkan.

"Bukan begitu, Bu. Hanum terbiasa sendirian kalau aku kerja malam. Nah, sekarang kan ada Ibu. Jadi, mungkin Hanum agak sedikit terganggu."

"Alasan aja istrimu itu, Is. Pergi sana!" Kasmirah menyuruh Ismawan untuk segera mengambil obat karena Kasmirah sudah tidak tahan untuk tidak marah-marah.

Setelah Ismawan pergi, Kasmirah segera mengambil tempat duduk yang tidak jauh dari brankar Hanum.

"Kamu kapan sembuhnya?" tanya Kasmirah setelah beberapa detik suasana hening.

"Belum tahu, Bu. Tunggu dokter mengizinkan untuk pulang."

"Jangan manja kamu! Gara-gara kamu sakit, semua pekerjaan rumah dan Ismawan nggak ada yang ngurus. Ibu terpaksa mengurusnya. Ibu capek. Kamu pasti sengaja kan bermanja-manja di rumah sakit supaya mendapatkan perhatian anakku? Jangan mimpi kamu!"

Hanum menarik napas panjang kemudian menghembuskannya. Dia menarik tubuhnya supaya bisa bersandar di kepala ranjang. Walaupun duduk sambil berbaring, dia harus melakukannya.

"Bu, Hanum nggak manja. Dokter memang belum mengatakan kapan aku harus pulang. Kemarin mas Is juga sudah bilang minimal tiga harian. Maksimalnya kurang tahu."

"Alasan aja kamu! Kamu pasti sengaja kan bikin kami semua rugi. Ingat ya kalau kamu itu nggak punya asuransi kesehatan. Jadi, anakku yang harus bayar biaya rumah sakit. Selain itu, Ismawan gak ada yang urus saat di rumah. Makanya kamu jangan egois! Coba saja kalau Ismawan menikah lagi sama Ayu. Mau kamu nggak sembuh-sembuh pun nggak jadi masalah!" kesal Kasmirah.

Pembahasan mengenai Ayu rupanya belum usai juga. Entah, sampai kapan nama itu akan terhapus dari keluarga ibu mertuanya? Mungkinkah sampai Hanum menghembuskan napas terakhir ataupun setelah keinginan Kasmirah terwujud?

"Bu,–"

"Jangan bicara apa pun! Dengarkan ibu. Kamu harus bisa meyakinkan Is supaya segera menikah dengan Ayu. Dengan begitu kamu akan terbebas dari beberapa pekerjaan rumah. Kamu bisa berbagi dengan Ayu. Bukan hanya soal suami saja, tetapi juga pekerjaan rumah. Jadikan Ayu madumu!" perintah Kasmirah.

Antara sesak, sedih, dan prihatin mendengar penuturan ibu mertuanya. Seharusnya masa seperti ini Kasmirah bisa membantu proses penyembuhan Hanum. Bukannya malah membuat suasana semakin runyam seperti ini. Hanum tidak mampu berkata-kata lagi. Dia cuma bisa menahan rasa sakit di hatinya.

Sebagai seorang menantu, Hanum berada pada posisi tersulit. Mungkinkah dia mau mengikuti permintaan ibu mertuanya untuk menyakiti dirinya dan juga rumah tangganya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!