Keesokan harinya, Hanum lebih banyak diam. Dalam masa pemulihan, dia harus bertarung melawan penyakitnya. Dia juga harus mengkondisikan hatinya supaya baik-baik saja. Padahal sebenarnya dia pun sedang tidak baik. Namun, demi kesehatannya, Hanum mencoba berdamai dengan keadaan.
"Kamu mau makan apa?" tanya Ismawan.
"Nggak perlu, Mas. Dari pihak rumah sakit juga sudah disediakan makanan. Kamu cukup di sini saja aku udah seneng."
Ismawan memang jarang tidur di rumah sakit. Pekerjaannya yang menuntut dia tidak bisa penuh menjaga istrinya, tetapi pengertian Hanum membuatnya semakin tenang.
Lain halnya dengan Hanum. Dia masih saja memikirkan ucapan ibu mertua yang memintanya untuk merayu Ismawan supaya mau menikah lagi.
"Num, kenapa kamu diam? Apa yang sedang kamu pikirkan?"
Banyak sekali yang bergelayut manja di dalam pikiran Hanum. Mulai dari kesembuhan, program kehamilan, biaya rumah sakit, ucapan ibu mertua, dan yang paling menyedihkan adalah membujuk suaminya menikah lagi. Wanita mana yang sanggup melakukan semua itu untuk menghancurkan rumah tangganya sendiri?
"Banyak, Mas."
"Katakan saja, Num. Siapa tahu aku bisa membantumu."
"Banyak sekali, Mas. Kamu nggak akan kuat kalau jadi aku, Mas," gumam Hanum.
"Num, kenapa diam lagi?" tanya Ismawan sebelum Hanum mengutarakan kegundahannya.
"Mas, ini mengenai kamu dan Ayu. Aku tahu ini sangat sulit untukku dan keluarga kita, Mas. Aku hanya ingin kamu jujur sama aku mengenai hubungan kamu dengan Ayu. Sudah sejauh mana, Mas?"
Ismawan pun tahu kalau Ayu adalah kandidat istri yang pernah diajukan ibunya dulu. Namun, karena Ismawan memilih Hanum sehingga menolak gadis pilihan ibunya. Semakin ke sini, pesona Ayu dan dukungan ibu membuat Ismawan oleng. Sejauh ini memang belum ada keputusan mutlak dari Ismawan ataupun dari pihak Ayu. Jadi, semuanya masih berjalan normal.
"Nggak ada hubungan apa-apa, Num. Cuma ibu minta aku supaya lebih dekat dan mengenal Ayu lebih jauh lagi. Lagian dulu dia adalah kandidat yang dijodohkan ibu sama aku. Kamu tahu kan kalau aku juga baru bertemu Ayu akhir-akhir ini saat ibu memintanya datang ke rumah. Selebihnya aku nggak pernah bertemu dengannya. Jadi, kalau kamu tanya sejauh apa hubunganku dengan Ayu, nggak ada yang spesial, Num. Cuma ibu saja yang terlalu percaya diri nyuruh aku buat nikah lagi."
Hanum juga tahu itu. Ismawan menolak perjodohan demi menikah dengan Hanum. Namun, kenyataannya semakin ke sini mertuanya membuat celah di dalam pernikahan mereka.
Mendengar jawaban Ismawan, Hanum harusnya senang. Namun, dia tetap ragu karena penuturan Ismawan juga ragu. Pria mana yang menolak pesona gadis muda seperti Ayu.
"Num, kenapa diam lagi? Kamu ragu sama jawaban aku, ya?"
Ismawan seolah bisa membaca pikirannya. Tentu saja dia ragu. Sesekali Hanum mendengar suaminya menolak, tetapi di sisi lain Kasmirah berusaha meyakinkan anaknya untuk menikah lagi. Bahkan Kasmirah tidak ragu lagi meminta tolong pada Hanum untuk meyakinkan suaminya supaya mau menerima gadis itu sebagai istrinya.
"Wajar Mas kalau aku ragu. Kamu kan tahu kalau aku sekarang penyakitan. Terlebih lagi ibu terus saja menyudutkan aku agar kamu mau menikah dengan Ayu. Katanya supaya dia cepat dapat cucu dan ada yang bantu-bantu aku di rumah."
Menilik kondisi Hanum saat ini sangat tidak memungkinkan untuk melakukan program kehamilan. Dokter juga sudah menyarankan agar Hanum sembuh dan kembali seperti sediakala. Barulah setelah itu dokter bisa merekomendasikan program kehamilan bersama suaminya.
Penjelasan dokter kala itu yang membuat Ismawan berada dalam dilemanya. Dia memang tidak ingin berpisah dari Hanum, tetapi juga tidak bisa sepenuhnya mengabaikan ibunya. Ismawan juga percaya akan peranan takdir. Kalau memang dia tidak dikehendaki menikah dengan Ayu, maka semua itu tidak akan pernah terjadi.
"Lalu, apa kamu bersedia?"
Satu pertanyaan Ismawan membuat Hanum terdiam. Apa maksud pertanyaan suaminya itu? Apakah Ismawan juga sepemikiran dengan ibunya? Mungkin saja dia juga sudah memutuskan untuk setuju menikah, tetapi belum mengutarakan niatnya secara langsung pada sang istri?
"Kalau aku menikah lagi, setidaknya ibu tidak akan membuatku pusing. Hanum juga pasti ada yang membantu mengurus rumah. Selain itu, masa penyembuhan Hanum akan semakin cepat. Apa aku bilang saja kalau aku bersedia menikah dengan Ayu, tetapi menunggu keputusan Hanum? Jujur, aku juga sedih harus berada di posisi seperti ini. Masalahnya ibu akan terus mengusik kehidupanku sampai Ayu benar-benar masuk dan mengubah segalanya. Apa Hanum akan mengizinkan? Bagaimana kalau dia tidak setuju? Ibu pasti akan mengajak ribut lagi," gumam Ismawan memandang lekat ke wajah istrinya.
Mereka berada dalam dilemanya masing-masing. Tidak semudah itu mengurai kata setuju untuk memasukkan madu ke dalam rumah tangganya. Hidup bersama mertua saja sudah serasa punya madu. Apalagi sampai Ismawan benar-benar menikah dengan Ayu.
"Mas, wanita mana yang mau dimadu? Baik aku ataupun Ayu sama-sama tidak akan mau. Coba Mas tanya sama ibu, mau nggak ibu dimadu?"
Pertanyaan dan jawaban yang sama rumitnya. Terlebih lagi Ismawan belum pernah berada di posisi seperti itu, tetapi dia menghadapi ibu dan juga istrinya sudah sama seperti memiliki dua istri. Dia berada di dalam posisi yang serba sulit. Mau mengikuti kemauannya sendiri, tetapi bertolak belakang dengan ibunya.
"Aku nggak bisa jawab, Num. Memang sulit, tetapi kamu juga harus tahu kalau posisiku juga sulit. Aku bingung dengan diriku sendiri. Di sisi lain, aku ingin fokus sama kamu dan keluarga kecil kita. Namun, dari sisi ibu memaksaku untuk menikah lagi dengan Ayu. Kamu juga paham kan alasannya untuk apa? Ibu ingin segera punya cucu, tetapi sampai saat ini kita juga belum dikaruniai anak. Ibu ragu dengan hasil akhir pernikahan kita, makanya dia memintaku untuk menikah lagi. Kalau misalnya aku menikah lagi, apa kamu setuju?"
Perbicangan ini memang sangat sensitif, tetapi Ismawan harus tetap mendapatkan jawabannya. Bisa saja sewaktu-waktu ibunya mengubah keputusan secara sepihak. Untuk itu, Ismawan memerlukan izin dari Hanum.
"Mas, kamu jadi lakik jangan plin-plan, dong! Kamu harus bisa tegas sama ibu. Kalau sudah seperti ini, aku bisa apa? Apa aku harus mengizinkan kamu untuk menikah lagi? Padahal kamu juga sudah tahu jawabannya apa, Mas. Ibu itu butuh ketegasanmu, bukan keputusanku. Kamu tega nyakitin aku, Mas?" Pertanyaan Hanum sungguh menohok sekali.
"Sama aja, Num. Ibu minta aku untuk meminta izin dari kamu supaya bisa menikah lagi. Lalu, aku bisa apa sekarang selain harus meminta izin darimu. Intinya, kamu ngizinin apa enggak?"
Sekali lagi Ismawan bertanya. Namun, Hanum tidak bisa menjawab apa pun. Dia juga tidak memberikan penolakan, tetapi tidak juga menyetujui.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Lilo
knp juga hanum plinplan.cerai saja lbh baik
2023-05-17
0