Bab 14. Dukungan Ibu Mertua

Bagaimana rasanya berjuang sendirian tanpa suami atau ibu mertua? Rasanya jauh lebih sakit ketimbang tidak memiliki teman. Itulah yang saat ini dirasakan oleh Hanum.

Hanum mencoba memikirkan usaha baru. Dia juga sempat mencari lowongan pekerjaan di sela-sela kesibukannya mengurus seluruh isi rumah berikut suami dan mertuanya. Namun, tidak satu pun pekerjaan yang ditemukan. Justru dia terlihat seperti kalah sebelum berperang.

Ingin membuka usaha mandiri, Hanum tidak memiliki pengalaman. Apalagi sebelumnya dia hanyalah pekerja di sebuah perusahaan yang cuma bisa menjadi admin saja. Memasak pun bukan keahliannya. Apalagi menjahit atau keterampilan lainnya. Selain tidak bisa, Hanum juga kesulitan masalah modal usaha.

"Kalau sudah seperti ini, apa aku bisa bangkit?" gumam Hanum.

Susah payah Hanum mencoba bangkit dari keterpurukannya. Dia pun berjuang untuk mengambil hati mertuanya, tetapi Kasmirah malah mematahkannya terlalu dalam.

Kejutan demi kejutan yang diterima Hanum dari mertuanya bukan berupa dukungan, melainkan tujuannya untuk menyatukan Ismawan dengan Ayu semakin gencar. Tidak peduli lagi ada Hanum di hadapannya.

"Is, bagaimana hubunganmu dengan Ayu?" tanya Kasmirah di hadapan Hanum dan Ismawan.

"Ibu ini bicara apa? Aku dan Ayu nggak ada apa-apa. Udahlah, Bu. Jangan paksa aku untuk mendekatinya lagi," ujar Ismawan di hadapan Hanum.

Padahal saat itu Hanum tahu kalau suaminya setuju untuk menjalin hubungan dengan gadis muda itu. Bahkan terlihat jauh lebih muda ketimbang Hanum saat ini.

"Bu, tolong jangan terus-terusan membuat suamiku tertekan. Sampai detik ini aku masih menjadi menantu Ibu. Jadi, tolong jangan masukkan orang ketiga di dalam rumah tangga kami," imbuh Hanum.

Padahal secara tidak langsung Kasmirah lah yang menjadi orang ketiga di dalam rumah tangga putranya. Tidak hanya itu, secara terang-terangan Kasmirah menunjukkan ketidaksukaannya pada Hanum di hadapan Ismawan.

Kasmirah tidak peduli. Apa pun yang dikatakan Hanum dianggap bualan belaka. Selama menjadi menantu yang sama sekali tidak menguntungkan, Kasmirah akan tetap mendukung Ismawan untuk menikah lagi. Biarkan saja Hanum hidup di dalam penderitaannya sendiri.

"Kamu itu siapa ngatur-ngatur ibu? Terserah ibu dong. Mau nyuruh Ismawan ngapain aja, ya suka-suka ibu lah! Salah siapa jadi pengangguran yang nggak bisa kasih apa-apa? Kalau kamu bisa hamil, setidaknya aku punya harapan. Nyatanya sampai saat ini kamu tidak kunjung hamil juga, kan? Ibu sebenarnya sudah lelah mendengar pertanyaan tetangga. Kapan ibu punya cucu? Kamu tahu nggak kalau keberadaanmu di rumah ini sudah menimbulkan banyak masalah? Banyak yang mengira kalau kamu sedang hamil!" jelas Kasmirah dengan mulut seperti sedang berkomat-kamit.

Kasmirah tidak sungkan lagi untuk memarahi Hanum di hadapan suaminya sendiri. Ismawan ingin melerai keributan itu, tetapi segera dicegah oleh ibunya.

"Is, kamu jangan ikut campur urusan ibu dengan Hanum. Memang kenyataannya seperti itu. Mau bagaimanapun Hanum tetap salah!" imbuh Kasmirah.

Ismawan sebenarnya kasihan, tetapi dia tidak memiliki kekuatan apa pun. Terlebih Hanum memang belum hamil sampai saat ini.

"Ibu, tolong bicarakan ini baik-baik. Kasihan kan Hanum. Kita juga nggak akan tahu kapan bisa punya anak. Kami juga sudah mengusahakannya," sahut Ismawan.

Kasmirah mana mau peduli. Terlebih Ismawan sudah berani membela Hanum di hadapannya. Itu artinya sama sekali tidak menghargai Kasmirah sebagai ibunya. Kasmirah kesal lalu memarahinya.

"Kamu pikir bisa belain Hanum di hadapan ibu? Nggak bisa, Is. Pokoknya setuju atau tidak, kamu harus melanjutkan hubungan dengan Ayu. Cuma dia yang bisa memberikan solusi dari semua masalah rumah tanggamu."

Solusi yang bagaimana yang dimaksud Kasmirah? Ismawan sebenarnya tidak bisa, tetapi dia juga terdesak.

"Apa sih maksud Ibu?" tanya Ismawan.

"Ayu masih muda. Rahimnya pun pasti sehat. Jelas bisa dibuahi dengan gampang. Setelah kamu menikah dengannya, kalian pasti bisa cepat punya anak. Ibu dukung kamu seratus persen kalau memang mau menikah dengan Ayu."

Rasanya sakit sekali menjadi Hanum. Terlebih niat Ismawan untuk menikah dengan Ayu sudah mendapatkan dukungan dari ibunya. Sementara Hanum, dia harus mencoba menahan rasa sakit hatinya demi bertahan dengan pernikahannya.

"Hanum juga sehat, Bu. Tolong beri kami kesempatan," ujar Hanum membela diri. Jangan sampai pernikahannya hancur karena suaminya akan menikah lagi.

"Kalau kamu memang sehat, ya pastikan dong bisa kasih cucu buat ibu! Jangan cuma bisa janji-janji palsu saja. Kalau Ismawan tidak mau menikah dengan Ayu, ibu bakal keluar dari rumah ini! Ingat kalau Ayu adalah gadis pilihan ibu. Dia yang akan meneruskan keturunan keluarga ini. Mau atau tidak, kamu harus menerimanya, Is!" ujar Kasmirah tanpa memberikan celah sama sekali untuk keutuhan rumah tangga putranya.

"Iya, Bu. Terserah Ibu saja. Asalkan Ibu bahagia. Apa pun akan Is lakukan untuk Ibu," ujar Ismawan membuat Hanum terkejut.

"Mas, apa yang kamu lakukan? Jadi, kamu setuju dengan permintaan Ibu untuk menikah lagi? Ini bukan solusi, Mas. Masalah baru lagi pasti akan kita hadapi," ujar Hanum sedih. Dia tidak menyangka hidupnya akan seperti ini. Suaminya bahkan lebih memilih menyetujui ucapan ibunya.

"Sudahlah, Num. Mungkin tidak ada salahnya kita dengarkan Ibu."

Lagi-lagi hati Hanum dibuat hancur oleh suaminya. Seolah semua ucapan ibu mertuanya dianggap sebagai dukungan supaya Ismawan bisa menikah lagi.

"Nah, ibu senang kalau kamu setuju, Is. Ayu akan menjadi satu-satunya mantu ibu yang bisa kasih cucu sebanyak mungkin. Soal Hanum, terserah kamu nanti. Yang penting ibu berterima kasih karena kamu sudah mau mendengar saran ibu. Terima kasih, Is. Semoga rencanamu untuk menikahi Ayu tidak ada kendala dari berbagai arah. Kamu jangan coba-coba menggagalkan rencana ini!" tegas Kasmirah pada Hanum.

Hanum benar-benar hancur. Bertahan sakit, melepaskan pun sulit. Mungkin saja dengan mengutarakan keberatannya, Kasmirah bisa memahami itu.

"Bu, beri Hanum waktu satu bulan. Tolong jangan lakukan apa pun sebelum aku benar-benar hamil. Jika dalam waktu satu bulan Hanum tidak layak jadi mantu Ibu, setelah itu terserah Ibu." Hanum tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa.

"Kelamaan nunggu tanpa kepastian. Udahlah, Num, jangan halangi rencana ibu untuk menikahkan Ismawan dengan Ayu. Lagi pula setelah itu, ibu nggak akan ngejar-ngejar cucu dari kamu. Terima aja apa yang udah jadi keputusan suami kamu. Lagian Is juga sudah setuju. Iya kan, Is?"

Ismawan mengangguk. Walaupun ini adalah ide gila, tetapi tidak ada salahnya mencoba berkomitmen dengan pernikahan barunya nanti. Ibunya yang mendorong Ismawan yakin kalau Ayu bisa memberikan keturunan untuk keluarganya.

"Mas, kamu istighfar. Tolong jangan lakukan apa pun sebelum kita mencobanya lagi," pinta Hanum.

"Udahlah, Num. Ini juga rencana Ibu demi kebaikan kita," ungkap Ismawan tanpa memedulikan perasaan istrinya.

Terpopuler

Comments

Sri Puryani

Sri Puryani

pgn nampol is

2025-01-11

0

atin p

atin p

hanum..jd wanita koq ngoyo...g dihargai ttp bertahan....

2023-10-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!