Chapter 18 : Tempat Untuk Babi Bagian 2

Gelapnya akademi di malam hari benar-benar menyulitkan kami mencari keberadaan Tristan. Kami telah mencarinya ke beberapa ruangan yang mungkin dia lalui, seperti ruang ganti, ruang latihan, track lari dan beberapa tempat lainnya. Namun kami tak dapat menemukannya sama sekali.

Sekarang kami sedang berada di kolam renang yang berada di gedung serba guna milik kelas bela diri. Kami benar-benar frustari karena tak memiliki satupun petunjuk mengenai keberadaan Tristan.

Dengan napas yang masih tak beraturan Kevin bertanya padaku dan Viona. “Apa kalian ada ide tentang keberadaan Tristan?” tanyanya.

“Apa menurutmu aku adalah tipikal orang yang akan memiliki ide?” sahut Viona.

“Kita tak bisa terus berlarian tanpa arah seperti ini.”

“Kau benar, apa ada sesuatu yang kita lewatkan?” tanyaku pada mereka berdua.

Aku merasa bahwa kita telah melewatkan sesuatu yang cukup penting. Sesuatu yang seharusnya bisa menuntun kami menemukan keberadaan Tristan berada saat ini. Tapi aku tak bisa menebak hal apa itu sama sekali.

“SIal!” umpat Viona.

“Sabarlah Vio!” seru Kevin.

“Bagaimana aku bisa sabar dengan keadaan seperti ini!” ungkapnya. “Omong-omong aku sedikit penasaran … kenapa burung itu terus saja ada di pundakmu dan tidak terbang ketika kita berlarian ke sana kemari? Apa memang burung itu selalu setenang itu?” tanya Viona sembari menunjuk Guru yang sedang bertransformasi.

Tunggu … itu dia! Itu adalah hal yang aku lupakan mengenai Tristan. Bodohnya aku melupakan hal sejelas itu.

“Itu dia!” seruku membuat Kevin dan Viona memasang wajah heran.

“Apa?” tanya Viona.

“Kau tahu sesuatu?” lanjut Kevin.

“Hewan … Tristan selama ini diperlakukan layaknya hewan …” ucapku pada mereka.

Tanpa membalas satu katapun mereka telah paham dengan apa yang aku maksudkan. Selama ini kami hanya mencari ‘Babi’ di tempat manusia berada. Kami seharusnya mencari tempat yang dianggap pantas ditempati oleh ‘Babi’, bukan manusia.

Kami secara serentak langsung berlari ke lapangan berkuda yang ada di dekat gedung serba guna. Di sana benar-benar gelap namun kami masih bisa sedikit melihat keadaan di sana.

“Ikuti aku!” seru Kevin.

“Baik!” jawabku dan Viona serentak.

Kevin menuntun kami berlari menuju ujung dari lapangan berkuda tersebut. Menuju bangunan kecil yang ada di dekat hutan. Kandang kuda. Itu seharusnya cukup untuk dianggap sebagai tempat hewan berada.

Setelah mendekat ke kandang tersebut. Viona lalu mencoba untuk membuka pintu kandang, namun pintu itu terkunci dengan rapat, seolah ada sesuatu dari dalam yang menghalangi pintu tersebut untuk terbuka.

“Minggir!” ucap Kevin.

DIa mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu tersebut dengan sekuat tenaga, dengan persiapan yang cukup dia langsung menghantamkan tubuhnya ke pintu kandang.

Sayangnya pintu tersebut tak bergeming sama sekali ketika didobrak olehnya. Benar-benar situasi yang sulit. Sepertinya aku tak punya pilihan lain selain menggunakannya saat ini.

“Biar aku saja.” ucapku seraya berdiri di depan mereka. “Aku mohon, apapun yang kalian lihat saat ini. Tolong rahasiakan ini dari orang lain.” lanjutku.

Mendengar ucapanku membuat Kevin dan VIona saling melempar tatap. Tanpa menunggu mereka untuk bertanya aku langsung mengarahkan tanganku pada pintu tersebut dan mulai melemparkan sihir angin padanya.

“Blow!” Angin kencang langsung membuat pintu tersebut terdorong dengan kuat dan hancur seketika. Seranganku juga membuat kuda-kuda yang ada di dalam mulai panik. Nampaknya pintu tersebut dihalangi oleh beberapa barel besar berisi air dan tumpukan jerami, seolah ada seseorang yang sengaja melakukannya.

Kevin dan Viona benar-benar terkejut dengan apa yang aku lakukan, tapi mereka memilih untuk diam saat ini mengingat ada hal yang lebih penting lagi untuk kita lakukan sekarang.

Kami mencoba melihat ke dalam kandang kuda tersebut. Kandang itu memiliki lampu lilin kecil yang mengantung di atasnya dan beberapa sekat yang memisahkan kuda satu dan lainnya. Keadaan di sana kini mulai gelap karena lampu lilin yang ada ikut terkena dampak dari seranganku.

Namun dibanding dengan serpihan dari barel dan jerami yang aku hancurkan, ada sesuatu yang lebih membuat kami merinding karenanya. Kami bisa melihat ada bekas darah di lantai kandang tersebut.

Sekilas sebelum lampu tersebut mati dan ikut terkena dampak dari ledakan pintu itu, kami bisa melihat darah di lantai kandang. Bekas darah tersebut terlihat seperti ada sesuatu yang diseret menuju bagian dalam kandang.

“Apa ini …?” tanya Kevin.

“Lihat! Di bawah kita!” seru Viona.

Kami melihat apa yang VIona maksud itu. Terlihat di bawah kami juga ada bekas cairan kental yang bersumber dari belakang gedung serba guna. Kami tak bisa menyadari ini sebelumnya karena kondisi malam yang sangat gelap.

Namun sekarang kami dapat melihatnya dengan cukup jelas. Kami sepakat bahwa cairan tersebut merupakan darah yang sama dengan yang ada di dalam kandang.

“Eergh ….”

Terdengar suara erangan kecil dari dalam kandang yang membuat kami sedikit menahan napas. VIona juga terdengar seperti menelan ludah karena mendengar suara tersebut. Kami benar-benar tak mau memikirkan suara apa itu.

“Semoga ini tak seperti yang aku pikirkan …” ucap Kevin.

Aku dan Viona hanya mengangguk perlahan mendengar ucapan Kevin. Kami memiliki pemikiran yang sama, namun kami tak mau menerima isi pikiran kami begitu saja. Perlahan kami mulai melangkah masuk ke dalam sana.

Di tengah kuda-kuda yang sedang panik, aku mencoba menerangi tempat itu dengan sihir api di tanganku. Kini kembali terlihat dengan jelas bekas darah yang di seret itu. Sesekali kami juga mencoba menenangkan kuda-kuda yang panik.

“Tenanglah, Bung. Kami tak berniat jahat pada kalian.” ucap Kevin.

“Anak baik, maaf kami membuat kalian ketakutan.” bisik Viona.

Aku yang berjalan di depan mereka berdua mengikuti noda darah tersebut menuju ujung kandang. Noda darah di ujung sana terlihat berbeda dengan yang sebelumnya kami lihat. Di sana terlihat lebih banyak darah yang mengisi antara tempat menyimpan jerami dan air untuk kuda.

Langkah kami terhenti ketika melihat pemandangan itu. Kami tak mau memikirkan kemungkinan yang terjadi di sana. Aku mencoba mengarahkan tanganku yang sedang mengeluarkan sihir api ke sana untuk menerangi tempat tersebut.

Terlihat ada sepasang kaki yang mengenakan celana dan boot hitam dipenuhi oleh lumpur dan juga darah. Kami langsung berlari ke arah penampakan sepasang kaki tersebut.

“Tristan!” Viona berteriak.

Aku dan Kevin mencoba mengangkat tubuh Tristan yang sedang terkulai lemas. Mencoba mendudukkannya agar darah yang keluar dari kepalanya tak keluar lebih banyak lagi.

Sial! Kondisi Tristan benar-benar parah. Tanpa perlu mencari tahu siapa pelakunya kami sudah tahu dalang di balik semua ini. Albert! Tapi kami tak punya waktu untuk memikirkan itu sekarang, prioritas kami saat ini adalah keselamatan Tristan.

“Bung! Apa kau bisa mendengar kami?!” tanya Kevin.

Namun Tristan hanya terdiam tanpa bisa menjawab. Dia berusaha membuka matanya namun tak kuasa karena telah kehilangan banyak sekali darah. Tubuhnya yang dingin itu benar-benar lemas.

“Sial! Aku tak akan memaafkan siapapun yang melakukan ini!” seru VIona.

“Tenanglah Vio! Sekarang bukan saatnya untuk marah!” Kevin mencoba menenangkan Viona.

“Bagaimana aku bisa tenang!”

“Coba cek nadinya!” pintaku pada Kevin tanpa mempedulikan kemarahan Viona.

“Baik!”

Kevin mencoba menekan secara perlahan leher dari Tristan, namun dia segera menggelengkan kepala dan mulai menekan urat nadi yang ada di lengan Tristan. Kembali dia menggelengkan kepalanya itu.

“Susah! Aku susah merasakan nadinya karena tubuhnya tertutup lemak!” ucapnya.

“Minggir!” seru Viona sembari mendorong Kevin menyingkir.

Viona lalu mendekatkan kupingnya ke dada Tristan. Terlihat wajah tegangnya perlahan mulai melemas setelah mendengar detak jantung Tristan.

“Detaknya masih ada, tapi … tapi itu benar-benar lemah.” ucapnya.

Kami sangat frustasi dengan keadaan ini. Kami tak memiliki keahlian apapun untuk melakukan pertolongan pertama pada Tristan. Ditambah kepanikan yang kami alami membuat kami tak bisa berpikir dengan semestinya.

“Tenanglah nak!”

Tiba-tiba saja Guru yang sedang bertransformasi mulai berbicara pada kami. Dia tak menggunakan telepati saat ini, sehingga membuat Kevin dan Viona mulai terkejut karenanya.

“Bu-burungnya bicara!” seru Viona.

“Tenanglah biarkan aku mengatasi hal ini.” jawab Guru tanpa mempedulikan mereka berdua.

Guru mulai bertransformasi kembali menjadi manusia dan mulai membersihkan luka yang ada di badan Tristan, dia juga mulai membalut lukanya dengan kain yang ada di kantung dimensi miliknya.

“Aarrgh!”

Kevin dan VIona mulai melompat karena terkejut, dengan begitu tubuh Tristan hampir saja terjatuh karena bobotnya itu tak bisa kutahan sendiri. Untung saja Guru berhasil menangkap tubuh Tristan.

“Terkejutnya nanti saja bodoh!” seru Guru pada mereka. “Sekarang tahan tubuh babi besar ini!”

Kevin yang tersadar mulai kembali memegangi tubuh Tristan itu. Setelah tubuhnya kembali kami tahan, Guru langsung melanjutkan kegiatannya. Kali ini dia mengeluarkan sebuah pil dan meminumkannya pada Tristan.

“Ini tak bisa terlalu membantu keadaan saat ini …” ungkapnya.

“Lalu kita harus bagaimana?!” tanyaku padanya.

“Hei kau!” ucap Guru pada VIona. “Cepat lari temui Gareth dan suruh pak tua itu kemari. Dan jangan sampai ini diketahui orang lain selain Gareth, Sekarang!”

“Baik!”

Tanpa menunggu waktu lama, VIona langsung berlari ke kediaman para pengajar yang ada di dekat komplek akademi. Aku yang sedari tadi memperhatikan mulai mendekatkan kupingku ke jantung Tristan.

Detak jantungnya perlahan mulai melambat dan tiba-tiba saja berhenti seketika.

“Detak jantungnya! Detak jantungnya berhenti!”

Dengan tergesa-gesa Guru langsung menjulurkan tangannya di dada kiri milik Tristan. Dia menekan dada kiri Tristan dengan jari-jarinya dan mulai mengeluarkan sihir listrik padanya.

“Apa yang kau lakukan!” aku mencoba menghentikan Guru.

“Diam! Hei, coba tahan murid bodohku itu!” perintah Guru pada Kevin.

Kevin tanpa pikir panjang mulai menahan ku yang sedang memberontak. Kini badan Tristan mulai terjatuh dengan Guru yang masih terus mengalirkan listrik ke dada kirinya secara berulang-ulang.

“Tenanglah Deron! Kau harus tenang!”

Mendengar ucapan Kevin membuatku sedikit lebih tenang. Aku tak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Guru, tapi sepertinya membiarkan dia saat ini adalah satu-satunya pilihan yang kami punya.

Terlihat tubuh Tristan tersentak beberapa kali mengikuti sengatan listrik yang diberikan oleh Guru. Aku hanya bisa berharap apa yang dilakukan oleh Guru bisa membantu Tristan.

Setelah beberapa kali Guru melakukan hal yang sama secara berulang. Dia mulai mendekatkan kupingnya ke jantung Tristan. Wajahnya yang dingin itu mulai memperlihatkan sebuah senyum.

“Seharusnya sekarang tidak apa-apa.” ungkapnya.

“Apa dia selamat?” tanya Kevin.

“Ya, detak jantungnya telah kembali.”

“Syukurlah.”

Mendengar ucapan Guru membuat kami terkulai lemas, setelah semua ketegangan ini. Berita tersebut benar-benar melegakan bagi kami.

“Apa yang tadi kau lakukan Guru?” tanyaku.

“Aku memompa jantungnya. Ingat dengan apa yang mau aku ajarkan sebelumnya? inilah apa yang mau aku coba ajarkan padamu.”

“Jadi ini yang tadi ingin kau ajarkan padaku.”

Memang benar saat Guru melakukan itu padaku, jantungku rasanya tiba-tiba saja berhenti namun mulai berdetak kembali setelahnya. Apa itu adalah tehnik yang tidak dimaksudkan untuk membunuh lawan seketika melainkan tehnik untuk menyelamatkan seseorang? Aku telah berburuk sangka padanya.

“Seharusnya kau mengatakan itu sejak awal. Yah, bukan berarti ini salahmu juga mengingat kita berhenti di tengah-tengah tadi.” ucapku.

Guru hanya menghela napas panjang mendengar perkataanku.

“Tapi kenapa kau ingin mengajarkan ini padaku? Apa kau telah menduga semua ini, Guru?”

Guru tak menjawab pertanyaanku, dia hanya memperlihatkan ekspresi sedih di wajahnya saat menatapku. Tanpa dia berkata aku sudah tahu apa yang mau Guru sampaikan saat ini.

Mengingat semua pengalamannya di masa lalu, sepertinya Guru sadar bahwa hal ini akan terjadi juga padaku. Sebab itulah Guru mencoba mengajarkanku sihir ini.

“Maaf … tapi kau siapa? Sepertinya aku perlu penjelasan di sini.” ucap Kevin memotong keheningan.

Namun sebelum kami sempat menjawabnya, Viona telah kembali bersama dengan Tuan Gareth dan seorang perempuan yang tidak aku kenali. Nampak wajah terkejut dari mereka berdua ketika melihat kondisi Tristan.

Mereka mulai menyuruh kami untuk membawa Tristan masuk ke ruang perawatan yang ada di gedung akademi. Kami semua hanya dapat menunggu berita mengenai kondisi Tristan saat ini.

Tuan Gareth juga menemani kami saat ini, dia mencoba menenangkan kami yang sangat khawatir akan keadaan Tristan.

“Kalian tak perlu cemas. Teman kalian sudah ditangani oleh ahlinya.” ucapnya menenangkan kami.

Kami hanya bisa terduduk menunggu kesembuhan Tristan dalam diam. Situasi saat ini benar-benar memukul hati kami karena tak bisa menjaga teman kami dengan baik.

Setelah cukup lama kami menunggu dengan cemas. Perempuan yang tadi bersama Tuan Gareth akhirnya keluar dari ruang perawatan.

“Kondisinya kritis untuk saat ini. Tapi beruntung karena bantuan dari, Nyonya Margareth, dia bisa kita selamatkan.” ucap perempuan tersebut.

“Terimakasih, Lina.” ucap Tuan Gareth.

Sepertinya perempuan tersebut adalah orang yang pernah disinggung oleh Tuan Gareth. Dia adalah satu orang lainnya selain Herald yang mengetahui soal kelompok misterius yang sedang kami cari-cari.

Dengan begini kami akhirnya bisa melepaskan beban yang menindih hati dan pikiran kami. Kami akhirnya bisa bernapas dengan lega setelah tahu jika Tristan akan baik-baik saja.

Tuan Gareth juga menyarankan kami untuk segera kembali ke asrama masing-masing setelah berterimakasih pada kami. Dengan saran dari Tuan Gareth kami akhirnya memutuskan untuk kembali ke asrama dengan perasaan lega.

Albert … tunggu saja, aku pasti akan membalaskan semua perbuatanmu ini padaku.

Terpopuler

Comments

Khodam maut

Khodam maut

babichan!!!

2023-04-30

0

MarukoChang!

MarukoChang!

haaaam!!!😭

2023-04-30

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 : Siluman Burung
3 Chapter 2 : Guru Sihir Bagian 1
4 Chapter 3 : Guru Sihir Bagian 2
5 Chapter 4 : Langkah Awal Bagian 1
6 Chapter 5 : Langkah Awal Bagian 2
7 Chapter 6 : Langkah Awal Bagian 3
8 Chapter 7 : Langkah Awal Bagian 4
9 Chapter 8 : Langkah Awal Bagian 5
10 Chapter 9 : Kelompok Misterius dan Akademi Bagian 1
11 Chapter 10 : Kelompok Misterius dan Akademi Bagian 2
12 Chapter 11 : Konfrontasi Bagian 1
13 Chapter 12 : Konfrontasi Bagian 2
14 Chapter 13 : Konfrontasi Bagian 3
15 Chapter 14 : Babi dan Bangsawan Bagian 1
16 Chapter 15 : Babi dan Bangsawan Bagian 2
17 Chapter 16 : Julukan Baru
18 Chapter 17 : Tempat Untuk Babi Bagian 1
19 Chapter 18 : Tempat Untuk Babi Bagian 2
20 Chapter 19 : Memancing Ikan Bagian 1
21 Chapter 20 : Memancing Ikan Bagian 2
22 Chapter 21 : Anggota Kelompok Bagian 1
23 Chapter 22 : Anggota Kelompok Bagian 2
24 Chapter 23 : Duel Dengan Bulldog Bagian 1
25 Chapter 24 : Duel Dengan Bulldog Bagian 2
26 Chapter 25 : Duel Dengan Bulldog Bagian 3
27 Chapter 26 : Duel Dengan Bulldog Bagian 4
28 Chapter 27 : Duel Dengan Bulldog Bagian 5
29 Chapter 28 : Duel Dengan Bulldog Bagian 6
30 Chapter 29 : Kelas A dan Kata Terlarang
31 Chapter 30 : Clumsy Alchemy
32 Chapter 31 : Serangan di Akademi Bagian 1
33 Chapter 32 : Serangan di Akademi Bagian 2
34 Chapter 33 : Serangan di Akademi Bagian 3
35 Chapter 34 : Serangan di Akademi Bagian 4
36 Chapter 35 : Master Bela Diri Bagian 1
37 Chapter 36 : Master Bela Diri Bagian 2
38 Chapter 37 : Master Bela Diri Bagian 3
39 Chapter 38 : Master Bela Diri Bagian 4
40 Chapter 39 : Hellen Bagian 1
41 Chapter 40 : Hellen Bagian 2
42 Chapter 41 : Hellen Bagian 3
43 Chapter 42 : Hellen Bagian 4
44 Chapter 43 : Hellen Bagian 5
45 Chapter 44 : Darah di Taman Bunga Bagian 1
46 Chapter 45 : Darah di Taman Bunga Bagian 2
47 Chapter 46 : Darah di Taman Bunga Bagian 3
48 Author Sakit
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 : Siluman Burung
3
Chapter 2 : Guru Sihir Bagian 1
4
Chapter 3 : Guru Sihir Bagian 2
5
Chapter 4 : Langkah Awal Bagian 1
6
Chapter 5 : Langkah Awal Bagian 2
7
Chapter 6 : Langkah Awal Bagian 3
8
Chapter 7 : Langkah Awal Bagian 4
9
Chapter 8 : Langkah Awal Bagian 5
10
Chapter 9 : Kelompok Misterius dan Akademi Bagian 1
11
Chapter 10 : Kelompok Misterius dan Akademi Bagian 2
12
Chapter 11 : Konfrontasi Bagian 1
13
Chapter 12 : Konfrontasi Bagian 2
14
Chapter 13 : Konfrontasi Bagian 3
15
Chapter 14 : Babi dan Bangsawan Bagian 1
16
Chapter 15 : Babi dan Bangsawan Bagian 2
17
Chapter 16 : Julukan Baru
18
Chapter 17 : Tempat Untuk Babi Bagian 1
19
Chapter 18 : Tempat Untuk Babi Bagian 2
20
Chapter 19 : Memancing Ikan Bagian 1
21
Chapter 20 : Memancing Ikan Bagian 2
22
Chapter 21 : Anggota Kelompok Bagian 1
23
Chapter 22 : Anggota Kelompok Bagian 2
24
Chapter 23 : Duel Dengan Bulldog Bagian 1
25
Chapter 24 : Duel Dengan Bulldog Bagian 2
26
Chapter 25 : Duel Dengan Bulldog Bagian 3
27
Chapter 26 : Duel Dengan Bulldog Bagian 4
28
Chapter 27 : Duel Dengan Bulldog Bagian 5
29
Chapter 28 : Duel Dengan Bulldog Bagian 6
30
Chapter 29 : Kelas A dan Kata Terlarang
31
Chapter 30 : Clumsy Alchemy
32
Chapter 31 : Serangan di Akademi Bagian 1
33
Chapter 32 : Serangan di Akademi Bagian 2
34
Chapter 33 : Serangan di Akademi Bagian 3
35
Chapter 34 : Serangan di Akademi Bagian 4
36
Chapter 35 : Master Bela Diri Bagian 1
37
Chapter 36 : Master Bela Diri Bagian 2
38
Chapter 37 : Master Bela Diri Bagian 3
39
Chapter 38 : Master Bela Diri Bagian 4
40
Chapter 39 : Hellen Bagian 1
41
Chapter 40 : Hellen Bagian 2
42
Chapter 41 : Hellen Bagian 3
43
Chapter 42 : Hellen Bagian 4
44
Chapter 43 : Hellen Bagian 5
45
Chapter 44 : Darah di Taman Bunga Bagian 1
46
Chapter 45 : Darah di Taman Bunga Bagian 2
47
Chapter 46 : Darah di Taman Bunga Bagian 3
48
Author Sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!