Pepohonan dan gelapnya malam menghias perjalanan kami menuju rumah kakek. Namun bukannya merasa tenang dan damai oleh semua pemandangan ini. Aku malah merasa panas karena Guru terus saja mengomel selama perjalanan. Bukan hanya jalannya yang lambat, tapi keluhannya membuat telinga ku terasa pekak karenanya.
"Hoi bocah! Berapa lama lagi kita sampai ke rumahmu?” Guru kembali menanyakan pertanyaan yang sama secara berulang-ulang.
“Sabarlah, kita sudah hampir sampai. kalau kau tak kuat untuk berjalan, kenapa kau tak berubah menjadi burung saja seperti tadi?” saranku pada Guru yang terus mengeluh.
Memikirkan saran dariku, Guru lalu berubah kembali menjadi burung, walau sepertinya dia terlihat masih sedikit kesal karena harus berjalan setelah baru saja makan. Tapi aku sama sekali tak menyuruhnya untuk ikut berjalan, aku hanya menyuruhnya untuk mengikutiku.
“Seharusnya kau lakukan itu dari tadi guru,” ucapku dengan sedikit mengejek.
Setidaknya dengan dia berubah kembali menjadi seekor burung. Dia tidak akan terlalu banyak mengeluh karena merasa lelah, dan aku bisa berjalan dengan lebih cepat tanpa harus menunggunya di belakangku.
“Berisik!” Guru yang telah berubah langsung terbang dan bertengger di pundakku.
Dengan berubahnya guru menjadi seekor burung, aku pun mempercepat lajuku. Sebenarnya jarak antara rumah kakek dan danau tadi itu tak begitu jauh, namun karena guru berjalan dengan sangat pelan akhirnya kami menghabiskan waktu yang lebih lama dari biasanya.
Pepohonan yang menutupi hutan, sedikit demi sedikit sudah mulai menipis. Menandakan bahwa rumahku sudah mulai dekat. Setelah melewati pepohonan yang rimbun itu, kami akhirnya bisa melihat rumah milik kakek.
Rumah panggung kecil setinggi 3 meter yang ada di tengah-tengah halaman luas. Kakek sengaja membuat tempatnya seperti ini karena dengan luas halaman dan tinggi rumah tersebut, kakek bisa menjauhkan nyamuk dari rumahnya. Ilmu ini sendiri kakek dapat dari para monyet yang tinggal di atas pohon.
“Sudah sampai.”
“Hoo, lumayan juga untuk sebuah rumah di tengah hutan,” puji Guru setelah melihat rumah kakek.
Guru akhirnya kembali berubah menjadi bentuk manusia dan mulai berjalan naik melewati tangga untuk masuk ke dalam rumah. Saat kami mau memasuki rumah, aroma dedaunan yang sejuk dari hutan telah bercampur dengan debu yang menutupi bagian dalam rumah.
“Uhuk, kutarik kembali ucapanku mengenai rumahmu ini. Apa kau tak pernah membersihkan rumahmu ini?” Guru terbatuk karena debu yang mulai berterbangan ketika angin dari luar mulai memasuki rumah.
“Aku selalu membersihkannya, hanya saja aku baru selesai memperbaiki rumahku ini tadi sore dan belum sempat untuk membersihkan sisanya karena lapar.”
“Yah, aku tak bisa banyak mengeluh mengingat situasimu itu.”
“Terima kasih pengertiannya. Tunggulah sebentar, biar aku bersihkan sedikit agar kita bisa berbicara.”
Aku langsung membersihkan lantai yang di penuhi oleh debu dan sisa dari kayu-kayu yang aku gunakan tadi sore. Setelah selesai membersihkan lantai, aku langsung menyiapkan alas untuk aku dan Guru duduk di dalam.
Guru yang sedari tadi berdiri di pintu pun langsung duduk di atas alas yang aku persiapkan, dan aku pun duduk di hadapannya.
“Jadi, kenapa kau minta aku membawamu ke sini?” tanyaku membuka pembicaraan.
“Aku hanya tak ingin tidur di luar,” jawab Guru dengan terlihat begitu santai.
“Hah? itu saja?”
“Tentu tidak. Aku juga perlu tempat yang nyaman untuk menjelaskan alasanku mengangkatmu sebagai seorang murid. Tunggulah sebentar,” seru Guru padaku.
Guru merogoh sakunya dan mengeluarkan kantung dimensi miliknya. Dia mengeluarkan sebuah lencana berwarna hitam dengan ukiran huruf E di tengahnya.
“Lencana Eldrea? Terlebih ini berwarna hitam.”
Dari yang aku baca di buku. Kerajaan Eldrea menggunakan sebuah lencana sebagai tanda keanggotaan di kerajaannya, yaitu lencana berbentuk seperti perisai kecil dengan ukiran huruf E di tengahnya. Bisa dibilang lencana ini adalah sebuah tanda pengenal dari semua orang yang berhubungan dengan kerajaan, namun walau begitu. Lencana tersebut juga menunjukkan perbedaan kasta dari pemiliknya
Untuk penjelasan singkatnya itu sendiri seperti ini.
Lencana yang terbuat dari perunggu diberikan kepada para staff dan juga prajurit kerajaan. Silver untuk orang-orang yang memiliki pangkat yang lebih tinggi seperti captain dan komandan pasukan. Emas untuk para bangsawan dan juga orang-orang penting seperti penasihat raja. Platinum bagi orang-orang yang telah mampu membuat pencapaian yang begitu besar bagi kerajaan. Bisa dibilang mereka yang memiliki lencana platinum adalah pahlawan bagi kerajaan.
Tapi ada rumor yang mengatakan bahwa ada juga lencana lain dengan kuasa lebih tinggi dari platinum, dan lencana itu hanya diberikan kepada orang-orang tertentu seperti para pahlawan yang melawan ras iblis, yaitu lencana berwarna hitam yang terbuat dari sirip naga legendaris Acnologia, atau lebih dikenal sebagai sang raja naga.
Namun keaslian rumor tersebut sangat sulit untuk dibuktikan mengingat pahlawan yang masih hidup saat ini adalah Theodor Waston yang menjabat sebagai Archduke dan sang Raja dari Eldrea itu sendiri, Maximus Crowler. Dengan alasan itu rumor ini sulit dibuktikan karena mereka berdua sudah sama-sama memiliki lencana platinumnya sendiri.
“Hoo, jadi kau juga tahu lencana ini?” ucap guru sembari tersenyum lebar.
“Tentu, tapi bukankah lencana ini hanya diberikan kepada para pahlawan?”
“lebih tepatnya. Lencana ini hanya diberikan kepada orang-orang yang terlibat langsung dengan pertarungan dengan, Raja iblis 30 tahun lalu.”
“Hah?! jadi kau sudah setua itu?” Aku benar-benar terkejut karenanya.
“Tentu saja tidak brengsek!” Pukulan keras dari guru langsung melayang ke kepalaku.
“Aww!” rintihku.
“Aku memang mengikuti perang tersebut ketika berumur 18 tahun, tapi aku berakhir membeku di balok es karena serangan dari raja iblis keparat itu!”
“Heee, jika dia bisa membuatmu membeku begitu, berarti dia sangatlah kuat.”
“Itu tak sepenuhnya benar. Aku membeku karena aku terpaksa menahan serangannya yang ditujukan pada Trishia dan juga Jester,”
Trishia dan Jester adalah pasangan pahlawan yang menghilang 10 tahun yang lalu, mereka adalah 2 pahlawan lainnya yang bertarung bersama dengan archduke dan juga raja..
“Kalau boleh tahu, apa hubunganmu dengan para pahlawan itu guru?”
“Aku bertemu dengan Jester dan juga Trishia ketika menjadi petualang, dan tak lama dari itu, aku pun menjadi mentor dari mereka. Mereka tak akan bisa jadi apa-apa jika tak ada aku yang membantu mereka,” ungkapnya dengan sombong.
“Lalu bagaimana dengan archduke dan juga raja?” tanyaku lebih lanjut.
“Mereka hanyalah prajurit dari kekaisaran yang kami temui di medan perang. Dan karena kami berjuang bersama, pada akhirnya kami pun menjadi lebih dekat.”
“Hmm, jadi begitu.” Aku mulai mengetahui masa lalu guru.
“Dan mengenai urusan yang aku maksud sebelumnya. Aku ingin kau membantuku mencari keberadaan dari Jester dan Trishia. Kudengar mereka menghilang setelah memiliki seorang anak. Ada kabar bahwa mereka sedang di incar oleh seseorang yang bersekutu dengan ras iblis. Oleh sebab itu sebagai seorang guru yang baik. Aku harus mencari mereka dan menolongnya. Itu pun jika mereka masih hidup.”
“Apa maksudmu mereka telah meninggal?”
Wajah Guru mulai muram setelah mendengar pertanyaanku. “Sepertinya begitu, aku bisa tahu keberadaan mereka karena aku menanamkan mana milikku ke jantung mereka. Namun saat ini aku tak merasakan keberadaan dari mana yang aku simpan pada mereka.”.
“Maaf, aku membuat mu mengingat hal tersebut.”
“Tak apa, justru aku cukup bersyukur karena bertemu denganmu.”
“Kenapa?” tanyaku penasaran.
“Karena aku merasakan mana milikku di dalam dirimu.”
“Maksudnya?”
Aku terkejut mendengar ucapannya. Mana mungkin mana miliknya ada di dalam diriku padahal kita baru saja bertemu.
“Entahlah, aku pun belum sepenuhnya mengerti. Bagaimana bisa mana milikku ada di dalam diri bocah sepertimu, tapi yang jelas itu semua bermula dari satu tahun yang lalu.”
“Setahun yang lalu?”
“Benar.”
Guru masih memasang wajah murung, aku bisa melihat ada beban yang begitu besar membebani pundaknya itu.
“Ketika aku baru terbebas 5 tahun lalu. Aku bertemu dengan Maximus dan Theodor di Eldrea. Reuni itu tak terlalu menyenangkan karena aku menemukan fakta bahwa murid ku telah menghilang dari dunia ini selama 10 tahun. Sebagai seorang guru yang baik aku pun memutuskan untuk pergi mencari tanda-tanda keberadaan mereka, namun seperti yang kau tahu, aku tak bisa menemukan apa-apa.”
Rasa iba mulai memenuhi diriku, tak kusangka di balik sikapnya yang angkuh dan seenaknya terhadap orang lain itu ternyata juga menyimpan kesedihan yang begitu dalam.
“Namun setelah lama mencari, aku tiba-tiba saja bisa merasakan mana yang kusimpan pada jantung Jester dan Trishia. Tepatnya satu tahun yang lalu,” lanjut Guru.
“Jika itu satu tahun yang lalu. Berarti itu ketika aku baru menggunakan sihir?”
“Hmm, Jadi begitu. Aku memang merasakan mana milikku, tapi itu sungguh lemah dan sering menghilang secara tiba-tiba sehingga cukup sulit untuk dilacak. Namun jika itu adalah waktu dimana kau baru saja belajar sihir, itu semua jadi masuk akal.”
Mendengar penjelasan dari Guru, kami akhirnya memiliki sebuah hipotesis yang mungkin akan bisa membuat semua ini jadi masuk akal.
Kurasa mana milik Guru telah ada di dalam diriku untuk waktu yang lama. Aku tak tahu tepatnya kapan, tapi yang jelas mana itu hanya terkubur di dalam diriku, dan itu semua terhenti karena aku yang secara ajaib mulai bisa membaca dan menggunakan sihir..
Bisa dibilang mana yang terkubur di dalam diriku ini mulai ikut mencuat ke permukaan berbarengan dengan meningkatnya kemampuanku menggunakan sihir, sehingga dengan begitu aku mulai bisa terdeteksi oleh Guru. Namun karena kemampuanku dalam sihir masih sangat kurang, kurasa itulah penyebab kenapa guru mengatakan bahwa mana tersebut sering menghilang begitu saja.
“Jadi selama ini kau mencariku, dan baru menemukanku malam ini? Apa yang kau maksud dengan punya keperluan di sekitar sini itu untuk mencariku?”
“Yups, tepat sekali.” Dia menganggukkan kepalanya.
“Kalau begitu apa yang kau butuhkan dariku?”
“Untuk saat ini kau tak bisa melakukan banyak hal, namun aku tahu, jika aku melatihmu sekarang. Kau pasti akan berguna untuk mencari keberadaan muridku.”
“Semoga saja.”
“Baiklah, karena kau sudah tahu tujuan kita berikutnya. Lebih baik kita tidur sekarang,” ucap Guru seraya langsung merebahkan tubuhnya di tempatnya duduk.
Kepalaku tak bisa sepenuhnya menerima semua informasi dari Guru. Jika semua itu benar, maka bahaya akan sekali lagi mengintai dunia manusia dan aku sebagai orang yang ditunjuk oleh Guru sebagai muridnya harus membantunya untuk menghentikan kemungkinan tersebut.
Memikirkannya saja sudah membuatku bergidik ngeri. Tanpaku sadari, aku sudah masuk ke dalam permasalahan yang tak mungkin di selesaikan oleh seorang anak kecil biasa, tapi aku juga tak bisa memalingkan pandanganku akan bahaya yang menanti umat manusia saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Manusia Biasa
ini juga kayaknya ke spasi dah
2023-05-10
1
Manusia Biasa
Acnologia? referensi anime fairy tail🤣?
2023-05-10
1
Manusia Biasa
Ke spasi ini kalimatnya
2023-05-10
1