Chapter 13 : Konfrontasi Bagian 3

“Dengan begitu mari kita akhiri sesi pagi hari ini. Kalian bisa mulai mengikuti sesi praktik setelah makan siang, terima kasih semuanya, saya pamit undur diri.”

Kalimat dari, Herald mengakhiri kelas. Ekspresi dari setiap murid yang sudah mulai tampak lelah setelah mendengarkan materi panjang pun mulai kembali ceria dan mulai bercengkerama bersama temannya masing-masing.

Sepertinya para murid telah memiliki kelompoknya masing-masing. Mereka pergi dengan kelompoknya itu menuju kafetaria. Ada juga beberapa murid yang memilih untuk tinggal di kelas dan memakan perbekalan mereka, tapi ada juga murid yang tinggal di kelas dan tak melakukan apa-apa.

Orang itu adalah Tristan, dia tak beranjak sedikit pun dari tempat duduknya, dia juga tak mengeluarkan kotak makan atau semacamnya. Aku juga tak yakin jika dia berniat untuk membaca buku. Dia hanya terlihat murung di tempatnya duduk.

“Hei, apa kau tak mau makan?” tanyaku padanya.

“Tidak … aku tak apa, kau boleh pergi jika kau lapar,” jawabnya.

Entah karena alasan apa dia terlihat begitu tertekan saat ini. Berbeda dengan murid lainnya yang seharusnya terlihat senang karena bisa pergi makan atau hanya sekadar mengobrol dengan temannya, Tristan malah terlihat seperti akan melewati sebuah badai.

“Oke, kalau enggak mau ikut, aku mau pergi ke kafetaria dulu. Nanti aku pasti membawa beberapa makanan buatmu.” aku bangkit dari dudukku berniat pergi menuju kafetaria.

Ketika aku baru saja berdiri dari tempatku duduk. Aku bisa melihat 2 orang yang aku temui di koridor waktu itu melambai ke arahku. Jika tak salah nama mereka adalah, Viona dan Kevin. Benar?

“Deron! Sini, ayo makan bareng,” ucap Viona sembari melambaikan tangannya dengan gesture untuk menyuruhku mendekati mereka.

Aku berjalan ke arah mereka, terlihat senyuman hangat dari kedua wajah muda yang penuh energi tersebut.

“Bung, tak kusangka kau akan langsung masuk ke kelas C,” Kevin membuka pembicaraan.

“Maaf, sepertinya aku lupa bilang pada kalian, ya?”

“jadi kau sudah tahu akan langsung masuk ke kelas C?” tambah Kevin.

“Sudahlah, ayo kita lanjutkan di kafetaria saja, aku sudah tak kuat menahan rasa lapar, cepat-cepat!” Viona menarik kami berdua bersamanya.

Suasana di dalam akademi terlihat begitu hidup ketika jam istirahat. Aku tahu jika akademi memang lah menakjubkan saat kemarin mendaftar, tapi aku masih takjub dengan pemandangan di sini.

Murid-murid memenuhi lorong akademi. Ada yang bercengkerama, ada juga yang membaca buku di setiap bangku yang telah disediakan di lorong akademi. Setiap ekspresi menghiasi setiap murid. Mungkin ini yang dinamakan masa muda, memang cukup terlambat bagiku merasakannya, tapi setidaknya sekarang aku dapat merasakan menjadi anak-anak pada umumnya.

Ruang kafetaria terlihat begitu besar dan mewah, ornamen lampu-lampu yang terbuat dari lilin menggantung di langit-langit. Meja-meja yang tertata rapi, dan semua dekorasi ala kerajaan yang ada membuat ruang kafetaria ini terlihat sangat indah. Apakah ini cara kerajaan menunjukkan kekuatan mereka?

“Bu, aku pesan pottage, roti dan brawn en peuerade. Masing-masing 3!” Viona memesan makanan dengan penuh semangat untuk kami.

“Vio! Aku tak perlu makan sebanyak itu,” protes dari Kevin.

“Ayolah, kau ini kan seorang swordman. Kau harus makan banyak mengingat banyaknya kalori yang terbakar ketika latihan,” bantah Viona.

“Tetap saja itu terlalu banyak, VIo!”

“Kalau gitu anggap saja ini untuk merayakan keberhasilan, Deron masuk ke akademi dan mencatatkan rekor skor tertinggi selama akademi didirikan, oke?” Viona melirik ke arahku sembari tersenyum.

“Aku tak keberatan.” ungkapku sembari mengangguk, aku juga penasaran dengan makanan yang di pesan oleh Viona, aku memang tahu roti itu seperti apa rasanya, tapi untuk 2 makanan lainnya. Aku sama sekali tak tahu apa itu, malah mendengar namanya saja bisa membuatku salah membedakan antara nama makanan dan sihir.

“Baiklah,” Kevin mau tak mau mengikuti keinginan dari Viona.

Setelah memesan makanan. Kami akhirnya duduk di meja yang tersedia di kafetaria.

“Selamat makan!” ucap kami berbarengan.

Aku memperhatikan Kevin dan Viona yang mulai menyobek roti dan mulai memasukkannya ke dalam pottage, sup kental yang terbuat dari sayuran, bulir padi dan beberapa daging tersebut terlihat seperti bubur ayam yang diberikan kecap manis.

“Cepat cobalah, Deron,” seru Viona.

Aku mencoba melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan dan mulai memasukkan potongan roti yang sudah dipenuhi oleh sup kental tersebut ke dalam mulutku.

Rasa yang luar biasa mulai menari di dalam mulutku. Tekstur dari roti tawar yang mulai berpadu dengan rasa gurih dari pottage membuatku tak berhenti untuk terus memakannya. Terlebih bau aromatik dari parsley dan thyme membuat pottage ini menjadi sangat menggoda

Kevin dan Viona hanya dapat memperhatikan ku makan dengan begitu lahap. Aku tak keberatan dengan tatapan mereka, atau mungkin tak peduli? Entah lah, yang jelas makanan ini benar-benar menggodaku, mengingat selama di hutan aku hanya memakan makanan yang dibuat dengan cara masak dan bumbu sederhana, sehingga membuatku lupa diri ketika diberi makanan dengan rasa yang kompleks seperti ini.

“Woah, apa kau sudah lama tidak makan?” ucap Viona melihat betapa lahapnya aku makan.

“Benar, kau bahkan lebih lahap dari pada Viona,” lanjut Kevin.

Aku tak mengindahkan ucapan mereka berdua dan hanya fokus menghabiskan makanan yang ada di depanku ini.

“Sudah habis?” Mereka berdua terlihat begitu kagum dengan kecepatan makanku.

Memang benar kurasa aku makan terlalu cepat, atau mungkin porsi dari makanannya yang terlalu sedikit? Aku melirik ke arah hidangan potongan daging sapi dan babi yang terendam di dalam kuah anggur kental di sampingku. Tanpa berpikir lama aku langsung menyantap makanan tersebut.

Tak seperti namanya yang begitu rumit, rasa dari makanan ini begitu simpel namun tetap nikmat, potongan daging yang di proses sedemikian rupa hingga begitu empuk dan kuah anggur yang ditaburi lada membuat dagingnya memiliki rasa yang kuat namun mudah diterima oleh lidah. aku tak bisa berhenti memasukkan makanan ke dalam mulutku karenanya.

“Habis … semuanya habis,” ucap Kevin dan Viona kagum sembari memperhatikan mangkuk dan piringku yang begitu bersih tanpa menyisakan sedikit pun noda.

“Bung, kau harusnya membuat pertunjukan khusus, caramu makan itu benar-benar luar biasa,” ucap Kevin.

“Benar, aku bahkan sudah kenyang hanya dengan melihatmu makan,” lanjut Viona.

“Haha, maaf. Sepertinya aku kalap karena belum pernah memakan makanan seperti ini.”

“Kau belum pernah makan pottage?” tanya Viona.

“Benar. Aku besar di hutan dan hanya memakan makanan yang kutemukan di sana, jadi memakan hidangan yang punya rasa yang kompleks seperti ini benar-benar membuatku tak kuasa menahan diri.”

“Kau besar di hutan?! bung kau pasti memiliki fisik yang luar biasa jika seperti itu. Apa kau mau menjadi swordman juga?” tanya Kevin.

“Niat ku memang akan belajar menjadi swordman di akademi ini, tapi aku tak memiliki dasar sama sekali …” jawabku dengan sedikit ragu.

“Kurasa kau akan baik-baik saja jika memang kau besar di dalam hutan. Apalagi melihat kau makan sebanyak itu, kurasa kau akan memiliki energi yang cukup untuk mengejar ketertinggalanmu,” Viona mencoba menguatkanku.

“Itu benar, kau pasti bisa mengejar yang lainnya dengan cepat,” tambah Kevin.

“Terima kasih.” Aku bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang seperti mereka.

Setelah sedikit berbincang, Kevin dan Viona mulai melanjutkan makannya. Kami pun segera kembali ke kelas setelah selesai makan siang. Karena waktu istirahat cukup panjang di akademi ini, Kevin dan Viona mencoba mengajarkan ku beberapa teori dasar sebelum kelas sore berlangsung.

“Kenapa kita memiliki waktu istirahat yang begitu panjang?” tanyaku pada mereka.

“Itu bertujuan untuk membuat kita para murid punya waktu lebih banyak untuk meningkatkan kemampuan kita, terlebih berlatih ketika sore itu terlalu berbahaya mengingat para murid harus melewati hutan ketika akan kembali ke asrama mereka,” jawab Kevin menjelaskan alasan waktu istirahat yang cukup panjang.

Kurasa itu cukup masuk akal, mengingat waktu yang dibutuhkan untuk magician dan swordman membangun diri mereka cukup banyak. Magician dengan semua riset dan swordman dengan latihan fisiknya. Keduanya membutuhkan waktu yang lama dan juga konsistensi untuk berkembang. Dan jika itu dilakukan hingga larut malam, keselamatan mereka bisa terancam jika harus berjalan sendiri melewati hutan.

“Masuk akal,” ucapku, “Oh iya, ketika berangkat ke sini pagi tadi, aku melihat beberapa murid perempuan yang mengenakan rok, tapi kenapa kau tidak menggunakannya?” tanyaku pada VIona.

“Tentu saja karena kelas yang aku ambil, mana bisa aku menendang seseorang ketika menggunakan rok, itu hanya akan membuat celana dalamku dilihat oleh orang-orang,” Jawabnya.

Sepertinya dugaanku mengenai dresscode itu benar. Semua itu karena perbedaan kelas yang diambil setiap murid.

“Lalu, kenapa kalian tidak berlatih?” lanjutku bertanya pada mereka berdua.

“Kami bisa berlatih di asrama, kita perlu merayakan keberhasilan teman baru terlebih dahulu bukan?” tutur Kevin.

“Benar, memang sih peralatan di asrama itu tak selengkap di akademi, tapi kalau cuman sehari kurasa tidak ada masalah iya, kan?” sahut Viona dengan senyuman yang terukir di wajah manisnya, “Tapi besok kita akan mulai dengan latihan fisik dahulu sebelum makan,” lanjutnya.

“Maaf, karena aku porsi latihan kalian jadi terganggu.”

“Tak perlu minta maaf, kan bukan berarti kita tak bisa berlatih,” ucap Kevin.

“Kevin benar, kau tak perlu merasa terbebani karena itu.”

Kami akhirnya sampai di kelas, namun kami disuguhi oleh pemandangan yang membuat kami terdiam seketika.

Di dalam sana, kami melihat Tristan yang sedang duduk sendiri di bangku nya dipaksa memakan roti yang dipenuhi dengan lumpur oleh beberapa orang. Aku mengenal 3 orang di sana, itu adalah Silva dan si kembar. Tapi aku tak pernah melihat satu orang lainnya.

“Albert …” ucap VIona. Aku juga bisa mendengar suara giginya yang beradu karena marah.

Jadi orang yang berdiri di belakang Silva dan si kembar itu adalah Albert?

Aku langsung berlari ke arah mereka dan menendang tangan Tristan yang mencoba memasukkan roti lumpur tersebut ke dalam mulutnya, sehingga membuat roti tersebut terlempar begitu saja.

“Siapa kau?” tanya Albert.

“Dia adalah orang yang waktu itu kau ingin temui, Tuan,” jawab Silva. Terlihat mereka memelototiku, tak senang dengan apa yang baru aku lakukan.

“Jadi itu kau.” Albert menghampiri diriku, “Kau memang orang yang mencatat rekor di akademi, tapi bukan berarti kau bisa ikut campur dalam urusan orang lain.” ucap Albert sembari meremas bahuku.

“Aku tak ikut campur pada urusan orang lain, aku ikut campur urusan temanku di sini,” Aku menepis tangannya yang ada di bahuku.

“Hahaha! Lucu sekali,” tawa menjijikkan terpancar dari wajahnya yang seperti anjing Bulldog, “Mari kita pergi dari sini, aku sudah menemukan hal yang lebih menarik daripada si babi itu,” Albert menarik dirinya dan pergi keluar kelas, dia juga di ikuti oleh orang-orangnya.

“Hei kau tak apa?” tanyaku pada Tristan.

“Kau tak seharusnya ikut campur …” Tristan terlihat sangat murung. Sepertinya aku tahu apa yang sudah menjadi penyebab dia hidup seburuk itu.

Albert ... entah apa yang akan dia lakukan ke depannya, tapi jika dia membuatku kesal. Aku tak akan membiarkannya begitu saja.

Terpopuler

Comments

MarukoChang!

MarukoChang!

langsung kebayang sejelek apa Albert gegara dibilang mirip bulldog😭😂

2023-04-26

0

Khodam maut

Khodam maut

baru Kali ini liat mukbang Dari tulisan, mungkin kalau ada gambar bisa bantu buat ngebayangin gimana bentuk makanannya🤤

2023-04-26

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 : Siluman Burung
3 Chapter 2 : Guru Sihir Bagian 1
4 Chapter 3 : Guru Sihir Bagian 2
5 Chapter 4 : Langkah Awal Bagian 1
6 Chapter 5 : Langkah Awal Bagian 2
7 Chapter 6 : Langkah Awal Bagian 3
8 Chapter 7 : Langkah Awal Bagian 4
9 Chapter 8 : Langkah Awal Bagian 5
10 Chapter 9 : Kelompok Misterius dan Akademi Bagian 1
11 Chapter 10 : Kelompok Misterius dan Akademi Bagian 2
12 Chapter 11 : Konfrontasi Bagian 1
13 Chapter 12 : Konfrontasi Bagian 2
14 Chapter 13 : Konfrontasi Bagian 3
15 Chapter 14 : Babi dan Bangsawan Bagian 1
16 Chapter 15 : Babi dan Bangsawan Bagian 2
17 Chapter 16 : Julukan Baru
18 Chapter 17 : Tempat Untuk Babi Bagian 1
19 Chapter 18 : Tempat Untuk Babi Bagian 2
20 Chapter 19 : Memancing Ikan Bagian 1
21 Chapter 20 : Memancing Ikan Bagian 2
22 Chapter 21 : Anggota Kelompok Bagian 1
23 Chapter 22 : Anggota Kelompok Bagian 2
24 Chapter 23 : Duel Dengan Bulldog Bagian 1
25 Chapter 24 : Duel Dengan Bulldog Bagian 2
26 Chapter 25 : Duel Dengan Bulldog Bagian 3
27 Chapter 26 : Duel Dengan Bulldog Bagian 4
28 Chapter 27 : Duel Dengan Bulldog Bagian 5
29 Chapter 28 : Duel Dengan Bulldog Bagian 6
30 Chapter 29 : Kelas A dan Kata Terlarang
31 Chapter 30 : Clumsy Alchemy
32 Chapter 31 : Serangan di Akademi Bagian 1
33 Chapter 32 : Serangan di Akademi Bagian 2
34 Chapter 33 : Serangan di Akademi Bagian 3
35 Chapter 34 : Serangan di Akademi Bagian 4
36 Chapter 35 : Master Bela Diri Bagian 1
37 Chapter 36 : Master Bela Diri Bagian 2
38 Chapter 37 : Master Bela Diri Bagian 3
39 Chapter 38 : Master Bela Diri Bagian 4
40 Chapter 39 : Hellen Bagian 1
41 Chapter 40 : Hellen Bagian 2
42 Chapter 41 : Hellen Bagian 3
43 Chapter 42 : Hellen Bagian 4
44 Chapter 43 : Hellen Bagian 5
45 Chapter 44 : Darah di Taman Bunga Bagian 1
46 Chapter 45 : Darah di Taman Bunga Bagian 2
47 Chapter 46 : Darah di Taman Bunga Bagian 3
48 Author Sakit
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 : Siluman Burung
3
Chapter 2 : Guru Sihir Bagian 1
4
Chapter 3 : Guru Sihir Bagian 2
5
Chapter 4 : Langkah Awal Bagian 1
6
Chapter 5 : Langkah Awal Bagian 2
7
Chapter 6 : Langkah Awal Bagian 3
8
Chapter 7 : Langkah Awal Bagian 4
9
Chapter 8 : Langkah Awal Bagian 5
10
Chapter 9 : Kelompok Misterius dan Akademi Bagian 1
11
Chapter 10 : Kelompok Misterius dan Akademi Bagian 2
12
Chapter 11 : Konfrontasi Bagian 1
13
Chapter 12 : Konfrontasi Bagian 2
14
Chapter 13 : Konfrontasi Bagian 3
15
Chapter 14 : Babi dan Bangsawan Bagian 1
16
Chapter 15 : Babi dan Bangsawan Bagian 2
17
Chapter 16 : Julukan Baru
18
Chapter 17 : Tempat Untuk Babi Bagian 1
19
Chapter 18 : Tempat Untuk Babi Bagian 2
20
Chapter 19 : Memancing Ikan Bagian 1
21
Chapter 20 : Memancing Ikan Bagian 2
22
Chapter 21 : Anggota Kelompok Bagian 1
23
Chapter 22 : Anggota Kelompok Bagian 2
24
Chapter 23 : Duel Dengan Bulldog Bagian 1
25
Chapter 24 : Duel Dengan Bulldog Bagian 2
26
Chapter 25 : Duel Dengan Bulldog Bagian 3
27
Chapter 26 : Duel Dengan Bulldog Bagian 4
28
Chapter 27 : Duel Dengan Bulldog Bagian 5
29
Chapter 28 : Duel Dengan Bulldog Bagian 6
30
Chapter 29 : Kelas A dan Kata Terlarang
31
Chapter 30 : Clumsy Alchemy
32
Chapter 31 : Serangan di Akademi Bagian 1
33
Chapter 32 : Serangan di Akademi Bagian 2
34
Chapter 33 : Serangan di Akademi Bagian 3
35
Chapter 34 : Serangan di Akademi Bagian 4
36
Chapter 35 : Master Bela Diri Bagian 1
37
Chapter 36 : Master Bela Diri Bagian 2
38
Chapter 37 : Master Bela Diri Bagian 3
39
Chapter 38 : Master Bela Diri Bagian 4
40
Chapter 39 : Hellen Bagian 1
41
Chapter 40 : Hellen Bagian 2
42
Chapter 41 : Hellen Bagian 3
43
Chapter 42 : Hellen Bagian 4
44
Chapter 43 : Hellen Bagian 5
45
Chapter 44 : Darah di Taman Bunga Bagian 1
46
Chapter 45 : Darah di Taman Bunga Bagian 2
47
Chapter 46 : Darah di Taman Bunga Bagian 3
48
Author Sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!