Chapter 6 : Langkah Awal Bagian 3

Dungeon. Sebuah tempat yang memiliki distorsi ruang dan waktu yang begitu pekat sehingga dapat menciptakan dimensi lain di suatu wilayah tertentu. Bukan hanya itu, dungeon juga memiliki banyak sekali monster di dalamnya yang disebabkan oleh ke tidak seimbangan ruang dan waktu.

Biasanya dungeon tercipta di tempat-tempat yang sangat tertutup dan tidak dilalui oleh banyak orang, seperti gua dan ruang bawah tanah. Dengan begitu tempat ini menjadi tempat yang paling cocok untukku melatih kemampuan bertarungku.

Dibandingkan dengan hanya menyerang patung kayu yang dibuat dengan sihir sehingga bisa kembali utuh walau dihancurkan berkali-kali, boneka yang diciptakan khusus untuk berlatih tersebut dinamakan, Dummy ..

Aku juga tak bisa mencari kumpulan monster di luar sana karena selain menyita banyak waktu, pengalaman bertarung yang akan kuterima juga akan sangat berkurang.

Sekarang ini aku telah mencapai penyihir tingkat 3 setelah dilatih selama 3 bulan di bawah arahan dari Guru. Karena perkembanganku yang cukup cepat, Guru memutuskan untuk melatihku di dalam dungeon saja ketimbang terus berlatih di tempat latihan milik Guild.

Di kejauhan gua, aku bisa melihat ada 6 Kobold. Mereka adalah serigala yang mampu berdiri dengan kedua kakinya dan juga mengenakan perlengkapan bertarung layaknya manusia, seperti pedang, perisai dan juga armor yang terbuat dari kulit monster.

Melihat gerak-gerik mereka yang sedang berlalu lalang di dalam gua yang sempit dan gelap ini. Sepertinya mereka masih belum menyadari keberadaanku di sini.

Aku bisa melihat mereka dengan jelas setelah mempelajari sihir, Mata Api. Dengan memfokuskan sihir api mengalir ke mataku, aku akhirnya bisa melihat dengan sangat jelas di dalam kegelapan selayaknya sedang berada di bawah sinar matahari.

Ini adalah sihir yang guru ciptakan ketika usianya menginjak 14 tahun. Sungguh, mendengar semua pencapaian miliknya membuatku benar-benar takjub dan juga ngeri secara bersamaan. Aku beruntung karena dia menjadi guruku, jika dia adalah musuh. Aku pasti tak akan memiliki kesempatan untuk menang sama sekali.

“Kau siap?” tanya Guru di bahuku yang sedang berubah menjadi burung.

“Tentu saja.”

Setelah memperhatikan semua ke kemungkinan yang ada, aku pun langsung menembakkan, Wind Cut ke arah mereka. Sihir angin yang mampu memotong 3 pohon sekaligus itu aku arahkan ke kepala para Kobold tersebut.

Namun kekuatan serangan dari Wind Cut yang kutembakkan masih tak terlalu kuat dan hanya berhasil mengenai 4 kobold. 2 sisanya cukup beruntung karena seranganku tertahan oleh dinding gua.

“Sial masih ada 2 yang tersisa,” keluhku.

Aku lalu berlari ke arah mereka sembari menembakkan, Shock Wave. Sihir listrik yang bertujuan untuk membuat mereka berhenti bergerak. Setelah mereka berhenti bergerak, aku langsung menghabisi mereka dengan WInd Cut seperti yang sebelumnya.

Guru mendecak pelan melihat performaku. “Kurasa kau masih perlu banyak latihan lagi untuk mengalahkan beberapa monster secara sekaligus,” ucap Guru.

Mayat dari pada kobold yang baru aku bunuh mulai menghilang begitu saja, ini disebabkan karena mereka tak bisa mempertahankan diri mereka dari distorsi yang ada ketika mereka mati. Aku juga akan mengalami hal yang sama jika aku mati di dalam dungeon.

“Jika saja aku menggunakan Fire ball. Aku pasti bisa mengalahkan mereka semua secara sekaligus,” tuturku mencari pembelaan.

Fire ball adalah sihir yang terbuat dari api. Dengan membuat sebuah bola api besar untuk ditembak-kan. Aku bisa meledak-kan target yang kupilih dan membuatnya terbakar hingga tewas.

“Sudah kubilang itu tidak mungkin. Jika kau menggunakan FIre Ball. Ledakannya juga akan mengenai kita. Selama kita berada di dalam dungeon dengan tempat yang sempit seperti ini, kita hanya bisa menggunakan sihir yang tidak terlalu banyak membuat kerusakan kepada area di sekitarnya,” jelas Guru.

Memang benar sihir api atau pun tanah yang memiliki efek yang cukup besar mampu membuat area di sekitar gua menjadi hancur, dan itu pasti menyebabkan kerugian pada kami jika itu terjadi.

“Kalau begitu kenapa kita tidak menggunakan sihir air?”

“Jika kita menggunakan sihir air. Kita mungkin bisa saja mengalahkan mereka sekaligus, tapi kita juga akan membuat lantainya menjadi basah. Jika ada serangan mendadak di tempat seperti ini, kau pasti tidak mau terpeleset karena sisa air dari seranganmu bukan?”

“Kau benar, itu akan sangat merugikan kita.”

Membayangkan kemungkinan yang baru saja Guru sebutkan, kurasa tidaklah bijak untukku menggunakan sihir-sihir tersebut.

“Banyak sekali petualang pemula yang mati karena kecerobohan seperti itu. Jika penyihir selalu membuat

kesalahan dengan tak sengaja membuat sekitarnya menjadi kacau dan menyusahkan pergerakan mereka. Para prajurit yang menggunakan pedang biasanya membuat kesalahan dengan memakai pedang panjang, sehingga serangannya sering terkena dinding atau langit-langit dari gua yang sempit,” lanjut Guru memberikan pengetahuannya padaku.

“Untung saja eksplorasi Dungeon pertamaku ditemani olehmu,” ucapku setelah mendengar penjelasan dari Guru.

“Tentu, jika kau ingin mati. Setidaknya kau harus mati karena pelatihan dariku atau dibunuh oleh Raja Iblis. Sehingga aku tidak malu ketika harus menceritakan kematian dari muridku pada orang-orang.”

“Ergh, Terima kasih?”

Aku tak tahu harus menjawab apa pada pernyataannya. Dia memang tak mau aku mati, tapi itu karena akan dianggap sebagai kematian yang konyol, bukan karena dia peduli padaku.

“Sudahlah cepat jalan lagi, kita sudah hampir sampai ke tempat Boss dari Dungeon. Kau ingat kan apa yang harus kau lakukan?”

“Tentu, aku harus membunuh Boss dan mengambil harta dari dungeon. Dengan begitu dungeon akan hilang dan menjadi gua biasa, benar kan?”

“Benar, kalo begitu ayo jalan.”

Kami pun mulai menjelajah lebih dalam lagi. Setelah berjalan selama 5 menit, aku akhirnya berhasil mencapai tempat di mana Boss Dungeon berada. Sebuah area yang luas membentang di hadapan kami saat ini.

“Sepertinya Kobold tadi adalah monster terakhir selain dari Boss di dungeon ini,” ucap guru.

Aku mulai menarik napas panjang. “Baik ayo kita hadapi Bossnya.”

Aku pun melangkah masuk ke area gua yang terlihat sangat luas tak seperti jalan sempit yang baru saja kami lalui tadi. Area di sini memiliki luas seperti lapangan track lari yang ada di Guild, dengan langit-langit setinggi 6 meter.

Di kejauhan aku bisa melihat sebuah bola kristal berwarna putih sedang melayang di udara. Tak ada hal lain di sekitar area tersebut selain kristal itu.

“Apa itu?” tanya--ku.

“Itu adalah harta dari Dungeon ini, ketika kita sudah memasuki area yang ditentukan oleh Dungeon. Kristal tersebut akan berubah menjadi Boss dari Dungeon ini. Sebagai tambahan, harta dari setiap dungeon itu selalu berubah-ubah tergantung seberapa besar distorsi yang ada di dalam dungeon, semakin besar distorsi dari dungeon maka hartanya akan memiliki nilai yang lebih tinggi pula. Melihat harta kali ini adalah kristal biasa, setidaknya distorsi dari dungeon ini ada di tingkatan yang bisa kau lalui. ”

“Lalu bagaimana kita mengambilnya?”

“Kau hanya perlu mendekatinya, di jarak tertentu harta dari dungeon akan berubah menjadi boss dari dungeon. Setelah kau membunuh Boss Dungeon. mayatnya akan kembali berubah menjadi harta. Saat itulah kau bisa mengambil harta dari dungeon.”

“Baiklah, kalau begitu aku tinggal masuk ke area yang ditentukan, benar?”

“Yups! Dekati saja kristal tersebut.”

Aku melangkahkan kakiku mendekati Kristal tersebut dengan hati-hati. Ketika jarakku dengan kristal tersebut sudah ada di sekitar 3 meter. Aku bisa melihat Kristal tersebut seperti berguncang dengan keras.

Tidak lama dari itu. Kristal tersebut tiba-tiba saja berubah menjadi Kobold dengan ukuran yang sangat besar, tingginya sekitar 3 meter dengan badan yang besar. Dia terlihat seperti manusia serigala namun jika dibandingkan manusia serigala. Dia tidak menggunakan cakar dan taringnya untuk bertarung, melainkan menggunakan pedang dengan ukuran yang luar biasa besar.

“Kobold King, huh? Tak terlalu buruk. Hei, bersiaplah, jangan sampai mati oleh monster rendahan itu,” ucap Guru seraya melayang lebih tinggi.

“Mungkin bagimu dia monster rendahan, tapi untukku dia cukup kuat Guru.” Aku mengambil posisi siaga.

Sesaat setelah perubahannya selesai, Kobold King tersebut langsung loncat ke arahku sembari mengayunkan pedangnya secara vertikal.

Aku berusaha menghindari serangannya dengan menyalurkan sihir angin ke kakiku dan melompat ke belakang. Namun kobold tersebut tidak berhenti di situ saja. Dia langsung berlari ke arahku dan mencoba menusukku dengan pedang yang panjangnya hampir 1 meter itu.

“Hei kau harus menghentikan pergerakannya dengan Shock Wave!” seru guru yang sekarang sedang terbang di atas kami.

“T-tapi dia terlalu cepat!” Aku masih terus berusaha untuk menghindari semua serangan Kobold King tersebut.

Sihir angin yang ku alirkan di kaki ku benar-benar membantuku untuk menghindari serangan dari monster tersebut. Jika tak ada sihir angin ini, mungkin aku bisa mati sejak tadi, mengingat refleks dari tubuhku yang masih begitu kurang.

”Jangan mengeluh dan lakukan saja sesuai dengan perkataanku!” ujar Guru dari atas sana.

“Baiklah, akan aku coba,” Setelah berhasil menghindari beberapa serangannya sekaligus. Aku pun berhasil mengamankan jarak darinya.

Tanpa menunggu waktu lama aku langsung menembakkan Shock Wave ke arah monster itu. “Shock Wave!” Namun seranganku berhasil di hindari oleh Kobold tersebut. Dia lalu kembali berlari ke arahku dengan auman yang memekakkan telinga.

“Sial!” Aku kembali berlari menjauh darinya.

“Hei bagaimana bisa kau meleset ketika targetmu sebesar itu!?”

Di tengah serangan beruntun yang di berikan oleh Kobold King itu, Guru malah memakiku.

“Diamlah Guru! Aku tak sehebat dirimu.”

“Tapi kau tak seharusnya selambat itu bocah!”

Serangan kobold tersebut masih saja terus datang silih bergantian dan membuatku ter-pojok karenanya. Serangannya semakin cepat dan membuatku ada di posisi yang tak menguntungkan.

Monster tersebut mencoba menebasku menjadi 2 bagian setelah berhasil memojokkanku di sudut dungeon.

“Shock Wave!” Aku menembakkan sihirku ketika monster itu berusaha membelah tubuhku menjadi 2 dalam sekali tebas. Untung saja kali ini sihirku berhasil mengenainya dan membuat dia terdiam dengan pedang di atas kepalanya.

“Sekarang cepat serang tangannya!” Seru guru di atas sana.

“Baiklah, Wind Cut!” Sihirku akhirnya berhasil memotong tangannya dan membuat pedang yang sedang di pegang oleh monster tersebut jatuh dan menusuk kepala dari Kobold King tersebut.

Dengan tertancapnya pedang milik monster tersebut di kepalanya, pertarungan tersebut berhasil aku lewati. Mayat dari Kobold King tersebut mulai berubah kembali menjadi kristal seperti yang sudah Guru ucapkan.

“Huft! Aku pikir, aku akan mati.” Aku terduduk lemas seketika setelah pertarunganku selesai.

“Dasar lemah,” ungkap Guru.

Guru perlahan turun dari langit-langit gua dan kembali berubah menjadi manusia. Tanpa mempedulikan aku yang terduduk lemas karena pertarunganku tadi, Dia langsung menyimpan kristal tersebut di Kantung Dimensi miliknya.

“Baiklah, karena sudah berakhir, kita harus kembali sebelum malam. Aku sudah sangat lapar. Terlebih kita juga harus segera bergegas sebelum dungeon ini berubah kembali menjadi gua biasa. Jika terlambat bergerak, kita bisa ikut terkubur di dalam sini.”

“Aku mulai memikirkan kembali apakah keputusanku mengikutimu itu benar atau salah.”

Aku menghela napas panjang dan bangkit dari dudukku. Kucoba menguatkan diriku yang sudah sangat lelah untuk segera pergi ke luar dungeon. Aku mencoba mengatur napasku dan menepuk pipiku.

“Berhentilah mengeluh dan cepat jalan! Kau tak mau terkubur di sini bukan?”

“Iya-iya, ayo berangkat sekarang.”

“Kalau begitu saja kau sudah kewalahan, mana mungkin kau bisa bertahan jika ada peperangan lainnya dengan ras Iblis?”

“Apa kau yakin ras Iblis akan kembali menginvasi dunia manusia?” Tanyaku kepada guru.

“Ini hanya firasatku saja, tapi jika 2 muridku bisa menghilang begitu saja tanpa ada orang yang melihat jejak mereka. Kurasa ini ada kaitannya dengan invasi ras Iblis,” jawab Guru serius.

Mendengar ucapannya aku hanya bisa menelan ludah. Jika memang perkataan Guru itu benar, maka aku harus segera menjadi lebih kuat lagi. Setidaknya cukup kuat untuk bisa bertahan hidup nantinya.

Kami segera keluar dari dungeon ini sebelum dungeon tersebut runtuh. Sembari berjalan, aku terus saja memikirkan ucapan guru barusan. Kemungkinan akan adanya invasi ras iblis berikutnya. Mau tak mau aku harus segera menjadi lebih kuat lagi mulai dari sekarang.

Aku penasaran kira-kira petualangan seperti apa yang akan menantiku ke depannya?

Terpopuler

Comments

Tomorrow

Tomorrow

ini emang ada yang ke pisah-pisah atau di sengaja ? tadi aku kira bagian narasi emang di pisah biar pendek tapi ini yang dialog juga kaya kepotong

2023-05-14

0

Tomorrow

Tomorrow

thor saya ingin bertanya kalau sistem sihir disini langsung keluar gitu aja ? tanpa kaya bikin circle sihir kalau di cerita-cerita lain mah🤔

2023-05-14

0

Tomorrow

Tomorrow

aku kira mata api itu mata yang kebakaran wkwkw gak kepanasan tuh masukin sihir api ke dalem mata 🤣

2023-05-14

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 : Siluman Burung
3 Chapter 2 : Guru Sihir Bagian 1
4 Chapter 3 : Guru Sihir Bagian 2
5 Chapter 4 : Langkah Awal Bagian 1
6 Chapter 5 : Langkah Awal Bagian 2
7 Chapter 6 : Langkah Awal Bagian 3
8 Chapter 7 : Langkah Awal Bagian 4
9 Chapter 8 : Langkah Awal Bagian 5
10 Chapter 9 : Kelompok Misterius dan Akademi Bagian 1
11 Chapter 10 : Kelompok Misterius dan Akademi Bagian 2
12 Chapter 11 : Konfrontasi Bagian 1
13 Chapter 12 : Konfrontasi Bagian 2
14 Chapter 13 : Konfrontasi Bagian 3
15 Chapter 14 : Babi dan Bangsawan Bagian 1
16 Chapter 15 : Babi dan Bangsawan Bagian 2
17 Chapter 16 : Julukan Baru
18 Chapter 17 : Tempat Untuk Babi Bagian 1
19 Chapter 18 : Tempat Untuk Babi Bagian 2
20 Chapter 19 : Memancing Ikan Bagian 1
21 Chapter 20 : Memancing Ikan Bagian 2
22 Chapter 21 : Anggota Kelompok Bagian 1
23 Chapter 22 : Anggota Kelompok Bagian 2
24 Chapter 23 : Duel Dengan Bulldog Bagian 1
25 Chapter 24 : Duel Dengan Bulldog Bagian 2
26 Chapter 25 : Duel Dengan Bulldog Bagian 3
27 Chapter 26 : Duel Dengan Bulldog Bagian 4
28 Chapter 27 : Duel Dengan Bulldog Bagian 5
29 Chapter 28 : Duel Dengan Bulldog Bagian 6
30 Chapter 29 : Kelas A dan Kata Terlarang
31 Chapter 30 : Clumsy Alchemy
32 Chapter 31 : Serangan di Akademi Bagian 1
33 Chapter 32 : Serangan di Akademi Bagian 2
34 Chapter 33 : Serangan di Akademi Bagian 3
35 Chapter 34 : Serangan di Akademi Bagian 4
36 Chapter 35 : Master Bela Diri Bagian 1
37 Chapter 36 : Master Bela Diri Bagian 2
38 Chapter 37 : Master Bela Diri Bagian 3
39 Chapter 38 : Master Bela Diri Bagian 4
40 Chapter 39 : Hellen Bagian 1
41 Chapter 40 : Hellen Bagian 2
42 Chapter 41 : Hellen Bagian 3
43 Chapter 42 : Hellen Bagian 4
44 Chapter 43 : Hellen Bagian 5
45 Chapter 44 : Darah di Taman Bunga Bagian 1
46 Chapter 45 : Darah di Taman Bunga Bagian 2
47 Chapter 46 : Darah di Taman Bunga Bagian 3
48 Author Sakit
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 : Siluman Burung
3
Chapter 2 : Guru Sihir Bagian 1
4
Chapter 3 : Guru Sihir Bagian 2
5
Chapter 4 : Langkah Awal Bagian 1
6
Chapter 5 : Langkah Awal Bagian 2
7
Chapter 6 : Langkah Awal Bagian 3
8
Chapter 7 : Langkah Awal Bagian 4
9
Chapter 8 : Langkah Awal Bagian 5
10
Chapter 9 : Kelompok Misterius dan Akademi Bagian 1
11
Chapter 10 : Kelompok Misterius dan Akademi Bagian 2
12
Chapter 11 : Konfrontasi Bagian 1
13
Chapter 12 : Konfrontasi Bagian 2
14
Chapter 13 : Konfrontasi Bagian 3
15
Chapter 14 : Babi dan Bangsawan Bagian 1
16
Chapter 15 : Babi dan Bangsawan Bagian 2
17
Chapter 16 : Julukan Baru
18
Chapter 17 : Tempat Untuk Babi Bagian 1
19
Chapter 18 : Tempat Untuk Babi Bagian 2
20
Chapter 19 : Memancing Ikan Bagian 1
21
Chapter 20 : Memancing Ikan Bagian 2
22
Chapter 21 : Anggota Kelompok Bagian 1
23
Chapter 22 : Anggota Kelompok Bagian 2
24
Chapter 23 : Duel Dengan Bulldog Bagian 1
25
Chapter 24 : Duel Dengan Bulldog Bagian 2
26
Chapter 25 : Duel Dengan Bulldog Bagian 3
27
Chapter 26 : Duel Dengan Bulldog Bagian 4
28
Chapter 27 : Duel Dengan Bulldog Bagian 5
29
Chapter 28 : Duel Dengan Bulldog Bagian 6
30
Chapter 29 : Kelas A dan Kata Terlarang
31
Chapter 30 : Clumsy Alchemy
32
Chapter 31 : Serangan di Akademi Bagian 1
33
Chapter 32 : Serangan di Akademi Bagian 2
34
Chapter 33 : Serangan di Akademi Bagian 3
35
Chapter 34 : Serangan di Akademi Bagian 4
36
Chapter 35 : Master Bela Diri Bagian 1
37
Chapter 36 : Master Bela Diri Bagian 2
38
Chapter 37 : Master Bela Diri Bagian 3
39
Chapter 38 : Master Bela Diri Bagian 4
40
Chapter 39 : Hellen Bagian 1
41
Chapter 40 : Hellen Bagian 2
42
Chapter 41 : Hellen Bagian 3
43
Chapter 42 : Hellen Bagian 4
44
Chapter 43 : Hellen Bagian 5
45
Chapter 44 : Darah di Taman Bunga Bagian 1
46
Chapter 45 : Darah di Taman Bunga Bagian 2
47
Chapter 46 : Darah di Taman Bunga Bagian 3
48
Author Sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!