Aula penerimaan murid baru. Aku yang diantarkan oleh Tuan Gareth, mulai memasuki aula, yang begitu besar dengan banyak sekali bangku di dalamnya dan juga ada beberapa spanduk dari akademi yang menggantung di langit-langit aula. Di sini juga ada banyak sekali calon murid yang sedang melakukan ujian, mereka terlihat lebih muda dariku, kurasa mereka ada di kisaran umur 8 sampai 10 tahun.
Ketika kami memasuki aula, semua mata mulai melirik ke arah kami, dan para pengawas yang sedang mengawasi ujian pun berdiri memberi hormat kepada, Tuan Gareth.
“Hormat kepada kepala sekolah!” ucap para pengawas serentak.
Terdengar para calon murid berbisik membicarakan kepala sekolah.
“Kepala sekolah?”
“Apa dia adalah kepala sekolah yang hebat itu? Kudengar dia ada di Circle 8.”
“Bukankah dia terlihat sungguh dermawan?”
“Siapa anak yang ada di sebelahnya itu?”
Kurasa itu wajar bagi mereka, karena tak biasanya kepala sekolah menunjukkan dirinya di ujian masuk sekolah. Bisa dibilang ini adalah kehormatan bagi mereka.
Seorang pengawas laki-laki mulai menghampiri kami dari duduknya. “Selamat datang, Tuan. Ada keperluan apa anda kemari?” ucapnya.
Tuan Gareth mulai merangkul pundakku dan tersenyum pada pengawas tersebut. “Aku ingin memberikan test tertulis bagi tuan muda ini,” Tuan Gareth memperkenalkan diri ku pada pengawas tersebut.
“Baik, Tuan. Silakan duduk di sebelah sini.” Pengawas tersebut mempersilakan diriku duduk di bangku kosong yang ada di barisan belakang.
“Kalau begitu biarkan saya pamit undur diri.” Tuan Gareth pun kembali ke ruangannya.
“Baik, terima kasih atas semua kerja keras anda, Tuan!” Kembali para pengawas tersebut memberi hormat secara serentak.
Aku pun duduk di bangku yang di tunjuk oleh pengawas tersebut, aku juga di beri selembar test dan pulpen yang terbuat dari bulu burung, lengkap bersama tintanya untuk menulis.
“Silakan kerjakan test tersebut, namun karena anda datang sedikit terlambat, waktu yang tersisa hanyalah tinggal 30 menit lagi. Apa anda tidak keberatan, Tuan?” tanya salah seorang pengawas.
“Ah, tak apa, ini juga salahku karena datang terlambat, dan tolong jangan terlalu formal padaku, aku hanya calon murid biasa.”
“Baiklah, kalau begitu anda bisa langsung mengerjakan test tersebut.” Pengawas tersebut kembali ke posisinya.
Aku memperhatikan setiap pertanyaan yang ada di selembaran tersebut, memang benar untuk sebuah test yang diberikan pada anak-anak, ini cukup menyulitkan untuk usia mereka. Tapi bagiku ini tidaklah begitu sulit, karena semua jawabannya sudah ada di luar kepalaku. Ini semua berkat semua buku yang telah aku baca selama ini.
Tak perlu waktu lama aku berhasil mengisi semua pertanyaan yang ada di selembaran tersebut, aku akhirnya memberikan hasil testku kepada pengawas yang ada di tengah aula.
“Apa anda yakin telah selesai?” tanyanya, mengingat aku hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk menjawab semua pertanyaannya.
“Sudah, apa aku boleh kembali sekarang?”
Aku tak mau menarik lebih banyak perhatian dengan tetap berada di sini. Lebih baik aku segera kembali ke ruangan Tuan Gareth dan kembali membicarakan perihal kelompok misterius yang disinggungnya.
“Ah, tentu, anda boleh kembali sekarang. Untuk hasil dari testnya akan di umumkan tengah hari nanti. Anda bisa menunggu hasil test di sekitar akademi.”
“Secepat itu?”
“Tentu saja, akademi kami menunjuk banyak sekali pengawas untuk test masuknya, kami tak mau membuat setiap calon murid menunggu begitu lama untuk melihat hasil test mereka.”
“Baiklah, Terima kasih atas bantuannya,” Setelah pamit undur diri, aku akhirnya berjalan kembali menuju ruang kepala sekolah.
Aku berjalan melewati koridor akademi yang menghubungkan antara gedung aula dan gedung utama akademi. DI tengah perjalanan, aku diberhentikan oleh 2 orang anak yang sepertinya seusia denganku.
Mereka adalah seorang anak perempuan dan laki-laki. Untuk yang Perempuan, dia memiliki vibe yang ceria rambut berwarna hitam dan juga mata berwarna coklat, sedangkan untuk yang laki-laki, dia memiliki rambut dan mata berwarna orange dengan vibe yang lebih kalem. Mereka mengenakan seragam akademi.
“Hei, sedang apa kau di dalam gedung akademi?” ucap perempuan tersebut.
“Apa kau calon murid di sini? Bukankah kau terlihat terlalu tua untuk mendaftar sekarang?” lanjut anak laki-laki yang ada di sebelah perempuan tersebut.
“Iya, aku memang calon murid di sini, dan benar aku memang berusia 13 saat ini. Tapi aku punya alasan tersendiri, dan sekarang aku sedang menuju ruang kepala sekolah.”
“Kepala sekolah? Kenapa kepala sekolah mau menemui orang sepertimu?” sahut perempuan tersebut.
“Itu, benar, aku tak berusaha berbohong saat ini.” Aku mencoba menjelaskan pada mereka.
“Tunggu, jika kau ingin bertemu dengan kepala sekolah. Apa kau adalah anak yang dirumorkan pagi tadi?” ucap si anak laki-laki.
“Oh, iya aku dengar rumor tersebut. Kudengar ada seorang anak yang berjalan dengan Guild Master dari Eldrea, dan tak lama kemudian dia kembali bersama kepala sekolah menuju aula, apa itu kau?” tanya perempuan tersebut.
“Benar, itu aku.”
“Sudahku duga, perkenalkan namaku, Viona, Viona Railey. Seorang murid yang baru saja memasuki kelas ‘C’ tahun ini.” Perempuan tersebut memperkenalkan dirinya.
“Dan aku, Kevin, Kevin Turner, aku juga baru naik ke kelas ‘C’ tahun ini.” Anak laki-laki itu juga mulai memperkenalkan dirinya.
“Namaku, Deron.”
“Kau tak punya nama belakang?” tanya Viona.
“Ah, soal itu ….”
Aku tak tahu apa yang harus kujawab, memang terdengar aneh jika ada seseorang yang tak mempunyai nama belakang, kecuali kalau dia adalah seorang budak. Sehingga situasi ini benar-benar menyulitkanku.
“Nama belakangnya, Volva, dia, Deron Volva,” ucap seorang laki-laki.
Itu adalah Tuan Gareth. beliau mengatakan semua itu sembari berjalan mendekati kami. Sepertinya guru menyuruh Tuan Gareth untuk mengatakan semua itu untuk menolongku.
“Ah, Selamat siang kepala sekolah!” Viona dan Kevin memberi salam secara serentak.
“Ya!, namaku, Deron Volva, senang bertemu dengan kalian.” ucapku melanjutkan Tuan Gareth.
Aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang di berikan oleh, Tuan Gareth. Aku benar-benar berterima kasih padanya karena menyelamatkanku dari rumor aneh yang mungkin akan menimpaku.
“Ah, iya, kami juga,” ucap Kevin dan Viona.
“Baiklah anak-anak. Aku ada urusan dengan, Deron saat ini, bisakah kalian mengizinkan kami sebentar?” ucap Tuan Gareth.
“Tentu, baiklah sampai jumpa lagi nanti, Deron!” ucap Viona sembari menarik Kevin untuk meninggalkan kami berdua. “Ayo, kita pergi!”
“B-baik, dah, Deron!” Kevin pun melambaikan tangan sembari ditarik tubuhnya oleh Viona.
Mereka akhirnya meninggalkan aku dan juga kepala sekolah berdua di koridor akademi.
“Terima kasih atas bantuannya,” Aku membungkuk pada kepala sekolah.
“Tak perlu berterima kasih padaku, kalau begitu bagaimana kalau anda menunggu hasil test di ruangan saya saja?”
“Ah, baik,” Aku akhirnya kembali berjalan menuju ruangan kepala sekolah, “Tapi bagaimana anda tahu jika saya ada di lorong tadi?” tanyaku padanya.
“Saya di perintahkan oleh, Nyonya Margareth untuk membantu anda. Sepertinya ada semacam pelacak yang telah di tanamkan pada anda olehnya, begitu?” jawabnya.
Sepertinya yang dia maksud adalah soal mana milik Guru yang ditanamkan di jantungku.
“Itu benar, Ada mana khusus milik guru yang tertanam di jantungku saat ini.”
“Jadi begitu, tak perlu diragukan lagi, Nyonya Margareth sungguh luar biasa jika beliau bisa menanamkan mana miliknya pada tubuh orang lain.”
“Apakah itu sulit?”
“Tentu, biasanya penyihir hanya memberikan tanda pelacak pada bagian luar tubuh targetnya, tapi, Nyonya Margareth malah dapat menanamkan mana miliknya di jantung anda, itu
sungguh luar biasa, Tuan.”
“Ah, tak perlu terlalu formal padaku, tak enak jika murid-murid mulai bersikap waswas karena mereka tahu aku begitu di hormati oleh kepala sekolah seperti itu.”
“Tak perlu khawatir, saya memakai pelindung suara di sekitar kita saat ini, Tuan,” jelasnya.
Aku benar-benar tak menyadari pelindung suara miliknya itu, kemampuan miliknya memang tak perlu diragukan lagi. Pelindung suara sendiri adalah sihir yang mampu menghalau suara masuk ataupun keluar dari area yang sudah ditentukan.
“Tetap saja, Tuan. Mau bagaimana juga sekarang kau adalah kepala sekolahku saat ini.”
“Hoho, sepertinya anda sangat yakin akan lolos. Asal anda tahu, saya tak bisa membantu apa-apa jika anda gagal saat ujian, Tuan.”
Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya. “kau tak perlu mengkhawatirkan hal tersebut.”
“Seperti yang diharapkan dari murid pahlawan.” Dia tersenyum padaku.
Kami pun sampai di ruangan kepala sekolah. Di dalam sana, Guru sedang asyik menikmati teh sembari membaca beberapa kertas laporan. Sepertinya itu adalah hasil laporan dari penyelidikan, Tuan Gareth selama ini.
“Kalian sudah tiba?” Guru menyimpan kertas laporan tersebut setelah melihat kedatangan kami.
Tuan Gareth meletakkan tangan kanannya di dada kirinya, berniat memberi hormat pada Guru. “Maafkan saya membuat anda menunggu, Nyonya,” ucapnya, “Apa anda mau menambah tehnya?”
“Tidak, terima kasih, ini sudah cukup bagiku.” Guru menjawab dengan gesture mengangkat cangkir teh miliknya, dan juga senyuman di wajahnya.
“Ternyata kau bisa terlihat anggun, Guru,” ejekku.
Swoosh! Crank!!
Tanpa basa-basi, Guru langsung melemparkan cangkir teh yang dia pegang padaku. Beruntung refleks tubuhku cukup baik sehingga dapat menghindari lemparannya tersebut.
“Whoa! Hampir saja.”.
“Dasar bocah kurang ajar!” Guru menghela napas panjang. “Maaf, sepertinya sekarang aku perlu tambahan teh yang kau tawarkan itu,” ucapnya pada Tuan Gareth.
“Apa kau tak mau meminta maaf atas gelas yang kau lempar, Guru?”
Guru hanya menatapku dengan tajam dan mulai menghela napas panjang, dia juga mulai memegangi keningnya. “Hah … jika begini terus, sepertinya aku akan memiliki kerutan di wajahku.”
“Bukankah itu cocok? Mengingat usiamu saat ini-” Belum selesai aku berbicara, Guru langsung melompat ke arahku dan mengunci leherku, sehingga membuatku tercekik karenanya.
“K-kergh! Hweek! H-hwentikan, Guru, Khurgh!” Aku terus menepuk lengannya yang sedang mencekikku dengan kunciannya itu dari belakang tubuhku.
Setelah puas mencekik ku, Guru lalu melepaskan ku, dan kembali duduk dengan tenang di tempatnya barusan, dia juga kembali mengambil cangkir teh yang baru dan langsung dituangkan teh oleh, Tuan Gareth.
Sepertinya inilah alasan Tuan Gareth berhati-hati pada Guru. Sedangkan untukku … aku masih terbaring di lantai dan tak di indahkan oleh mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Ayano
Cekek terus 🤣🤣🤣
Jan kasih kendor wak
2023-05-17
0
Ayano
Galak bet dah 🤣🤣🤣
Tapi aku suka bagian dia dilempar cangkir teh 🤣🤣🤣
2023-05-17
0
Ayano
Ragu ama nama sendiri 😅
2023-05-17
0