Chapter 5 : Langkah Awal Bagian 2

Aroma kopi menyerbak menyelimuti ruangan yang dihiasi oleh barang-barang antik dari penjuru dunia. Ruang kerja yang terlihat tertata begitu rapi dengan meja kerja dan 2 kursi tamu di depannya.

Suara orang-orang yang berlalu-lalang melalui jendela yang terbuka lebar juga ikut mengisi ruangan milik Guild Master dari kerajaan Eldrea tersebut.

Begitu kami memasuki ruangan milik Guild Master. Yohan langsung mempersilakan aku dan juga Guru untuk duduk di depan meja kerjanya.

“Sepertinya selain penampilanmu yang semakin tua, kau tidak berubah sama sekali, huh?” ucap guru sesaat setelah duduk.

“Hah! Harusnya aku yang bilang seperti itu. Lihatlah dirimu! Bukan hanya penampilanmu, tapi sikap angkuhmu itu tak berubah sama sekali.”

Guru berdecak kesalsebelum menjawab perkataan dari Yohan. “Jika bukan karena aku yang membeku karena Raja iblis sialan itu. Aku sudah pasti menua sama seperti yang lainnya.”

Guru mulai melirik ke arah luar jendela, memperhatikan langit yang mulai sore dari tempatnya duduk. Walaupun dia tak mengungkapkan isi hatinya, tapi kurasa aku bisa menebak apa yang sedang dia rasakan saat ini.

Perasaan marah dan sedih yang bercampur karena keputusannya untuk mengorbankan dirinya malah membuat kedua murid kesayangannya menghilang begitu saja.

“Yah, aku memang mendengar tentangmu dari Archduke, tak kusangka seorang penyihir yang mampu menghancurkan sebuah gunung dengan sekejap mata malah membeku karena serangan dari Raja Iblis,” ucap Yohan penuh rasa iba pada temannya.

Guru menjawab perkataan Yohan dengan tetap memperhatikan langit sore dari jendela yang terbuka. “Siapa sangka iblis brengsek itu akan mengeluarkan sihir seperti itu ketika dia ter-pojok.”

Guru menghela napas panjang dan melanjutkan ucapannya. “Tapi itu semua hanyalah masa lalu, sekarang aku membutuhkan bantuan mu saat ini. Kami membutuhkan tempat untuk kami tinggal dan tanda pengenal untuk anak ini,” ungkap guru sembari menunjukku.

Yohan melirik ke arahku dan berkata. “Kalau boleh tahu, sebenarnya siapa bocah ini?” dia mengajukan pertanyaan pada Guru sembari memperhatikanku.

“Ah, maafkan aku karena terlambat memperkenalkan diri. Namaku, Deron,” Aku pun memperkenalkan diriku padanya.

“Dia adalah muridku,” lanjut guru. Kali ini Guru memalingkan pandangannya dari luar jendela dan menatap ke arah Yohan.

Mendengar itu Yohan mulai menaikkan alisnya.“Kau mengangkat dia menjadi muridmu?”

Dia mulai memperhatikanku dari kaki hingga kepala. Sesekali dia juga melirik ke arah Guru dan kembali menatap ke arahku. Sepertinya dia cukup tak percaya bahwa Guru akan kembali mengangkat seorang murid, terlebih setelah semua yang telah Guru alami.

"Jika dia memang muridmu, kurasa dia memiliki hal spesial di dalam tubuh kecilnya itu, huh?” tutur Yohan meyakinkan dirinya sendiri.

“Aku punya alasanku sendiri,” jawab Guru.

Guru menjelaskan mengenai keadaannya dan juga alasan kenapa dia mengangkat ku sebagai murid. Dimulai dari mana miliknya yang tiba-tiba saja ada di dalam tubuhku dan juga kemungkinan aku yang bisa saja memberikan bantuan atas hilangnya 2 pahlawan dunia secara mendadak.

“Hmm, Jadi begitu. Memang benar ini cukup aneh, tapi setidaknya aku mengerti situasimu saat ini,” Dia mengangguk secara perlahan.

Yohan memejamkan matanya dan menengadah ke langit-langit ruangan nya, dia terlihat seperti sedang mempertimbangkan beberapa hal setelah mendengar penjelasan dari kami. Setelah pertimbangan yang dia lakukan selesai, dia mulai membuka matanya dan melirik ke arah kami.

Yohan memajukan tubuhnya mendekat ke arah kami dari kursi miliknya. ”Baiklah, biar aku siapkan tanda pengenal untuknya. Aku juga akan mencarikan tempat sementara untuk kalian tinggal di sini.”

Senyuman mulai mencuat dari wajah Guru yang sedari tadi terlihat murung. “Sudah ku duga kau memang bisa diandalkan,” jawabnya.

“Tentu, kau pikir siapa aku ini? Aku memang tak sekuat kalian, tapi aku tetaplah seorang petualang yang telah memiliki pengalaman selama 40 tahun,” ucap Yohan mencoba mencairkan suasana.

“Syukurlah kalau kau menggunakan otakmu dan bukan hanya ototmu untuk hidup.”

“Hah! Lihat sikap angkuhnya itu.” Yohan tertawa kecil mendengar jawaban dari Guru.

Setelah dirasa suasana di dalam ruangan ini menjadi sedikit cair, Yohan mulai mengambil teko kopi yang ada di atas meja kerjanya dan mulai menuangkan kopi tersebut ke dalam cangkir yang tersimpan di samping berkas-berkas yang  cukup berantakan.

Dia mengangkat teko yang dia pegang sembari menatap aku dan Guru. “Oh iya, apa kalian mau kopi?”

“Tidak, aku tak sudi minum kopi dari seorang penggila otot.” Guru menolaknya mentah-mentah.

Suasana hati Guru kembali mulai membaik, Terlihat dari cara dia yang kembali melontarkan sebuah candaan seperti itu. Yohan yang masih memegangi teko hanya bisa tersenyum mendengar ucapan dari Guru.

“Terima kasih, tapi sepertinya aku juga harus menolaknya. Aku dan Guru sudah meminum teh sebelum kami pergi ke sini,” ucap ku.

“Begitukah? Kalau begitu tunggulah sebentar. aku akan segera menyiapkan tanda pengenal milikmu.” Yohan mulai meminum kopi yang dia tuang dari cangkir miliknya.

Setelah meminum kopi, dia lalu berdiri dan mulai beranjak menuju pintu, namun sebelum keluar dari ruangannya. Dia terhenti di depan pintu dan mulai membalikkan badannya menghadap Guru.

“Apa kau juga butuh tanda pengenal?” tanyanya pada Guru.

“Tidak, aku sudah memilikinya dari Theodor,” ucap guru sembari menunjukkan tanda pengenalnya.

“Oh jadi begitu. Aku sempat penasaran kenapa Archduke meminta tanda pengenal milik guild waktu itu, ternyata itu untukmu, huh? Baiklah tunggu di sini sebentar.” Yohan lalu pergi meninggalkan kami di ruangannya.

“Orang itu selalu saja berisik,” keluh Guru setelah, Yohan pergi.

“Apa semua kenalanmu itu orang aneh?” tanyaku padanya.

“Apa kau termasuk sebagai kenalanku yang aneh tersebut?” ucapannya membuatku terdiam seketika, mengingat kasusku sendiri itu memang cukup unik.

Kami berdua menunggu di ruangan milik Yohan tanpa mengucapkan satu patah kata pun.

Setelah menunggu beberapa saat. Yohan akhirnya kembali dengan membawa sebuah kartu pengenal di tangannya dan juga seorang pria paruh baya bersamanya.

“Nih, ini tanda pengenalmu.” Yohan menyodorkan kartu itu padaku.

“Terima kasih.” Aku mengambil kartu yang dia berikan.

Kartu yang Yohan berikan terlihat seperti sebuah kartu kosong. Aku tak melihat adanya hal lain di dalam kartu tersebut selain cap milik guild yang berada di tengahnya. Apa dia lupa untuk menanyakan biodataku dan memintaku mengisinya sendiri?

Melihatku yang kebingungan, Yohan hanya tersenyum dan mulai menyodorkan barang lainnya padaku. Sebuah jarum kecil. Aku mulai semakin bingung dengan maksud dari Yohan memberikan benda-benda ini padaku

“Tak perlu bingung. Sekarang coba kau teteskan darahmu pada cap tersebut.” ucap Yohan menjawab semua kebingunganku.

"Baiklah."

Aku langsung melakukan apa yang dia perintahkan. Jarum yang baru dia berikan mulaiku tusuk kan ke jari telunjukku, sehingga membuat darahku mulai mengalir keluar. Aku langsung mengarahkan telunjukku di atas cap yang ada di kartu kosong itu.

Segera setelah darahku mengenai cap yang berada di tengah kartu. Informasi dari diriku pun mulai muncul begitu saja di dalam kartu. Dimulai dari nama, tanggal lahir dan bahkan golongan darahku pun tercatat di kartu tersebut.

“Baiklah sudah selesai. mudah bukan?” ucap Yohan.

“Tapi kenapa harus darah?” tanyaku yang masih memandangi kartu tersebut.

“Jika kami hanya menggunakan tulisan biasa, bisa saja ada orang yang memalsukan tanda pengenal setelah membunuh pemilik aslinya.”

“Jadi ini untuk mencegah hal tersebut?”

“Benar, dengan begitu, ketika sang pemilik kartu tersebut meninggal. Kartu itu akan terbakar dengan sendirinya sehingga tidak akan ada pemalsuan data. terlebih ini juga memudahkan kami untuk tidak perlu memperbarui data diri dari setiap petualang secara berkala.”

“Tak kusangka kau akan terpikirkan metode seperti ini,” puji Guru pada Yohan.

Yohan tertawa mendengar ucapan Guru. “Kau pikir aku mampu berpikir seperti itu? Itu adalah ide dari Raja, bukan aku. Aku tidak mungkin bisa memikirkan hal rumit seperti itu, Hahaha!” Entah kenapa dia malah bangga dengan kekurangannya.

“Pantas saja, bodohnya aku menyangka kau bisa memikirkan hal tersebut,” ucap guru sembari menghela napas.

Guru tak menghiraukan Yohan yang terus tertawa dan mulai melirik ke arah laki-laki yang Yohan bawa ketika dia kembali kemari.

“Lalu siapa orang di sebelah mu itu?” tanya guru sembari menunjuk pria yang berdiri di samping, Yohan.

“Oh, iya, aku hampir lupa dengannya.” Tawa Yohan langsung berhenti seketika.

Ekspresi canggung terpancar dari laki-laki yang dibawa Yohan. Tak kusangka dia akan benar-benar mengabaikan kehadiran orang yang dia bawa sendiri kemari.

Yohan mulai mempersilakan lelaki tersebut maju untuk Yohan perkenalkan pada kami. “Dia adalah pemilik penginapan di dekat sini, aku membawanya untuk mengantarkan kalian ke penginapan miliknya. Untuk masalah biaya kalian tak perlu mengkhawatirkannya, anggap saja ini bantuan dariku pada teman lama.”

“Senang bertemu tamu-tamu terhormat dari Guild Master. Jika tidak keberatan biar aku pandu kalian ke penginapan kecil kami.” Lelaki tersebut memberikan salam ramah pada kami.

“Baiklah, kalau begitu ayo kita langsung pergi ke sana.” Guru pun bangkit dari tempat duduknya.

“Kau mau pergi sekarang?” tanya Yohan.

“Tentu, sudah tak ada hal lain yang kuperlukan di sini.”

“Kau selalu saja buru-buru, huh? Baiklah kalau begitu, semoga kalian menikmati tempat yang aku pilih.” Yohan pun mengantarkan kami keluar dari gedung guild.

Terlihat banyak sekali anggota dari guild yang memperhatikan kami ketika diantarkan oleh Yohan keluar dari gedung guild.

Yah, wajar jika mereka memperhatikan kami, mengingat ada seorang pemudi dan seorang anak kecil yang diperlakukan dengan begitu hormat oleh Guild Master. Siapa-pun pasti akan penasaran.

Setelah berpisah dengan Yohan. Aku dan Guru pun diantarkan menuju kamar kami oleh pemilik penginapan yang tempatnya tak terlalu jauh dari air mancur di pusat kota. Kami menempati kamar yang berisikan 2 ranjang, 1 lemari, 1 kursi, dan 1 jendela yang menghadap ke istana raja secara langsung.

“Lumayan, setidaknya kita tak perlu memikirkan soal tempat tinggal dan juga makan untuk beberapa saat,” ucap guru seraya merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Aku mulai menyimpan barang bawaan milikku ke dalam lemari yang ada di kamar tersebut.

“Lalu sekarang apa yang akan kita lakukan guru?” tanyaku pada Guru.

“Untuk saat ini kau akan berlatih membuat lingkaran sihir di dalam jantungmu. Caramu menggunakan sihir berbeda dengan orang lain,  jika orang lain mengalirkan mana dari jantung mereka untuk membuat sihir. Kau malah memaksakan dirimu untuk menggunakan sihir dengan imajinasi mu saja, karena itulah kondisi mentalmu sangat terkuras ketika kau menggunakan sihir,” tutur Guru.

Ternyata itulah alasan kenapa aku selalu kelelahan secara mental ketika menggunakan sihir. Itu semua terjadi karena aku yang tidak memiliki wadah untuk mana di dalam tubuhku. Tanpa adanya wadah untukku menyimpan mana, aku jadi terpaksa harus mengambil mana kotor ketika aku akan menggunakan sihir.

“Kalau begitu bagaimana caraku membuat lingkaran sihir?”

“Duduklah di sana,” Guru menunjuk ranjang satunya.

Aku pun menuruti perkataan guru dan duduk di atas kasur tersebut.

“Sekarang coba kau bayangkan ada sebuah cincin yang melingkari jantung mu dan biarkan mana mengalir memasuki cincin tersebut. Biar aku bantu kau membuat lingkaran pertamamu.” Guru langsung bergerak ke belakangku dan mengalirkan mana miliknya ke dalam tubuhku.

“Baiklah, akan aku coba.” Aku mengikuti setiap arahan dari guru.

Setelah membayangkan cincin di jantungku. Aku mencoba menarik mana yang bertebaran di sekitarku melewati hidungku dan mengalirkannya ke jantungku.

Namun itu tak semudah yang kukira, selama proses pembuatan cincin. Aku merasakan sakit yang begitu dalam dari hidung dan paru-paruku, seolah aku sedang bernafas di dalam air.

Aku mencoba menahan rasa sakit yang kurasakan ketika mencoba menghirup mana mentah yang ada di sekitarku dan secara perlahan membuat satu lingkaran cincin di jantungku.

"Bagus, tahanlah seperti itu. Biar aku coba untuk membersihkan mana kotor yang ikut terhirup olehmu." Guru terus memberikan arahan kepadaku

10 menit telah berlalu. Aku mulai bisa mengambil mana dengan cara yang lebih natural, seolah seperti sedang bernapas pada umumnya.

“Hoo .…”

Guru terkesima ketika melihat mana mulai mengalir secara alami di dalam tubuhku.  Dia melepaskan bantuannya dari punggungku dan mulai memperhatikanku yang sudah bisa mengendalikan aliran mana  di dalam tubuhku dengan natural.

“Tak kusangka kau akan menguasainya dalam waktu sesingkat ini,” ungkap Guru.

Aku memang pernah mendengar jika normalnya seseorang membutuhkan waktu setidaknya 3 bulan untuk membuat lingkaran pertamanya jika dia berbakat, dan 1 tahun pada orang biasa. Tapi aku malah melakukannya dalam waktu 10 menit.

“Entah, mungkin karena aku pernah menggunakan sihir sebelumnya sehingga aku tak terlalu sulit mencari cara untuk mengendalikannya. Walau memang dengan paksaan, sih.” jawabku.

"Tak apa, itu sudah cukup bagus."

Guru mulai kembali duduk di ranjang yang berada di depanku. Terlihat wajah bahagia ditunjukkan olehnya.

“Baguslah kalau begitu, setidaknya kita bisa mempersingkat waktu. Aku juga akan mulai melatihmu tanpa ampun layaknya sedang berada di neraka mulai sekarang.”

“Semoga aku tidak mati selama berlatih denganmu.”

“Tentu saja itu tidak akan terjadi, tapi bukankah dengan tetap hidup kau akan lebih merasa seperti di neraka?” Dia mengatakan itu sembari tertawa. Dasar psikopat sinting.

Pada akhirnya, aku pun mulai mengikuti latihan yang sangat berat dari guru selama beberapa bulan kedepan.

Terpopuler

Comments

Tanata✨

Tanata✨

kesannya kayak gk meyakinkan🤣

2023-05-23

0

Tomorrow

Tomorrow

pengen rasa nya ngomong "Lu tu gak diajak" wkwkw

2023-05-13

1

Tomorrow

Tomorrow

sepertinya ada yang tidak sadar ama dirinya sendiri nih🤣

2023-05-13

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 : Siluman Burung
3 Chapter 2 : Guru Sihir Bagian 1
4 Chapter 3 : Guru Sihir Bagian 2
5 Chapter 4 : Langkah Awal Bagian 1
6 Chapter 5 : Langkah Awal Bagian 2
7 Chapter 6 : Langkah Awal Bagian 3
8 Chapter 7 : Langkah Awal Bagian 4
9 Chapter 8 : Langkah Awal Bagian 5
10 Chapter 9 : Kelompok Misterius dan Akademi Bagian 1
11 Chapter 10 : Kelompok Misterius dan Akademi Bagian 2
12 Chapter 11 : Konfrontasi Bagian 1
13 Chapter 12 : Konfrontasi Bagian 2
14 Chapter 13 : Konfrontasi Bagian 3
15 Chapter 14 : Babi dan Bangsawan Bagian 1
16 Chapter 15 : Babi dan Bangsawan Bagian 2
17 Chapter 16 : Julukan Baru
18 Chapter 17 : Tempat Untuk Babi Bagian 1
19 Chapter 18 : Tempat Untuk Babi Bagian 2
20 Chapter 19 : Memancing Ikan Bagian 1
21 Chapter 20 : Memancing Ikan Bagian 2
22 Chapter 21 : Anggota Kelompok Bagian 1
23 Chapter 22 : Anggota Kelompok Bagian 2
24 Chapter 23 : Duel Dengan Bulldog Bagian 1
25 Chapter 24 : Duel Dengan Bulldog Bagian 2
26 Chapter 25 : Duel Dengan Bulldog Bagian 3
27 Chapter 26 : Duel Dengan Bulldog Bagian 4
28 Chapter 27 : Duel Dengan Bulldog Bagian 5
29 Chapter 28 : Duel Dengan Bulldog Bagian 6
30 Chapter 29 : Kelas A dan Kata Terlarang
31 Chapter 30 : Clumsy Alchemy
32 Chapter 31 : Serangan di Akademi Bagian 1
33 Chapter 32 : Serangan di Akademi Bagian 2
34 Chapter 33 : Serangan di Akademi Bagian 3
35 Chapter 34 : Serangan di Akademi Bagian 4
36 Chapter 35 : Master Bela Diri Bagian 1
37 Chapter 36 : Master Bela Diri Bagian 2
38 Chapter 37 : Master Bela Diri Bagian 3
39 Chapter 38 : Master Bela Diri Bagian 4
40 Chapter 39 : Hellen Bagian 1
41 Chapter 40 : Hellen Bagian 2
42 Chapter 41 : Hellen Bagian 3
43 Chapter 42 : Hellen Bagian 4
44 Chapter 43 : Hellen Bagian 5
45 Chapter 44 : Darah di Taman Bunga Bagian 1
46 Chapter 45 : Darah di Taman Bunga Bagian 2
47 Chapter 46 : Darah di Taman Bunga Bagian 3
48 Author Sakit
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 : Siluman Burung
3
Chapter 2 : Guru Sihir Bagian 1
4
Chapter 3 : Guru Sihir Bagian 2
5
Chapter 4 : Langkah Awal Bagian 1
6
Chapter 5 : Langkah Awal Bagian 2
7
Chapter 6 : Langkah Awal Bagian 3
8
Chapter 7 : Langkah Awal Bagian 4
9
Chapter 8 : Langkah Awal Bagian 5
10
Chapter 9 : Kelompok Misterius dan Akademi Bagian 1
11
Chapter 10 : Kelompok Misterius dan Akademi Bagian 2
12
Chapter 11 : Konfrontasi Bagian 1
13
Chapter 12 : Konfrontasi Bagian 2
14
Chapter 13 : Konfrontasi Bagian 3
15
Chapter 14 : Babi dan Bangsawan Bagian 1
16
Chapter 15 : Babi dan Bangsawan Bagian 2
17
Chapter 16 : Julukan Baru
18
Chapter 17 : Tempat Untuk Babi Bagian 1
19
Chapter 18 : Tempat Untuk Babi Bagian 2
20
Chapter 19 : Memancing Ikan Bagian 1
21
Chapter 20 : Memancing Ikan Bagian 2
22
Chapter 21 : Anggota Kelompok Bagian 1
23
Chapter 22 : Anggota Kelompok Bagian 2
24
Chapter 23 : Duel Dengan Bulldog Bagian 1
25
Chapter 24 : Duel Dengan Bulldog Bagian 2
26
Chapter 25 : Duel Dengan Bulldog Bagian 3
27
Chapter 26 : Duel Dengan Bulldog Bagian 4
28
Chapter 27 : Duel Dengan Bulldog Bagian 5
29
Chapter 28 : Duel Dengan Bulldog Bagian 6
30
Chapter 29 : Kelas A dan Kata Terlarang
31
Chapter 30 : Clumsy Alchemy
32
Chapter 31 : Serangan di Akademi Bagian 1
33
Chapter 32 : Serangan di Akademi Bagian 2
34
Chapter 33 : Serangan di Akademi Bagian 3
35
Chapter 34 : Serangan di Akademi Bagian 4
36
Chapter 35 : Master Bela Diri Bagian 1
37
Chapter 36 : Master Bela Diri Bagian 2
38
Chapter 37 : Master Bela Diri Bagian 3
39
Chapter 38 : Master Bela Diri Bagian 4
40
Chapter 39 : Hellen Bagian 1
41
Chapter 40 : Hellen Bagian 2
42
Chapter 41 : Hellen Bagian 3
43
Chapter 42 : Hellen Bagian 4
44
Chapter 43 : Hellen Bagian 5
45
Chapter 44 : Darah di Taman Bunga Bagian 1
46
Chapter 45 : Darah di Taman Bunga Bagian 2
47
Chapter 46 : Darah di Taman Bunga Bagian 3
48
Author Sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!