RPGC 3

"Bang Riko, bang Dani, bang Rio, Maya pulang dulu ya, sudah malam ini," kata Maya seraya bangun dan beranjak pergi.

"Baiklah hati-hati di jalan, oh tunggu dulu," kata Riko mencegah Maya pergi.

"Ada apa bang?" tanya Maya bingung.

"Pakai motorku untuk pulang," kata Riko sambil menyerahkan kunci motornya.

"Abang tau aja kalo Maya gak punya uang," kata Maya tersenyum.

Sebenarnya Maya itu kaya, tapi dia tak ingin menggunakan uang dari hasil restoran yang si wariskan oleh kakeknya, kecuali dalam keadaan darurat. Maya hanya diberi uang jajan seratus ribu untuk seminggu oleh keluarga Sanjaya. Dia hanya bertahan dengan pekerjaan part time nya di sebuah bar.

Sekarang jam menunjukan pukul 11 malam dan di baru selesai dengan pekerjaannya dan berencana untuk pulang.

11:20 sampailah Maya di depan pintu gerbang.

"Non Maya sudah pulang, akan mang bukakan pintu samping ya," kata satpam yang baik kepada Lily beliau selalu bertugas pada malam hari, beliau merupakan satpam kakek neneknya Maya, jadi dia baik terhadap Maya karena dia selalu melihat Maya di siksa dalam keluarga ini dia merasa kasihan.

"Baik Mang terimakasih" ucap maya dengan senyuman.

Maya pun masuk dan memarkirkan motornya di bawah pohon, kenapa dibawah pohon? Agar tak ketahuan.

Maya pun masuk ke dalam rumah terlihat ruangan gelap karena lampu dipadamkan dan menandakan semua orang sudah tidur.

Maya perlahan masuk dan dikagetkan oleh sebuah suara.

"Bagus ya...selalu pulang malam, mau jadi ja***g ya kamu," teriak Rachmat sambil menarik rambut Maya.

Lampu pun menyala dan menampilkan semua orang menatap Maya dengan hinaan.

"Kamu memang pe****r, suka kamu ya melayani pria hidung belang lebih baik kau tak usah pulang sekalian, tinggallah bersama pria hidung belang itu," marah Rachmat seraya melemparkan beberapa foto ke wajah Maya.

Maya mengambil foto itu dan berkata.

"Ini salah paham yah, benar aku bekerja disana, tapi hanya sebagai pelayan, bukan sebagai pe****r," jelas Maya.

"Salah paham apanya, aku melihat sendiri kamu melayani para pria hidung belang," kata Sania sinis.

Dion dan Dirga hanya menatap datar dengan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh ayah mereka.

Maya mencoba memeluk kaki Rachmat dan yang di dapatnya hanya tendangan dan hasilnya kepala Maya terbentur sudut meja yang mengeluarkan darah di sudut keningnya. Belum hilang sakit benturan itu tamparan juga mendarat si pipinya dan menghasilkan sudut bibirnya berdarah.

"Kamu dasar anak tak tahu di untung sudah di beri makan dan tempat tinggal, masih aja menjadi ******," teriak marah Dara.

Maya tak mampu mengeluarkan air matanya lagi. Seakan-akan air matanya sudah kering.

"Ikut aku," kata Rachmat seraya menarik rambut Maya.

"Renungi kesalahanmu," kata Rachmat mendorong Maya kedalam ruangan gelap dan menguncinya.

"Yah ini salah paham aku hanya pelayan disana," kata Maya sambil menggendor pintu.

"Diam," teriak marah Rachmat.

Rachmat, Dara, Dion, Dirga dan Sania pergi meninggalkan Maya di ruang gelap nan dingin. Apalagi Maya belum makan sedari keluar dari mension.

Krukyuk kruyuk, suara perut Maya meronta.

Maya hanya mampu mengusap perutnya yang lapar.

Keesokan paginya, pintu terbuka.

Ceklek "Hey bangun," kata Dara membangunkan Maya yang tertidur di atas lantai tanpa alas.

Maya pun segera bangun dan berdiri seraya menundukkan kepalanya.

"Cepat keluar kau ingin terus disini," bentak Dara.

Maya pun bergegas pergi kekamarnya.

Maya pun mandi dan setelah mandi dia memandang dirinya di cermin.

"Aku tak bisa selalu seperti ini, maaf kek nek aku tak bisa menyembunyikan nya lagi, aku sudah lelah dengan semua ini," gumam Maya dan tak terasa air mata jatuh dari pelupuk matanya.

Seperti biasa keluarga besar Sanjaya makan bersama kecuali Maya yang tak di anggap.

Maya pun turun dengan penampilan yang berbeda. Yang biasanya memakai pakaian serba kegedean, sekarang menggunakan jins kaos putih dengan peepaduan jaket kulit hitam, rambutnya di ikat kuncir satu dengan rapinya. Dia dengan acuhnya pergi ke dapur dan sekembalinya mendapat tatapan tajam dari seluruh anggota keluarga Sanjaya.

"Bisa juga tampil cantik, tapi tetap aja ja***g," sindir Dirga.

Maya tak menghiraukan sindiran Dirga, dia berlalu pergi keluar dan mengambil sepeda motor dan menaikinya, pergilah dia dari kediaman seperti neraka itu.

"Bagaimana Maya bisa berubah, bukankah dia sangat bodoh, membersihkan dirinya sendirinya aja gak bisa, tapi kenapa sekarang?" tanya mereka berlima dalam hati.

Hanya membutuhkan 10 menit untuk sampai ke kampus jika menaiki motor.

Maya memarkirkan motornya dan melepaskan helmnya, dari situ orang-orang mulai memperhatikannya.

"Siapa dia?"

"Mungkin siswi baru,"

"Cantiknya,"

"Wow luar biasa,"

"Aku baru pertama kali melihatnya,"

Itulah bisik-bisik yang di dengan Maya, tapi Maya tak menghiraukannya dia hanya berjalan ke kelas dan menuju tempat duduknya.

Di dalam kelas juga sama seperti si perjalanan menuju kelas banyak bisikan-bisikan penasaran.

"Siapa dia, kenapa duduk di kursi si culun?"

Bel masuk berbunyi dosen pun datang.

Merasa baru pertama kali melihat siswi yang duduk di pojok dosen pun bertanya.

"Nak, nama mu siapa? Apakah kau siswi baru?" tanya dosen perempuan berumur 30 tahunan.

"Saya Maya bu" jawab Maya datar.

"Oh Maya ya, pantesan ibu rada kenal tapi tak ingat," kata bu dosen dan hanya dibalas anggukan oleh Maya.

"Wahh ternyata benar si culun, kenapa bisa berubah secantik itu ya?"

"Si culun cantik amat,"

Banyak lagi kata-kata tak percaya dengan perubahan Maya yang awalnya culun, dekil dan bodoh nya minta ampun, sekarang jadi gadis yang sangat cantik.

Bel berbunyi menandakan waktu istirahat tiba. Maya pun beriniat untuk ke kantin.

"Hey culun udah cantik ya sekarang, tapi tetep harus jadi babu kita," kata Amora dan teman-temannya.

Tak ingin meladeni Amora dan yang lain Maya memilih pergi tapi tangannya dicegat oleh Amora dan ditariknya sampai Maya jatuh teraungkung. Maya masih sabar, dia tak ingin membuat keributan, dia pun berdiri dan ingin pergi dan lagi-lagi dihalangi oleh teman-temannya Amora.

"Heh Culun sudah berani ya mengacuhkan kami, mau minta pukul hah," kata temannya Amora yang bernama Linda.

"Aku tak ingin membuat masalah," kata Maya datar.

Hahahaha, tawa mereka, "tak ingin membuat masalah emangnya kamu berani ngelawan kami," kata Linda.

Linda pun menjambak rambut Maya, tapi Maya seperti tak merasa sakit, mungkin karena terlalu sering merasakannya.

Linda dan Amora mendorong Maya sampai tersungkur dan membentur dinding.

Para mahasiswa lain berkumpul mendengar keributan.

"Heh dengarkan kalian semua, gini ni jika kalian berani sama kita, akan berakhir seperti dia," kata Amora sambil menunjuk Maya yang masih terduduk.

Linda dan yang lain ingin menarik rambut Maya lagi, tetapi di tepis oleh Maya.

"Aku sudah sangat lama bersabar dengan perbuatan kalian terhadapku, tapi sekarang aku tak akan tinggal diam lagi" kata Maya dingin.

~

~

~

~

~

~

Kasih like, comments and vote ya

Happy Reading

Terpopuler

Comments

@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡

@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡

agak greget, karna MC nya agak bego enggak ngelawan, tapi kayaknya mulai sadar, dan mulai melawan, gitu donk kan jadi asyik bacanya, 😁😁😁

2022-08-30

0

Lindha Suryani

Lindha Suryani

kallo aq baca cerita ini koq aq gak ad simpatinya ya SM Maya, karna apa?? karna dia yg mau....klo pura2 bodoh aq rasa gak segituny jg dia mau ditindas, ini koq mau2 aj, bodohnya kebangetan....

2022-01-24

0

Lindha Suryani

Lindha Suryani

Maya ni senang menyusahkan diri ya...jadi ya silahkan dinikmati resikonya,kan dia sendiri yg mau???

2021-10-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!