Sampailah mereka di tempat parkiran club.
"Hay bang Andre," sapa Rio.
"Hay Rio eh May tumben datang cepat," kata Andre.
"Iya bang soalnya gak ada kelas, dan males juga pulang," kata Maya.
"Ohhh masuk gih," kata Andre.
Maya masuk duluan ke rungan biasa mereka berkumpul. Ya meskipun Maya pegawai club itu, tapi dia juga punya tempat nongkrong sama anggota inti Geng Galaksi, yaitu Riko, Dani, Rio dan dia sendiri. Sedangkan Rio masih diluar menghubungi Riko dan Dani.
"Woi Dan cepetan datang ke club, kita kumpul," ajak Rio yang menelphone Dani.
"Ya ya ya tunggin kami, nanti gue jemput Riko di rumahnya," kata Dani.
Setelah menelphone Rio masuk keruangan yang sudah ada Maya yang duduk melamun sambil mengetuk meja dengan jari telunjuknya. Iseng Rio melempari Maya dengan bantal yang ada di sofa.
Tuk tuk tuk tuk tuk.
"Au, apaan sih," gerutu Maya yang lamunan nya diganggu.
"Kenapa melamun? Ada masalah?" tanya Rio yang duduk di sofa dihadapan Maya.
"Bukan ada masalah, tapi bingung harus bagaimana?" kata Maya.
"Buat?" tanya Rio.
"Aku sudah tidak sanggup tinggal di rumah," jelas Maya.
"Mereka masih memukuli mu," kata Rio yang mulai marah.
"Akhir-akhir ini tidak lagi, karena perubahanku dan aku selalu menghidari bertemu dengan mereka," jelas Lily.
"Lalu?" tanya Rio lagi.
"Ya sebenarnya aku ingin keluar dari rumah itu, tapi setelah ingat pesan kakek dan nenekku, aku selalu menguntungkannya," jelas Maya.
"Pergilah dari rumah itu, kami masih mampu menampungmu," ucap Riko yang baru datang.
"Ya May keluarlah dari rumah itu, kau bisa tinggal di rumah salah satu dari kami, dan kami dengan senang hati menerimamu, kebetulan aku juga tinggal dengan adik perempuanku saja," timpal Dani.
"Terimaksih untuk semuanya tapi aku tak ingin merepotkan kalian, kita lihat saja dulu keadaannya, jika memang aku benar-benar tak sanggup lagi, aku akn bilang," jelas Maya.
"Huh, baiklah terserahmu saja," kata Riko.
Waktu berputar dengan cepat hari yang siang sudah menjadi malam dan waktunya Maya bekerja.
Sekarang Maya sudah memakai seragamnya. Dia membawakan minuman untuk para tamu.
Karena penampilan Maya yang sudah berubah menjadi lebih cantik banyak para pelanggan cowok yang menggodanya, tapi dengan sopan Maya menolaknya.
Plak
Suara tamparan yang keras mendarat di pipi mulus Maya. Sampai-sampai Maya jatuh tersungkur. Orang-orang mulai mengerumuni Maya dan orang yang menamparnya.
"Seharian tidak pulang ternyata ngeja***g di sini," kata Dion. Ya dia Dion kakak pertama Maya yang saat itu sedang bersenang-senang dengan teman-temannya.
Maya yang mendapatkan tamparan hanya berdiam dan bangun dari jatuhnya sambil memegang pipinya yang terasa panas dan perih.
"Siapa dia Yon?" tanya salah satu teman Dion.
"Dia...bukan siapa-siapa hanya pembantu di rumahku dan kerja sambilan disini ngeja***g," jelas Dion.
"Ada apa ini?" tanya Riko yang datang karena mendengar ribut-ribut di luar ruangannya.
"May kamu kenapa?" tanya Riko lembut. "Pipi kamu kenapa merah?" tanyanya lagi.
"Gak apa-apa, yuk pergi aja, kerjaan May juga udah kelar di sini," kata Maya yang menahan tangisnya karena ucapan Dion barusan.
"Ok, yuk," kata Riko yang ingin membawa Maya ke ruangan mereka, tapi terhenti karena cekalan dari Dion.
"Mau kemana?" tanya Dion dengan geram.
"Ngeja***g, puas," kata Maya.
"Berani kamu," marah Dion seraya mengangkat tangannya ingin menampar Maya lagi, tapi di cegah oleh Riko.
"Berani loe menyentuhnya lagi, gue bunuh loe," teriak Riko.
"Siapa loe yang melarang gue menamparnya?" tanya Dion sinis.
"Gue, abangnya," jawab Riko.
"Ya kami abangnya," kata Rio dan Dani menimpali.
"Hahahaha, pantesan aja loe kerja di sini, ternyata banyak teman berandalannya," sindir Dion.
"Brengsek loe," kata Dani yang ingin menghajar Dion tapi terhenti setelah dilarang oleh Maya.
Maya hanya menarik lengan baju Dani, dan dapat dirasakan Dani bahwa badan Maya bergetar menahan tangis. Dia hanya menundukkan kepalanya.
"Wah wah pengecut," ejek Dion.
Tak tahan lagi Rio yang sudah bersabar dari tadi sekarang memukuli Dion.
Akhirnya perkelahian pun terjadi dan sampai manager club keluar yaitu Andre baru perkelahian berhenti karena Andre memanggil keamanannya.
Terlihat Dion yang babak belur beserta temannya di usir keluar, sedangkan Riko, Rio, Dani dan Maya di ruangan khusus mereka.
"Kamu kenapa May?" tanya Riko lembut sambil mengusap kepala Maya.
Ya jika mereka berbicara dengan Maya selalu lembut, tidak nampak mereka adalah anggota dari suatu Geng yang di takuti.
Maya tak menjawab, badannya bergetar karena menahan tangisnya.
"Menangislah," kata Rio yang memeluk Maya.
Tangis Maya pun pecah, dia menumpahkan rasa sakit yang selama ini dia tahan dihatinya.
Karena kelelahan menangis, tak ada lagi suara tangis Maya yang ada hanya suara dengkuran kecil dari Maya yang ternyata tertidur di pelukan Rio.
"Tidur?" tanya Dani yang sedari tadi hanya memandang Maya di pelukan Rio.
"Ya," bukan Rio yang menjawab tapi Riko yang sedari tadi mengelus kepala dan pundak Maya.
Cahaya matahari yang masuk melalui pentilasi udara di tas jendela mengganggu tidur seorang gadis yang dengan tenang tidur.
"Ughh silau," gumam Maya. "Dimana ini?" bingung Maya.
Lamunan Maya buyar saat sebuah suara mengagetkannya.
"Sudah bangun," kata Rio yang sedang bersender di pintu kamar.
"Eh bang Rio, ini dimana bang?" tanya Maya.
"Ini di rumahku," jawab Rio sambil berjalan kearah Maya.
"Hah? rumah abang, berarti aku gak pulang dong malam tadi," kata Maya gelabakan.
"Tenanglah, kau tak perlu pulang lagi tinggallah di sini," kata Rio yang sudah duduk di samping Maya.
"Tidak bisa bang, aku harus kembali karena aku sudah berjan...," kata Maya di potong oleh Rio.
"Ya ya ya abang mengerti, mandi lah nanti abang antar," kata Rio beranjak keluar kamar.
Di depan pintu gerbang rumah keluarga Sanjaya.
"Eh neng Maya, baru pulang neng?" tanya Satpam.
"Iya mang, apakah semua orang ada di rumah?" tanya Maya.
"Gak ada neng, pagi tadi semuanya pergi kondangan kerumah teman tuan besar," jelas Satpam.
"Oh baiklah," kata Maya. "Bang Rio makasih sudah anterin May ya," ucap Maya.
"Ya tak perlu sungkan, kalau begitu abang pergi dulu," kata Rio berlalu melajukan mobilnya.
Kamar Maya.
"Ahhh syukur mereka pergi," gumam Maya.
Saat ingin terlelap Maya terkejut dengan suara bantingan pintu.
Brukk
Dia keluar dan bersembunyi di balik pagar tangga dan mendengarkan apa yang di bicarakan Rachmat dan yang lain.
"Bagaimana dengan Sania pah?" tanya Dara.
"Ya pah bagaiman keadaan adik kita?" timpal Dion.
•
••
•••
••••
•••
••
•
Tinggalkan jejak ya.
Selamat membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Nanik Lestari
Milih sendiri jadi cupu dan bersandiwara bodoh, masih nangis
2024-02-07
1
Sundari Putri
knapa ada nama lyli yhor?
2022-01-11
0
Deana
neneknya salah caranya untuk menjaga Maya. maunya suruh Maya lebih kuat menghadapi keadaan dan mencari ke bahagianya. tapi yah sudahlah sudah takdir Maya juga..
2021-07-26
1