19. Loker Sekolah

Beberapa saat setelah pena itu dihancurkan oleh Jean. Tiba-tiba saja ponsel Jevan berdering sebentar, menandakan ada pesan masuk. Namun, sepertinya ini adalah hari kesialan bagi Jevan karena beberapa e-mail dikirimkan ke ponselnya.

Jevan mengerang frustasi yang membuat remaja lainnya menatap dia penuh keheranan.

“Lu kenapa, Jev?” Yohan bertanya sebab khawatir melihat perubahan ekspresi wajah Jevan yang mendadak.

“Baru juga dibilangin, sekarang malah gue yang dikirimin e-mail,” balas Jevan memberikan ponselnya pada Eric.

Eric menerimanya laku membaca isi e-mail tersebut dengan cepat.

Selamat karena kalian telah menemukannya!

Tapi tidak masalah, mati kita bersenang-senang kembali.

Besok akan ada kejutan di loker sekolah milik salah satu dari kalian..

Jadi segeralah temukan, dan kita mulai permainan yang sesungguhnya!

Kira-kira begitulah isi e-mail yang dikirimkan pada ponsel Jevan. Setelah membacanya Eric malah memijat pangkal hidungnya. Kepalanya pening sekarang. Tapi ada sebuah kesenangan tersendiri di dalam hatinya.

“Permainan yang sesungguhnya akan segera dimulai?” —batin Eric sambil menampilkan senyum miring yang membuatnya menjadi misterius.

“Jadi sekarang langkah selanjutnya gimana?” tanya Arashya memecah kebingungan.

“Kalau dari gue sih kayanya kita harus cari sesuatu yang ada di loker salah satu dari kita besok,” ucap Yohan berpendapat.

“Gue juga mikirnya kaya gitu, sih,” sela Narendra menyetujui ucapan Yohan.

“Berarti kita tunggu besok, Ric?” tanya Jevan yang diangguki oleh Eric.

“Ya udah kalau gitu gue sama Yohan balik dulu ya.” Jean dan Yohan akhirnya berpamitan dan pulang ke rumah masing-masing tanpa memperdulikan tas sekolah Yohan yang tertinggal di kelas.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kini hari Jumat yang ditunggu telah tiba. Keempat pemuda kelebihan protein itu sudah menunggu hari Jumat dengan sabar. Karena pengumuman libur sekolah akan diumumkan pada hari ini juga.

Sekarang Eric dan Narendra tengah berada di tepi lapangan basket untuk menyaksikan Jevan dan Arashya yang sedang berlatih. Keduanya bersorak-sorak menyemangati. Sampai tiba-tiba Narendra menyenggol lengan Eric yang terangkat untuk memberikan tepuk tangan karena kembarannya berhasil memasukkan bola ke dalam ring.

“Ric!” panggil Narendra pelan dengan nada berbisik.

Eric langsung menoleh dan menaikkan salah satu alisnya seolah bertanya “kenapa?”

“Menurut lu siapa orang beruntung yang bakal dapat kejutan di loker?” tanya Narendra penasaran.

Eric menggelengkan kepalanya pelan. “Lu berharap apaan emang sama kejutan itu? Ga bakal jauh-jauh dari konspirasi kali, Na,” ucap Eric dan dia mendengus kesal.

Narendra hanya menunjukkan cengiran khasnya yang konyol itu, lalu menggaruk belakang lehernya. “Kali aja dapat tiket liburan gitu, Ric,” gumamnya yang membuat Eric merotasikan bola matanya malas.

Jevan dan Arashya akhirnya mengakhiri permainan mereka. Keduanya memilih untuk beristirahat sambil berjalan menuju Eric dan Narendra yang saling memalingkan wajah.

“Lu berdua kenapa?” tanya Arashya meraih botol minumnya yang ada di sebelah Eric.

“Gapapa. Cuma si Naren ini doang yang agak berharap lebih sama kejutan di loker salah satu dari kita. Berharap dapat tiket liburan katanya,” sambil melirik Narendra disampingnya.

“Ya Tuhan! Masalah gitu doang diperpanjang. Kalau memang pada kepo sama kejutannya mending kita periksa langsung ke loker. Siapa tahu ada di loker salah satu dari kita berempat, mumpung gue sama Arashya mau ganti baju,” ajak Jevan sambil menenteng tas ranselnya dan diikuti yang lain menuju ke loker sekolah.

Tempat loker sekolah mereka berada tak jauh dari lapangan. Di ruangan tempat loker disediakan juga ada sebuah ruang ganti yang biasanya digunakan para siswa untuk ganti baju ketika ada pelajaran olahraga atau kegiatan lainnya yang mengharuskan mereka untuk berganti pakaian.

Keempatnya kini tengah berada di depan loker masing-masing yang letaknya juga berdekatan. Jevan mendahului membuka lokernya untuk mencari baju seragam yang harus dikenakan sesuai ketentuan hari ini.

Sesekali juga dia menyingkap beberapa buku yang dia simpan disana guna mencari kejutan itu. Tapi nihil, dia tak menemukan apapun.

“Di loker gue ga ada apa-apa, mungkin di loker kalian ada,” ucap Jevan tak peduli dan dia melangkah untuk pergi ke ruang ganti.

Arashya yang mendengar itu segera beralih untuk membuka lokernya dan mencari sesuatu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya dalam loker itu. Namun sayangnya, keberuntungan Arashya sama seperti Jevan.

“Di gue ga ada juga. Coba kalian berdua cari di loker masing-masing, gue mau ganti baju dulu,” ucap Arashya dan dia beranjak menuju ke ruang ganti pakaian meninggalkan Eric dan Narendra yang masih diam dan saling bertatapan.

“Ada di punya gue atau di punya lu, Ric?” tanya Narendra yang sudah memegang gagang lokernya.

Eric mengangkat kedua bahunya merasa acuh. “Kayanya ga ada di loker kita berdua juga, Na,” jawabnya pelan.

Segera saja mereka berdua mengobrak-abrik itu loker masing-masing. Tapi tetap saja tidak menemukan kejutan apapun di dalam sana.

Dalam loker Narendra hanya ada beberapa catatan-catatan yang dia gunakan untuk menghapal rumus-rumus kimia, sifat asam dan basa, unsur dan senyawa serta campuran, masih banyak lagi hingga beberapa kosa kata dalam bahasa Inggris yang dia pelajari dari Eric.

Sementara loker Eric hanya berisi beberapa buku serta novel kesukaannya. Ada 4 buah novel utama tentang Sherlock Holmes dan beberapa buku tentang kumpulan kasusnya. Juga ada catatan resmi Eric yang berisikan beberapa kode sandi. Tak lupa dengan biolanya yang diletakkan dalam loker. Sebenarnya dia memiliki 2 biola, dan diletakkan masing-masing di rumah dan di sekolah. Itu semua dilakukan karena terkadang jadwal les biola Eric diadakan tepat setelah pulang sekolah. Jadi, alih-alih repot kembali ke rumah, lebih baik ia membawa biola yang sengaja diletakkan dalam loker.

“Gue ga nemu apapun disini. Berarti dugaan gue benar kalau kejutannya ga bakal ada di loker salah satu dari kita berempat.” Kata Eric sambil kembali merapikan beberapa barang yang dia lemparkan keluar demi mencari kejutan tersebut.

“Kalau bukan di loker kita, di loker siapa dong? Ga mungkin di loker teman kelas kita, kan?” tanya Narendra penasaran.

Eric mengedikkan bahunya, “ga mungkin kayanya ada di loker teman kita yang lain, ini kan kejutannya ditujukan buat kita.”

Dalam usaha pencariannya itu, tiba-tiba seorang pemuda lainnya datang dan mengejutkan mereka.

“Gue dapat ini di loker gue, apa ini kejutannya?” tanya orang itu dengan nafas terengah-engah.

Narendra membulatkan matanya terkejut. Eric disebelahnya juga kaget disusul dengan kemunculan Jevan serta Arashya yang baru saja keluar dari ruang ganti.

“Jadi kejutannya ada di loker lu, Kak?” tanya Jevan pada pemuda itu yang tak lain dan tak bukan adalah Yohan.

“Ga tahu sih, kayaknya iya. Soalnya gue ga pernah taruh ini di loker gue, dan kelihatannya baru banget,” jelas Yohan menyerahkan amplop putih yang lumayan tebal ditangannya pada Eric.

Eric segera menerimanya dan membukanya secara perlahan. Dia mengeluarkan beberapa lembar kertas yang ada di dalam amplop tersebut.

“Ini…” ucap Arashya terbata-bata saat melihat sebuah kertas ditampilkan tepat di depan matanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!