Setelah kejadian penerimaan e-mail kemarin, Arashya dengan segera meninggalkan sebuah pesan pada Narendra seperti yang telah dikatakan oleh Eric semalam. Maka dari itu, 4 remaja sekarang tengah berkumpul di perpustakaan sekolah. Kebetulan untuk mata pelajaran hari ini ada jam kosong, karena itulah mereka bisa ada di perpustakaan saat ini.
Narendra Nasution mengenal nafasnya kasar setelah mereka duduk di tempat baca yang ada di pojok belakang. Dia menarik rambutnya sedikit kasar dan menunggu layar laptopnya menampilkan sesuatu yang bisa berguna sebagai informasi dari sang pengirim e-mail semalam.
"Gimana, Na?" tanya Eric yang meringis melihat Narendra yang menjambak rambutnya sendiri.
"WiFi sekolah lemot gini kenapa dah? Uang komite doang mahal-mahal." Keluhnya karena layar laptop hanya menampilkan tulisan 'loading' dengan sebuah lingkaran yang berputar ditengah-tengah.
"Ya sabar, Na. Mungkin lagi banyak yang pakai," balas Arashya menenangkan.
Setelah Arashya berkata demikian, laptop Narendra langsung menampilkan beberapa informasi mengenai pengirim e-mail.
"Ketemu!" seru Narendra kegirangan yang membuat Jevan reflek menutup mulutnya secara paksa karena mengganggu beberapa orang yang tengah membaca disana.
Narendra hanya tersenyum tanpa dosa dan menaik turunkan kedua alisnya sambil menatap ketiga sahabatnya itu.
“Apa yang lu dapat? Semua informasi?” tanya Eric antusias dengan seruan Narendra.
“Sayangnya untuk kali ini ngga. Gue cuma dapat arti dari angka itu,” balas Narendra menunduk.
“Apa arti angkanya?” tanya Arashya penasaran.
“21 April 1999!” balas Narendra yang kembali fokus pada laptopnya. “Kemungkinan besar itu tanggal lahir dia yang asli, cuma gue kaget aja karena ternyata dia lebih cerdik dari yang gue bayangin sebelumnya.”
Jevan yang sedari tadi hanya menyimak akhirnya bersuara, “apa dugaan gue benar? Kalau dia malah delete akunnya setelah ngirim e-mail ke Arashya? Karena, ya gue kemarin sempat searching juga tapi ga ketemu apapun,” tanyanya.
Narendra mengangguk dan memperlihatkan laptopnya pada yang lain. Disana tertulis bahwa ‘This user is not found. Try Again?’
“Perkiraan akunnya di hapus setelah sekitar 10 menit pesan masuk ke akun Arashya. Gue heran sih sama isi pesannya setelah dikirimin kemarin,” lanjut Narendra yang menutup laptopnya dan menatap ketiga temannya satu persatu bergiliran.
“Itu termasuk hal aneh sih,” jawab Arashya yang memalingkan wajahnya ke pintu masuk perpustakaan. Disana dia lihat ada salah satu pemuda yang baru masuk dan berjalan perlahan menghampirinya.
Eric dan yang lain juga menyadari kedatangan pemuda yang merupakan teman sekelas mereka itu dan menyapanya. “Haekal? Tumben banget lu mau masuk ke perpustakaan?” tanya Eric sambil tertawa kecil.
Narendra juga ikut tertawa, “kesambet apaan lu, Kal? Lu biasanya bilang alergi sama perpustakaan, tapi kenapa sekarang lu malah ke sini?” tanyanya juga.
Haekal tak bergeming menanggapi lelucon keduanya. Dia hanya menampakkan ekspresi wajah yang datar. Jevan yang mengamatinya pun dibuat curiga. Dia menatap Haekal dengan serius.
“Ngapain lu ke sini? Ada penting?” tanya Jevan dingin, lalu diangguki oleh Haekal.
“Ada yang titipin gue ini, disuruh ngasih ke Arashya,” balasnya singkat.
“Pengirimnya?” tanya Eric menatap ke arah surat yang diserahkan Haekal dan diterima langsung oleh Arashya.
“Lu mungkin bisa lihat di dalam suratnya. Gue sendiri ga tahu apa-apa dan ga mau berurusan lebih banyak,” kata Haekal dan setelahnya dia segera beranjak tanpa mengucapkan permisi pada yang lainnya.
Arashya termenung dan menatap punggung Haekal yang mulai menghilang dari pandangannya. “Serius kayanya dia kesambet deh, biasanya tu anak ngga kayak gitu. Kenapa sekarang jadi aneh banget?” gumamnya.
Arashya membolak-balikkan amplop putih berisi surat ditangannya berusaha untuk mencari nama pengirim namun tetap nihil dan tak ada apapun disana.
“Daripada lu mati penasaran tentang isi dan siapa pengirimnya, mending langsung dibuka dan dibaca aja daripada dilihat terus,” ucap Jevan yang diangguki Arashya.
Dengan sigap dia membuka perlahan amplop itu dan mengeluarkan sepucuk surat yang ditulis tangan di dalamnya. Arashya membacanya dengan seksama, tapi sayangnya tak ada satupun yang dia mengerti disana.
“Kenapa, Rash?” tanya Eric yang melihat Arashya kebingungan.
“Isi suratnya aneh banget, mirip sama yang kemarin. Tapi ini lebih jelas dan pasti surat ancaman,” jawab Arashya yang segera menyerahkan kertas tersebut pada Eric dihadapannya.
Dengan segera Eric menerima dan membacanya. Alisnya menekuk saat membaca kalimat-kalimat di dalamnya.
Kalian anak yang pandai, terutama si Nasution itu. Tapi ingatlah satu hal, kalau aku selangkah lebih maju didepan kalian. Ada yang bilang kalau usaha tidak mengkhianati hasil atau sebaliknya, bukan? Pada nyatanya, hari ini usaha kalian ternyata sia-sia. Tak perlu tahu siapa saya, tinggal ikuti permainannya saja. Jangan pernah mencari tahu tentang saya jika kalian ingin bermain dengan aman. Have a nice day!
Kira-kira begitulah isi dari surat tersebut. Bahkan tak ada nama pengirimnya atau hanya inisial pun tak ada. Mereka akhirnya berpikir berulang kali dan mempertimbangkan untuk mencari tahu siapa pengirim e-mail dan surat ini, sebab mereka tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya.
“Gue rasa ini pertemuan perdana kita, setelah sebelumnya menyelesaikan beberapa kasus yang bisa dibilang bisa dipecahkan semua orang,” Ucap Eric sambil mengusap wajahnya frustasi.
Jevan menatap miris pada adik kembarnya, “berarti ga lama lagi bakal ada kasus baru yang kemungkinan lebih besar dan sulit dari kasus sebelumnya?” tanyanya.
“Bahkan kasus ini udah dimulai sejak saat Arashya nerima e-mail itu,” sela Narendra cepat.
“Gue yakin ini konspirasi! Kalian semua harus hati-hati karena kemungkinan kita bakal diteror lagi setelah kejadian ini.” Ucap Arashya yang diangguki semuanya.
“Pertanyaannya, kenapa cuma Arashya?” tanya Eric bingung.
Tak lama kemudian, ponsel miliknya berdering dan menandakan ada sebuah pesan masuk. Dengan segera Eric merogoh saku almamaternya dan terkejut ketika sebuah e-mail yang masuk.
Jangan kira hanya dia yang aku kirimkan pesan. Justru aku akan lebih senang berkomunikasi denganmu, Eric Devandra!
Eric melemparkan ponselnya ke meja dan segera diambil alih oleh Jevan. Dia juga terkejut ketika melihat pesan itu ada di ponsel Eric.
“Kasus terornya udah dimulai, setelah Arashya… Sekarang Eric juga dikirimi pesan-pesan aneh itu. Berarti ga menutup kemungkinan kalau kita yang selanjutnya, Na!” seru Jevan kaget dan membuat Narendra agak sedikit panik.
“Tenang. Kita ga boleh panik, kita ga tahu apa yang terjadi. Kayaknya kita di awasi sama orang ini dan kita harus lebih waspada!” peringatan Arashya diangguki oleh ketiganya dan mereka kembali melanjutkan aktivitas masing-masing hingga bel sekolah berbunyi nyaring memenuhi seluruh koridor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
lil'sky
Ngeri we! kenapa bisa tahu? curiga ada kamera pengintai
2023-05-17
0
lil'sky
ih dia juga hacker kah? kok bisa tahu??
2023-05-17
0
Ayano
Sekarang jadi berasa visualin yang Zankyou no terror meskipun gak sama
terrornya agak ngena sih
2023-04-25
1