08. Pembobolan Ruang Arsip

Hari ini mereka semua bersekolah seperti biasanya. Jevan dan Arashya juga sudah sangat siap untuk melakukan rencana yang telah Eric rancang kemarin. Kali ini mereka berdua berjalan menuju ruang arsip yang terletak di gedung sebelah. Lumayan dekat dengan gedung kelas mereka.

Mereka melangkah perlahan agar tidak ada satupun yang curiga pada mereka. Karena kemarin sebelum mereka pulang dari rumah Arashya, Eric sempat mengingatkan mereka untuk selalu hati-hati dan waspada karena mereka semua diawasi. Maka dari itu, Jevan dan Arashya tidak mau mengundang kecurigaan orang lain pada mereka berdua.

Sepanjang perjalanan yang mereka lalui untuk sampai ke ruang arsip yang ada di lantai 3 gedung sebelah, mereka bisa dengar banyak siswa maupun siswi yang sedang bergunjing dan membicarakan tentang berita yang baru mereka dapatkan kemarin, yaitu tentang rencana penutupan SMA 8 Puncak serta pertimbangan pemerintah.

“Beritanya nyebar cepat banget, ya.” Arashya bergumam sambil meminum susu kotaknya dan berjalan lebih cepat dari Jevan.

“Namanya berita ya pasti bakal tersebar luas, ditambah lagi teknologi makin canggih. Gue posting aja aib lu pas kita kerja kelompok waktu itu, bentar lagi juga viral,” balas Jevan sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya.

Arashya yang melihatnya langsung tersentak kaget dan berusaha menahan pergerakan Jevan. “Jev? Lu serius mau lakuin yang lu bilang tadi? Gue ga mau jadi viral.” Arashya mencakupkan kedua tangannya memohon pada Jevan.

Hal tersebut sontak membuat Jevan tertawa keras, “lu percaya kalau gue bakal lakuin itu?” tanyanya.

“Ya terus lu pegang ponsel buat apa? Kalau bukan mau nyebar aib gue?!” tanya Arashya sedikit nyolot.

Jevan mendesis kesal, kemudian memperlihatkan layar ponselnya pada Arashya. “Lu jadi orang jangan terlalu percaya diri makanya. Gue cuma mau chat Eric doang!” seru Jevan sambil memukul pelan bagian belakang kepala Arashya.

Arashya jelas tak terima dan berlari menghampiri Jevan yang berjalan meninggalkannya. “Lu ngapain chat Eric, Jev?” tanyanya penasaran.

Jevan menoleh, “emang kenapa? Ga boleh gue ngechat kembaran gue sendiri? Lu cemburu ya?” tanya Jevan menggoda Arashya yang semakin membuatnya kesal.

“Ga waras lu!”

“Cuma orang yang ga waras yang bisa saling berkomunikasi,” balas Jevan yang kembali tertawa hingga matanya tak tampak.

Sekarang mereka berdua sudah ada di depan sebuah pintu kayu yang agak besar. Di atas pintu tersebut, digantung sebuah papan nama yang digunakan untuk penamaan tempat itu. Disana tertulis 'Ruang Arsip'.

“Oke, sekarang kita udah ada didepan ruang arsip sesuai dengan papan nama yang digantung di atas pintu,” ucap Arashya yang diangguki Jevan.

“Jadi, rencana kita selanjutnya apa? Gue yakin pintunya dikunci,” sambung Arashya yang mengulurkan tangannya untuk mencoba membuka pintu itu, ternyata memang benar terkunci.

“Kita coba dobrak aja gimana?” tanya Jevan mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu di depannya.

“Jangan, Jev! Gue ga mau ganti rugi pintu kayu jelek ini, lagipula lu bakal kelihatan di CCTV sana.” Arashya menunjuk pada salah satu sudut di plafon dan mereka berdua menemukan keberadaan CCTV disana.

“Lu lupa kalau Naren udah hack semua CCTV yang ada di gedung ini? Jadi ga usah khawatir gitu. Penjaga sekolah juga ga bakal lihat kita, karena di monitornya kelihatan baik-baik aja.” Jevan berucap sambil kembali memikirkan bagaimana cara mereka untuk masuk ke dalam.

“Narendra keren juga ternyata, lain kali gue minta diajarin dia aja deh. Biar gampang gue kabur dari rumah tanpa jejak.” Balas Arashya sembari berandai-andai.

“Sumpah, Shya. Dari tadi lu ngomong mulu, bantuin gue kerja kenapa dah? Oh ya, tumben banget lu pakai jas almamater di hari Rabu gini?” tanya Jevan yang baru menyadari pakaian Arashya.

Yang ditanya hanya menunjukkan senyum miring diwajahnya, “lu minggir dulu deh, Jev!” perintahnya yang langsung dituruti oleh Jevan.

Arashya segera merogoh saku bagian dalam almamaternya dan mengeluarkan sebuah besi yang setidaknya bisa digunakan untuk membobol pintu ruangan arsip itu.

“Ini pembuktian kalau otak gue juga cerdas, ga cuma bisa bikin orang emosi doang ya,” ucap Arashya yang kini berusaha membuka pintu dengan bantuan besi itu.

“Lu nemu linggis gitu dimana?” tanya Jevan yang terkejut.

“Asal ngambil aja tadi dekat pos satpam pas mau masuk ke area sekolah. Gue lihat ditaruh sembarangan, ya udah gue ambil. Lumayan nih kalau dipakai buat mukul kepala si pembunuh itu, biar gelar pembunuhnya bisa jatuh ke gue,” jawab Arashya yang berhasil membuka pintu itu dengan sekali percobaan.

“Mulai lagi dah jiwa psikopatnya,” gumam Jevan yang masih bisa di dengar Arashya.

“Gue masih bisa dengar lu, Jevan. Jadi lebih baik sekarang kita cari apa yang Eric minta dan cepat pergi dari sini.” Arashya bersin-bersin setelahnya karena ruangan itu penuh dengan tumpukan kertas-kertas yang berdebu.

“Gue juga ga betah kali lama-lama diam di tempat kayak gini,” balas Jevan sewot dan fokus untuk mencari berkas yang benar-benar mereka perlukan.

Keheningan terjadi di antara mereka berdua sejak pencarian berkas itu dimulai. Keduanya sangat fokus agar bisa segera pergi dari ruangan berdebu itu.

“Pantas Eric ga mau ke sini dan malah ngasih tugas ini ke kita. Dia kan ga bisa banget kalau lihat yang berantakan gini. Mana banyak debu lagi,” kata Jevan disela-sela pencariannya pada rak paling atas.

“Gue jadi curiga kalau Eric pengidap OCD. Kali aja gitu kan kalau dia masuk ke sini bisa berubah jadi mama zila,” balas Arashya acuh dan tetap membaca informasi dari berkas yang dia baca lalu menyimpannya dalam tempat yang dia sering sebut sebagai ‘Brain’s Hard Disk’.

“Bisa jadi, sih. Lu udah nemu belum, Shya?” tanya Jevan lagi yang sibuk membolak-balikkan halaman sebuah berkas dengan kasar.

“Pelan, Jev. Gue ga mau kalau berkas yang ada di tangan lu sampai robek. Apalagi disana bisa aja sidik jari lu ketinggalan.” Arashya mengingatkan Jevan tanpa menoleh yang membuatnya menghela nafas panjang karena merasa lelah.

Tiba-tiba saja Arashya melempar berkas yang tadi dipegangnya dan membuat Jevan memegangi dadanya karena terkejut.

“Kenapa lu, Shya?” tanya Jevan heran dengan sikap Arashya.

Yang ditanya malah memijat pangkal hidungnya dan mulai mengacak-ngacak rambutnya frustasi. “Gue rasa kita ga akan nemuin informasi yang berguna. Jadi gue bakal pakai metode penalaran gue aja. Coba lu tanya ke gue tentang apa yang harus kita cari, Jev.” Suruh Arashya pada Jevan.

Jevan memiringkan kepalanya bingung, “orang yang berhubungan dengan Polandia?” tanyanya.

Arashya memejamkan matanya sejenak sambil duduk di salah satu kursi kayu yang ada disana. “Seminggu yang lalu gue sempat ikut ayah gue pergi ke kantor kedutaan dan ga sengaja baca beberapa list nama orang yang berangkat dari Indonesia ke Polandia dan sebaliknya.” Ucap Arashya mengingat.

“Ayo ingat list nama orang yang pergi ke Polandia!” seru Jevan meminta agar Arashya mempercepat memori ingatannya.

“Gue baru ingat kalau Kak Yohantha Sagara sempat pergi ke Polandia 2 minggu yang lalu, kemudian ada Jonathan Adrian Sohn yang pergi ke Polandia 1 minggu tepat di hari Minggu dan pulang di hari Selasa. Terakhir ada kepulangan Kak Harshaya Pramudya dari Polandia ke Indonesia 10 hari yang lalu,” lanjut Arashya yang memelan di bagian akhir.

“Itu aja?” tanya Jevan saat melihat Arashya yang sudah membuka matanya dan dibalas dengan anggukan tegas.

“Good! Sekarang kita harus pergi cari Eric dan susun semua ini jadi sebuah kronologi lengkapnya. Kita juga perlu interogasi ke kakak-kakak yang lu sebutin namanya tadi untuk minta keterangan,” kata Jevan yang dengan cepat menarik tangan Arashya untuk mengikutinya pergi mencari Eric yang entah dimana sekarang dia berada.

Terpopuler

Comments

Ayano

Ayano

Mereka mulai menyusun taktik lain ya

2023-07-11

0

Ayano

Ayano

Jan ngegas wak
Sabar sabar

2023-07-11

0

ig : @dekka30__

ig : @dekka30__

gak apa" viral itu asik lohh,walaupun lewat cara yg gk bener🤣

2023-04-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!