Semua orang terkejut ketika Sheila mengakui sebuah fakta tentang dirinya yang sudah memiliki seorang suami, teman-temannya langsung memberikan banyak sekali pertanyaan kepada Sheila dan juga banyak yang kesal karena mereka tidak ada seorang pun yang mendapatkan undangan pernikahannya.
Karena hal itu lah, Dika yang sedari tadi mengamati tersenyum bahagia karena melihat keadaan yang ada di depannya.
Dan dia senang saat melihat sebuah logo dari jaket yang dikenakan oleh Steven, dia membuka ponselnya dan mulai bertanya kepada Steven.
"Siapa namamu?" tanya Dika kepada Steven dengan penasaran.
"Steven!" jawab Steven sekenanya.
Dika yang mendapatkan informasi tentang namanya, dia langsung mengirimkan pesan kepada relasinya tentang seorang pria pengantar paket yang bernama Steven.
Pesan dari Dika langsung ditanggapi oleh orang yang berada di sisi lainnya, dia langsung dengan segera membuka berkas dan memberikan informasi tentang seorang kurir yang bernama Steven.
Tidak lama dari itu, ada daftar orang yang bernama Steven begitu pula dengan fotonya. Ketika Dika melihat ada sosok seorang yang mirip dengan Steven, dia pun langsung mengatakan, "Boleh untuk pecat dia?"
Pesan pun langsung diproses, hanya saja. Ketika orang yang akan memecat Steven itu menelpon Steven, dia tidak bisa menghubunginya. Oleh karena itu, orang yang ada di sisi lainnya menghubungi Steven dengan menggunakan aplikasi layanan antar barang tersebut.
Sebuah notifikasi panggilan muncul dalam ponsel Steven, "Mengganggu saja!" batin Steven dan menolak panggilan tersebut.
Setelah itu, tiba-tiba saja sebuah pesan masuk dan di saat itu juga, Dika yang ada di depan Steven tersenyum dengan penuh kemenangan.
Karena saat ini Steven sedang melihatnya, Dika terlihat seperti berkata, "Haha! Kau dipecat!" dengan tanpa suara, untungnya Steven bisa membaca bahasa dari gerakan mulut.
Dia pun melihat isi pesannya dan mulai menargetkan Dika.
"Oh? Main pecat-pecatan? Lumayan!" batin Steven yang hanya menatap kosong ke arah Dika yang saat ini merasa dirinya adalah seorang pemenang.
"Kalo begitu, bagaimana jika kita makan terlebih dahulu?" tanya Steven karena saat ini dirinya sudah benar-benar lapar.
"Oh, kalian bisa memesan apapun yang kalian inginkan teman-teman! Aku akan mentraktir kalian semua makan sepuasnya!" teriak Dika yang membuat semua teman-temannya bahagia mendengar kabar tersebut.
Steven pun mengatakan menu-menu yang dia pesan, menu dengan harga yang fantastis mahal dan membuat Dika mengeluarkan keringat dingin di punggungnya.
"Si–sia*lan! Kenapa dia memesan makanan yang mahal sih?" batin Dika bingung.
Setelah semua hidangan disajikan, Steven tersenyum dan berkata, "Coba bayar jika mampu!" dengan tanpa suara kepada Dika.
Tentu saja, Dika memperhatikan Steven dan dia menjawab, "Heh! Aku mampu membayarnya! Memangnya Kau?" dengan tanpa suara.
Sheila kebingungan karena melihat bahwa tingkah Steven dan Dika seperti sedang bermusuhan, dia pun berbisik kepada Steven untuk bertanya, "Kamu jangan ganggu dia! Meskipun dia tidak bisa menyinggung keluargaku hanya saja, aku takut dia nekat!"
Steven tersenyum dan membalas, "Baiklah!"
"Oh, memangnya Kamu bekerja dimana?" tanya Steven yang memulai obrolan hangatnya dengan Dika.
"Tentu saja! Aku bekerja di Neo Group! Jika kamu tidak tahu, aku akan memberitahumu!" jawab Dika dengan antusias.
"Neo Group adalah pusat dari segala perusahaan di kota ini! Bahkan, Neo Group sendiri sudah memiliki puluhan cabang kantor di kota ini! Meskipun Neo Group berada di kota ini, perusahaan ini sendiri bergerak menyeluruh hingga menjadi perusahaan Internasional!" kata Dika menjelaskan.
"Hm, aku tidak mengerti apa yang kamu katakan! Tapi, kedengarannya itu hebat!" ucap Steven dengan tersenyum.
"Tentu saja!" jawab Dika dengan menyombongkan dirinya sendiri.
"Cih! Kamu menyombongkan apa? Menyombongkan perusahaan milik Sheila yang saat ini akan ku kelola terlebih dahulu?" batin Steven menertawakan Dika karena menyombongkan perusahaan yang bukan miliknya.
"Oh, lalu? Kamu bekerja di bagian mana?" tanya Steven penasaran.
Sembari Steven mengobrol dengan Dika, tangannya yang memegang ponsel itu ikut bertanya tentang seseorang yang bernama Dika di perusahaan.
"Tentu saja, aku seorang Manager disana!" jawab Dika dengan mantap.
Ketika Steven melihat bahwa Dika ternyata merupakan seorang asisten manager, dia pun tersenyum dan kembali bertanya kepada Dika.
"Bukankah Kamu hanyalah seorang petugas kebersihan?" tanya Steven dengan mengirimkan sebuah pesan teks bahwa Dika diturunkan posisinya menjadi staff kebersihan.
"Apa yang Kamu katakan? Aneh se—" ujar Dika yang tersenyum dan perkataannya dipotong karena sebuah panggilan telepon dari perusahaan.
"Sebentar—"
Dika pergi ke toilet agar dirinya bisa menerima panggilan itu dengan tenang tentunya, setelah sampai di toilet dia pun menerima dan menjawab panggilan tersebut.
"Ada apa ya, Bu?" tanya Dika penasaran.
"Oh! Mulai besok Kamu akan diturunkan posisi jabatan sebagai staff kebersihan!"
"Apa? Ibu bercanda bukan?"
Tit—
Panggilan telepon langsung saja terputus ketika saat itu juga, dirinya benar-benar bingung dan merasa aneh.
"Ini pasti salah bukan? Ya, ini pasti salah! Aku sudah bersusah payah untuk mendapatkan posisi ini dan ini tidak mungkin terjadi! Ini pasti salah!" batin Dika dan bergegas untuk mencuci wajahnya.
Dia mengusap wajahnya menggunakan tisu dan kembali ke meja makan restoran.
Saat dirinya kembali, Steven tersenyum puas sambil memakan makanan yang ada didepannya, senyuman Steven benar-benar membuat nafsu makan Dika menjadi hilang.
"Aku pergi dulu!" ucapnya dan ditahan oleh semua teman-temannya.
"Hei! Katanya tadi Kamu mau mentraktir kami bukan?"
Mendengar perkataan itu, tentunya membuat Dika semakin kesal. Dia berjalan dengan cepat dan meminta bill pembayaran di meja resepsionis, ketika dia melihat total nominal yang harus dia bayar, dirinya benar-benar kesal karena harga dari makanan yang telah dipesan hingga mencapai sepuluh juta rupiah.
Dia pun menyimpan struk pembayaran tersebut untuk keperluan lainnya, tanpa berlama-lama lagi, Dika pamit kepada semua teman-temannya, begitu juga kepada Sheila.
Steven hanya tersenyum puas melihat kepergian dari Dika, "Heh! Mau sombong? Pake acara pecat-pecatan segala lagi! Lihat saja, setelah kamu datang ke perusahaan, kamu benar-benar akan menangis! Haha!" batin Steven, dirinya adalah seorang pemenang untuk saat ini.
Dika pun telah sampai di perusahaan utama Neo Group, dirinya benar-benar penuh karisma. Seorang pemuda yang telah menjabat sebagai asisten manager itu kini masuk ke dalam perusahaan dengan penuh keangkuhannya.
Seorang staff kebersihan yang saat ini sedang membawakan kopi berjalan di depannya, karena Dika sedang tergesa-gesa, dia pun tanpa sengaja menabrak staff kebersihan itu dan membuat kopi yang dibawanya tumpah dan mengotori lantai disana.
Pada saat itu juga, seorang wanita yang melihatnya benar-benar semakin kesal terhadap Dika, dia pun berteriak dan memanggil Dika.
"Dika!" teriakannya tentu saja tidak asing, itu adalah suara dari manager Ninda.
Dengan bersemangat Dika membalikkan tubuhnya dan langsung memberikan hormat dan senyuman kepada manager Ninda dengan bersemangat.
"Manager! Aku—" ucap Dika yang terpotong oleh nada datar dari Ninda yang saat ini sedang kesal.
"Kamu! Cepat bersihkan tumpahan kopi itu!" titah Manager Ninda dengan serius.
"Ehm, tapi kan itu pekerjaan dari staff kebersihan, Manager?" jawab gugup Dika.
"Oh? Itu artinya Kamu harusnya sudah mengetahui tugasmu, benar?" tanya Ninda dengan santai.
"Tu–tugasku? Maksudnya bagaimana ini, manager?" tanya Dika kebingungan.
"Bukankah aku sudah mengatakannya padamu? Bahwa mulai dari sekarang Kamu adalah staff kebersihan?" tanya Ninda yang benar-benar akan marah.
"Apa Anda serius, Manager?" tanya Dika untuk kembali memastikan.
"Cepat bersihkan tumpahan kopi itu dan segera bawakan aku kopi yang baru ke atas!" teriak Ninda dengan penuh amarah.
Semua karyawan yang menyaksikan itu menjadi terkejut dengan sosok managernya, yang ternyata bisa berubah menjadi harimau saat dia marah.
Ketika Dika kesal, dia pun telah membersihkan tumpahan kopi itu dan telah membuat kopi baru untuk diberikan kepada atasannya.
"Hei! Apa yang Kamu lakukan?" tanya seorang staff kebersihan kepada Dika saat melihatnya akan memasuki lift.
"Aku akan mengantar—" jawab Dika gugup.
"Tidak! Kau harus naik menggunakan tangga staff! Bukankah itu yang Kamu katakan ketika kamu menjadi asisten manager?" ucapnya yang membuat Dika kesal.
"Apa Kau berani dengan—" kata Dika yang ingin mengancam, hanya saja staff kebersihan itu menutup mulutnya dan membisikkan sesuatu di telinganya.
"Apakah Kamu melupakan sistem keamanan disini?" tanya Staff keamanan itu yang membuat Dika frustasi.
#CuplikanReceh.
"Huft! Apakah aku benar-benar harus menaiki tangga ini hingga ke lantai delapan?" gumam Dika yang kesal.
Setelah Dika sampai di lantai delapan, dirinya menyaksikan sosok seorang staff kebersihan lainnya yang baru saja keluar dari lift.
"Hei! Kenapa Kamu menaiki lift?" tanya Dika penasaran.
"Kenapa? Tentu saja, untuk lebih cepat ke lantai atas, bukan?" jawabnya.
"Tapi, itu dilarang untuk staff kebersihan!" ketus Dika kesal.
"Apakah Kamu bod*oh? Untuk apa lift diciptakan jika tidak digunakan? Dan lagi, sejak kapan ada peraturan seperti itu? Aneh!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
❌
syukurin makanya jadi orang jangan terlalu sombong
2023-05-29
0
❌
mumpung ada yg mau traktir ya stev jadi psen aja banyak2+yg mahal😂😂
2023-05-29
0
𝐈𝐅𝐈𝐅𝐀𝐘 📴
Dika salah pilih lawan sih, lagian sombong banget sih jadi orang jadi manager aja udah kayak jadi CEO😌
2023-05-27
0