Sheila sedikit ketakutan, berbeda dengan Steven yang saat ini sudah berjalan mengikuti pengaturan yang diberikan oleh si preman tersebut.
"Cih! Pria macam apa yang dipercayakan oleh Charles? Ta–tapi mau bagaimana lagi, hiks.." batin Sheila agak kecewa karena permohonan terakhir dari suaminya itu sepertinya salah orang.
"Ka–kalian mau apa? A–aku bisa membayar kalian asal kalian melepaskan Kami!" seru Sheila memohon.
"Cih! Memangnya berapa bayaran yang bisa Kami dapatkan darimu?" ketus seorang pria yang kini sudah menyentuh dagu Sheila.
"Jika Kamu membayarnya dengan tubuhmu maka—" ujar pria itu yang mulai menyentuh leher Sheila dan terus meraba ke bawahnya secara perlahan.
Baru saja sebentar pria itu menyentuh kulit putih nan mulus milik Sheila, dirinya terbang ke atas langit karena tendangan pamungkas milik Steven.
Semua orang membelalakkan matanya, mereka terkejut dengan tendangan Steven yang begitu kuat. Hingga setelah satu menit berlalu, pria malang yang telah terbang ke atas langit itu jatuh kembali dan ditangkap oleh Steven dengan begitu mudahnya tanpa melihat sosok yang terjatuh itu.
Melihat adegan itu, semua preman menjadi terkejut.
"Kenapa aku bermimpi terbang ya? Aneh sekali! Argh, cukup sakit juga!" gumam pria yang baru saja ditangkap lalu ditendang oleh Steven.
"Teman-teman! Serang dia! Dia hanya seorang diri, tidak mungkin bisa mengalahkan kita!" seru pria itu dengan lantang.
"Ck! Ternyata dia melupakan tendanganku tadi begitu saja? Pantas saja menjadi seorang preman, rupanya dia bod*oh!" gumam Steven dengan senyuman yang menyeringai.
"Huft! Steve ingatlah untuk tidak terlalu serius, mereka hanya tikus-tikus jalanan!" batin Steven yang memperingati dirinya sendiri.
Ketika empat pukulan dilontarkan ke arah Steven, hanya dalam waktu sekilas Steven mengayunkan lengannya dan menangkis semua serangan dari para preman tersebut.
Dengan serangan yang bertubi-tubi dari para preman itu, Steven tidak kerepotan sama sekali. Dia terus menangkis serangan mereka, pertahanan Steven sangatlah kuat, tidak ada yang bisa melukainya sedikit pun.
Steven melemparkan pukulannya dengan kecepatan yang tinggi dan tingkat ke akuratan yang membuat pukulan Steven mendarat tepat di salah satu wajah preman tersebut. Belum sampai disana, Steven menarik jaket pria yang dihajarnya dan mendorong ke arah preman lainnya.
Serangannya kini menjadi lebih baik, sehingga dia melupakan satu hal tentang Sheila, seorang wanita yang harus dia jaga karena permohonan dari korban yang tidak sengaja dia bunuh itu.
"Ah!" teriak Sheila yang kini sudah dibungkam mulutnya oleh salah seorang preman tersebut.
"Menyerahlah atau aku akan membunuhnya!" ancam seorang preman itu yang ternyata mengeluarkan sebuah piso entah dari mana asalnya.
"DIAM!" teriak Steven yang seketika membuat hening para preman itu, bahkan Sheila sendiri pun kebingungan.
"Sebentar! Ada telepon masuk!" ujar Steven yang membuat para preman itu menggeleng-gelengkan kepalanya ke atas dan ke bawah menandakan bahwa mereka mengiyakan permintaan dari Steven.
"Uhm, ada apa Tuan?" tanya Steven ke arah teleponnya.
"Aku mau mengirimkan barang ke... "
"Oh, baik! Saya akan segera berangkat!" ucap Steven dan panggilan pun diakhiri.
"Oh, bukan menelepon polisi, aman-aman!" ucap salah seorang preman tersebut.
"Polisi?" ucap Steven yang membuat semua preman menjadi terkejut dan seperti tersambar petir.
Dengan senyuman yang menyeringai, Steven mengangkat ponselnya kembali dan perlahan akan menekan dial angka pada layar ponselnya yang membuat para preman kebingungan.
Semua preman itu berkeringat dingin, "Berhenti! Ja–jangan Kamu lapor polisi atau tidak aku benar-benar akan membunuhnya!" ancam kembali preman itu yang membuat Steven kembali akan menekan dial angka tersebut.
Senyuman Steven semakin lebar hingga memperlihatkan semua giginya karena bersemangat.
Sedangkan para preman itu terus-menerus berkeringat dingin dan juga membasahi punggungnya, "Bagaimana ini Kak Jo?" tanya preman itu yang membuat orang yang sedang menyandera Sheila menolehkan kepalanya.
Menyadari hal tersebut, Steven dengan serius langsung melempar ponselnya dan langsung menabrak kepala preman itu hingga berdarah.
"Ka—Aaa!!" teriak preman itu yang kini sudah terlempar jatuh.
Steven dengan cepat berlari ke arah Sheila dan menangkapnya, dia melihat pisau yang tergeletak di bawahnya dan langsung mengambilnya.
"Jika Kalian ingin Kakak Jo kalian ini hidup, maka aku berikan Kalian waktu sepuluh detik untuk segera enyah dari pandanganku!" ancam Steven dengan tegas.
"Ka—kalian ingin aku mati?" teriak Kak Jo yang kini meringis ketakutan.
Dengan ragu, preman-preman itu berlarian dengan meninggalkan Kak Jo seorang diri disana.
Ketika sudah aman, Steven menggandeng lengan Sheila dan membawanya pergi hingga Kak Jo yang melihat Steve itu sangat kesal.
"Kau! Beraninya Kau membuatku dipermalukan seperti ini! Kamu belum mengenalku! Kau sudah menyinggung orang yang salah!" ketus Kak Jo yang mulai kesal.
Dia mengangkat ponselnya dan menekan salah satu kontak yang ada di layar ponselnya itu, dia pun menghubungi seseorang.
Ketika panggilan tersebut masuk, dia pun berkata, "Kak! Ada yang melukaiku! Hiks!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
🦂⃟ғᴀᷤᴛᷤᴍᷫᴀ 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛN⃟ʲᵃᵃ࿐📴
gk setia kawan nih si preman 🤭🤣🤣
2023-05-21
0
🦂⃟ғᴀᷤᴛᷤᴍᷫᴀ 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛN⃟ʲᵃᵃ࿐📴
ya ampun lagi keadaan tegang Steve malah izin angkat telpon 🤭🤣🤣
2023-05-21
0
🦂⃟ғᴀᷤᴛᷤᴍᷫᴀ 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛN⃟ʲᵃᵃ࿐📴
bukan mimpi tapi beneran terbang melalui tendangan Steve yg super 🤭🤣🤣
2023-05-21
0