"Kak dia adalah orangnya!" teriak preman itu sembari memperlihatkan bekas lebam yang dia dapatkan dari pukulan Steven sebelumnya.
Karena banyaknya preman yang mengejarnya hanya dengan berlari, tentu saja Steven memutar motornya dan melaju dengan kecepatan tinggi untuk pergi dari sana.
"Kabur bukan berarti lemah! Aku tidak sanggup menghabiskan banyak sekali waktu dengan tikus-tikus yang liar itu!" gumam Steven dengan menarik pedal gas motornya.
Di sisi lainnya, kini sudah menjelang malam hari. Sheila terpaksa harus berkencan dengan seorang pria yang bahkan tidak dia sukai, dia benar-benar membenci pria yang sangat suka dalam hal memaksa.
Dia saat ini bersama dengan seorang Roy, pria angkuh dengan perawakan tampan dan tubuh kekar itu tengah menuangkan segelas minuman yang langsung disodorkan kepada Sheila.
Tentunya Sheila menjadi semakin ketakutan, dia dengan gemetar berusaha untuk mengeluarkan sepatah kata kepada pria di hadapannya.
"Ro–Roy! Se–sepertinya aku tidak dapat meminum alkohol!" ujar Sheila dengan terbata-bata.
"Hah? Apakah Kamu pikir aku memintamu untuk meminumnya?" tanya Roy dengan kesal.
"La–lalu? Untuk apa kamu memberikan minuman ini kepadaku?" tanya Sheila yang mulai merasa lega karena jawaban Roy sebelumnya.
Ketika Roy berdiri, tiba-tiba ada suara dingin yang membuatnya memalingkan wajahnya seketika itu juga.
"Apa yang mau Anda lakukan? Dia tidak mau meminum alkohol itu dan kamu tidak bisa memaksanya!" ketus seorang pemuda yang terlihat kurus namun elegan dengan pakaian dan dirinya yang saat ini sedang minum.
Roy mengernyit sejenak, "Siapa bocah yang mempunyai nyali besar ini?" ujar Roy dengan tersenyum.
Dengan tenangnya, pemuda itu masih meminum dan meneguk minumannya sampai habis tak tersisa.
Dia berdiri dari kursinya, pemuda itu kini berjalan melangkahkan kakinya menuju ke arah Sheila.
Ketika dirinya sudah berada tepat di hadapan Sheila, dia menjatuhkan dirinya dengan duduk ksatria dan tidak lupa mengenakan sapu tangan putih secara perlahan dengan anggun.
"Nona! Saya antarkan Anda pulang!" kata pemuda itu dengan mengulurkan tangan kanannya yang sudah mengenakan sarung tangan putih.
Roy terkejut karena tiba-tiba saja seseorang mengganggu makan malamnya, sedangkan Sheila kebingungan karena seorang pemuda yang tidak dikenal olehnya itu berusaha untuk membantunya.
"Maaf Nona! Nona tidak ada hak untuk menolak saya! Jika saya meminta untuk mengantarkan Nona pulang, maka hanya ada itu satu-satunya jalan ke depannya!" ucap pemuda itu dengan dingin.
Sheila dibuat terkejut lagi, selain merasakan terkejut. Ada rasa cemas karena saat ini pria yang dibenci olehnya itu sudah memusatkan pandangannya ke arah Sheila dan pemuda yang kini setia mengulurkan tangannya dengan duduk ksatria di hadapan Sheila.
"Sebaiknya Kamu pulanglah! Akan sangat berbahaya karena kamu telah menyinggung pemilik dari bar ini!" ucap Sheila dengan senyuman yang terpaksa.
Jauh dari dalam pandangan pemuda itu, dia melihat sosok seorang gadis cantik yang kini ketakutan dan tak berdaya, oleh sebab itulah pemuda itu kini berdiri dengan tenang.
"Tidak ada orang yang bisa menyinggungku di dunia ini selain Tuanku! Dan pria di depanku bahkan tidak memiliki kemampuan untuk menyinggungku meskipun hanya satu persen!" ujar pemuda itu dengan datar.
"Hah? Bocah si*alan! Kamu benar-benar membuat makan malamku terganggu!" teriak Roy dan langsung melemparkan sejurus pukulan yang diarahkan kepada pemuda di depannya.
Pemuda itu dengan tenang menatap rendah ke arah Roy, hanya memundurkan sedikit tubuhnya agar tidak terkena pukulan dari Roy.
Roy benar-benar kebingungan, seorang pemuda yang sama sekali tidak mengedip ketika akan diserang itu membuat dirinya berpikir kembali, "Siapa sebenarnya bocah ini! Kenapa pukulanku tidak sampai? Apakah karena aku terlalu mabuk? Yang benar saja! Aku baru minum satu gelas!" batin Roy kebingungan.
Roy kembali menjurus dengan cepat dan langsung melayangkan sejumlah pukulannya ke arah pemuda itu dan berbeda dari yang sebelumnya. Hanya dengan satu kali pukulan pelan ke arah wajah Roy, membuat Roy mengeluarkan darah dari hidungnya.
"A–aku mimisan? Aku akan membunuhmu!" teriak Roy kesal sedangkan Sheila menjadi ketakutan karena seorang pemuda yang sedang mencoba untuk menyelamatkan dirinya itu kini harus berhadapan dengan seorang Roy Mahardika.
"Berhenti! Berhenti! Aku akan meminumnya!" teriak Sheila dan langsung meneguk alkohol yang ada di dalam gelas.
Satu alkohol saja mampu membuat Sheila menjadi mabuk hanya dalam hitungan menit, sedangkan kini Roy dengan kejam menyerang pemuda itu secara bertubi-tubi.
Tidak ada yang mendengarkan komentar dari Sheila yang ingin menghentikan perseruan karena pemuda itu tidak senang dengan perkataan dari Sheila.
Hingga pada saat anak buah dari Roy memasuki bar tersebut, pemuda itu melihat ke arah sosok seorang Sheila yang sudah lemah dan tertidur dengan kepala yang ditahan oleh kedua lengannya di atas meja.
"Aku akan mengakhirinya!" ucap pemuda itu dengan datar.
"Mengakhirinya? Dasar konyol! Tidakkah Kamu melihat Kami menang jumlah? Bunuh dia!" teriak Roy yang membuat para anak buahnya bergegas menyerang pemuda itu.
Dengan tenang dan elegan, pemuda itu menghindari serangan dari preman-preman itu dan menangkis serta memukul setiap orang jika ada kesempatan yang pas.
Hanya satu pukulan kuat, setiap anak buah Roy langsung pingsan dibuatnya.
Roy kebingungan, dia mengeluarkan sebuah pistol yang ada di bawah mejanya dengan tergesa-gesa.
Ketika dia akan langsung menodongkan pistol itu kepada si pemuda tadi, dia terkejut karena saat ini pistol di tangannya sudah diambil alih dan pecah hanya dengan remasan tangan dari pemuda itu.
"Si–siapa Kamu? Percaya atau tidak! Kamu telah menyinggungku yang artinya Kamu telah menyinggung Geng Anu! Kamu tidak akan mendapatkan kehidupan yang baik di kota ini!" teriak Roy dan langsung mengeluarkan pistol satunya dengan cepat dan diarahkan kepada pemuda itu.
Ketika todongan untuk yang kedua kalinya, pistol itu tepat langsung di genggam oleh pemuda itu di luar jalur pelurunya, itu membuat Roy tersenyum penuh kemenangan.
Dooorrr !
Pistol tersebut meledak, membuat tangan Roy merasa terbakar.
Pemuda itu dengan elegan memasang kuda-kuda dan langsung menendang inti kehidupan Roy dengan sangat kuat hingga Roy tidak bisa berteriak maupun bernafas.
Roy pun pingsan hanya dalam hitungan detik, pemuda itu kini mengeluarkan ponselnya dan langsung menekan satu-satunya kontak nomor yang dia simpan.
Ketika panggilan terhubung, "Tuan! Apakah aku harus melenyapkan Roy?" tanya pemuda itu dengan dingin.
"Memangnya kenapa?"
"Dia berniat untuk mengambil kesucian Nona Sheila dengan ingin memaksanya meminum alkohol dan aku yakin setelah Nona Sheila mabuk, dia akan membawanya ke sebuah kamar hotel!" kata pemuda itu kembali melapor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Ayano
Diizinkan
Kalau boleh bawakan kepalanya juga ya buat pajangan
2023-08-01
1
Ayano
Kok aku seneng liat dia mimisan yak🤣🤣🤣
Kurang gegar otak aja biar masuk rumah sakit abis ini
#mode jahat
2023-08-01
0
Ayano
Rasanya kek ngeliat kedatangan ally of justice
2023-08-01
0