Bab 13

Pagi hari yang begitu cerah, terik matahari menyilaukan pandangan Steven yang kini masih tertidur di atas karpet.

Sheila dan Steven tentunya tidak tidur satu ranjang karena status mereka hanyalah seorang pasangan suami-istri palsu.

Ketika pintu kamar terbuka, sebuah ember yang penuh dengan air itu ditumpahkan tepat membasahi tubuh Steven.

"S i a l a n! Siapa orang yang berani melakukan hal ini terhadapku?" batin Steven kesal, dia membuka matanya dan melihat sosok seorang wanita paruh baya yang tentunya membuat Steven meneguk ludahnya secara paksa.

"Kenapa pagiku harus melihat sosok badut sih?" gumam Steven yang suara samar-samar terdengar oleh Rosa, mertua Steven.

Steven terkejut dengan perkataan jujurnya itu, dia berdiri dan segera berlari ke arah kamar mandi.

Rosa yang kesal karena mendapatkan ejekan dari menantunya tentu saja tidak bisa menerimanya, dia mengekor di belakang Steven dan mengejarnya.

Untungnya Steven sudah memasuki toilet dengan cepat, dia berhasil masuk ke dalamnya dan menutup pintu kamar mandi itu dengan tenang.

Hanya saja, belum sempat Steven menoleh ke dalam ruangan kamar mandi itu, dirinya sudah mendapatkan siraman air untuk yang kedua kalinya.

"Aakkhhh!" teriak Sheila sembari menyemprotkan showernya mengarah ke Steven.

"S i a l a n! Aku tidak bisa melihat apapun sekarang!" gumam Steven pasrah, matanya harus tersemprot oleh air yang membuat dirinya tidak mampu untuk melihat dalam waktu dekat.

"Ah, maafkan aku! Lagian kenapa Kamu bangun kesiangan sih? Bukankah biasanya seorang pengantar barang harus bangun pagi?" tanya Sheila dengan ragu karena saat ini, dirinya benar-benar polos tanpa adanya sehelai benang pun yang menyelimuti tubuhnya.

"Ah, kenapa tubuhku kembali panas ya?" ujar Sheila bingung karena tubuhnya kembali panas.

Steven mengernyitkan dahinya, dia benar-benar tidak mengerti dan tidak dapat melihat kondisi Sheila saat ini.

"Tidak mungkin bukan jika dia masih mabuk?" tanya Steven di dalam pikirannya.

Steven berusaha untuk membuka matanya, ketika matanya terbuka. Benar-benar sebuah anugerah, dirinya dapat melihat tubuh polos milik Sheila untuk saat ini.

Steven meneguk ludahnya, "Hei! Hei! Hei? Kenapa bisa ada wanita dengan tubuh yang sesuai seperti ini?" batin Steven berdebar-debar melihat sosok Sheila.

Karena menyadari Steven membuka matanya, Sheila benar-benar malu untuk saat ini, dia beranjak pergi keluar dari kamar mandi. Namun, sebuah sabun yang tergeletak di lantai mengubah segalanya.

Sabun itu terinjak oleh Sheila hingga membuat Sheila tergelincir, dia terpeleset dan jatuh ke arah Steven.

Ketika Steven berniat untuk menahannya, dirinya benar-benar bisa menahan Sheila agar tidak terjatuh, hanya saja saat ini ada sebuah perasaan aneh yang ada di dalam pikirannya, perasaan aneh yang ada di dalam Indra peraba miliknya.

"Benda apa ini?" batin Steven yang kembali meneguk ludahnya.

Sheila membulatkan matanya, rona merah di wajahnya kini benar-benar memenuhi pipinya.

Plaaakkk

Sebuah tamparan mendarat tepat di pipi Steven, Sheila langsung mencoba melompat untuk saat ini, untuk pergi dari kamar mandi ini, hanya saja ketika dia berusaha untuk berdiri. Sabun yang sebelumnya tergeletak itu terinjak lagi olehnya, kini dua buah gunung menempel tepat di depan wajah Steven.

Sheila benar-benar merasa malu dan takut, dia mendorong Steven dengan tubuhnya dan keluar dengan cepat dari kamar tersebut sembari menyelimuti tubuhnya dengan handuk putih miliknya.

"Aaahhh!" teriak Sheila di dalam hatinya.

Sedangkan Steven saat ini terpaku duduk lemah di lantai kamar mandi, di sudut ruangan tersebut.

Dia benar-benar tidak menyangka dengan pagi hari yang dia dapatkan untuk saat ini.

"Bukankah dia hanyalah wanita biasa? Tapi, kenapa perasaan ini?" batin Steven bimbang.

💫💫💫💫💫💫💫💫

Saat ini, di sebuah ruangan gelap terdapat sosok seorang pemuda yang baru saja masuk ke dalam ruangan gelap tersebut. Dia melangkahkan kakinya masuk dan melewati lampu-lampu yang redup dengan perlahan.

Ketika barisan lampu redup itu telah dia ikuti, sampailah sosok pemuda tersebut di depan sebuah meja makan yang hanya disinari oleh cahaya lampu yang redup.

Ada seorang sosok misterius yang kini tengah bermain piano di dekat meja makan tersebut, dia sedang memainkan irama musik yang begitu tenang didengar oleh telinga, sangat menyejukkan.

Pemuda itu membungkukkan tubuhnya kepada sosok pria misterius itu, "Salam hormat, Tuan Tatang! Aku kemari memiliki sebuah permohonan, tidak tahu apakah Tuan Tatang mau menyanggupinya atau tidak?"

Pria misterius itu menghentikan tarian jarinya di atas dot piano yang membuat alunan musik terhenti seketika.

"Hm? Siapa Kamu?" tanya pria misterius itu yang bernama Tatang.

"Saya adalah Roy Mahardika!" jawab pemuda itu yang ternyata ia merupakan Roy yang terlihat memiliki wajah yang dipenuhi oleh lebam akibat pertarungan semalam melawan pelayan dari Steven.

"Oh, Tuan Muda Mahardika rupanya! Apa yang bisa aku bantu?" tanya Tatang penasaran.

"Kemarin, ada seorang pelayan yang menyerangku dan dia memiliki kemampuan bela diri yang sangat hebat! Itu mengapa aku membutuhkan bantuanmu!" ujar Roy yang mengatakan inti dari apa yang akan dia harapkan.

"Hanya pembela diri biasa, dia tidak mungkin bisa mengalahkanku! Kamu atur saja pertemuanku dengannya agar aku bisa menghancurkannya!" ucap Tatang dengan sangat percaya diri.

Roy tersenyum mendapatkan kabar baik dari orang yang akan membantunya tersebut, dia tersenyum puas dan mulai memanggil pengawalnya.

"Kalian segera cari keberadaan tentang pria yang semalaman membuat wajahku seperti ini, dia benar-benar harus membayarnya!" titah Roy kepada dua orang pengawalnya.

Para pengawalnya tersebut langsung dengan patuh pergi mencari informasi tentang keberadaan pelayan Steven.

💫💫💫💫💫💫

Saat ini, Steven sudah berada di sebuah toko kelontong. Dia membeli tiga dua mie instan dan sembako lainnya seperti beras, telor pada umunya.

Ini bukanlah keperluannya melainkan barang pesanan dari orang lain, Steven akan menjadi seorang pengantar barang hingga identitasnya tidak dapat diketahui oleh orang lain.

Tiba-tiba saja, seorang gadis menertawakannya dari tempat yang tidak jauh dari Steven berasal.

Ketika Steven melihat sosok gadis itu, dia mengingat-ingat tentang sosok seorang nona muda dari keluarga Castano.

Steven mulai melemparkan senyumannya dan mulai menyapa adik iparnya dengan riang gembira.

"Halo, Adik ipar! Apa yang sedang Kamu lakukan di tempat seperti ini?" tanya Steven bingung.

"Hmph! Siapa yang adik iparmu? Sampai kapanpun juga aku tidak akan menganggapmu sebagai Kakak iparku! Mengerti!" ketus Celine yang kini sudah pergi menjauh dari sana.

Celine adalah seorang gadis polos yang kini sedang jalan-jalan dan berbelanja seorang diri. Karena Celine berjalan melalui area yang cukup sepi, seorang pria asing menutup mulut Celine dan menariknya masuk ke dalam sebuah gang.

Untungnya Steven sempat melihatnya, dia pun berlari masuk ke dalam gang.

Terpopuler

Comments

Fidia K.R ✨

Fidia K.R ✨

Steven msh usia pubertas ni kayanya/Facepalm/

2023-10-21

0

Ayano

Ayano

Renyahnya
Kalau gak nyentuh benda terindah punya Sheila ya.... gak sengaja ngeliat keindahan wanita nih 😏😏😏

Mode encum nih stev 🤣🤣

2023-08-19

0

Ayano

Ayano

Aku akan melihat adegan selanjutnya akan sangat 😳😳😳

2023-08-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!