"Apa yang Kau katakan?" tanya kesal Rossa, mertua yang saat ini sedang diselimuti oleh amarahnya.
Steven meneguk ludahnya, dia benar-benar terkejut karena tidak mengontrol emosinya dengan baik.
"Sungguh menyebalkan! Aku terlalu— Huft!" batin Steven mulai menstabilkan emosinya.
"Maksudnya, aku sedang menabung untuk membuat usaha! Jadi, aku makan di tempat seperti itu agar tabunganku cukup untuk usahaku nanti!" jawab Steven dengan gugup.
"Hahaha! Usaha katamu? Dasar konyol sekali! Mungkin saja, usaha seperti berjualan kacang di pinggir jalan bukan? Hahaha!" tawa keras terdengar dari mulut yang tidak asing, mulut yang benar-benar menyebalkan.
"Baru saja aku beri hukuman, dia masih belum puas rupanya? Oke, nanti setelah ada waktunya aku akan memberikanmu pelajaran yang lebih baik lagi!" batin Steven menatap sinis kepada Celine.
Melihat Steven menatap Celine, Rossa menjadi semakin jijik terhadap Steven.
Plakkk
Sebuah tamparan mendarat tepat di pipi Steven, itu benar-benar sebuah kesalahan besar yang dilakukan oleh Rossa.
Steven mengusap pipi yang baru saja terkena tamparan tersebut dan mulai melenggang pergi meninggalkan kerumunan orang-orang sombong itu.
"Pergi sana! Sia*lan berani-beraninya dia menatap putriku! Dan mulai malam ini, Kamu harus tidur bersama adikmu!" ancam Rossa kepada Sheila.
"Ta–tapi..." bingung Sheila dengan keadaan saat ini.
"Tidak ada tapi-tapian! Dan aku ingin secepatnya Kamu cerai dengan sampah itu!" bentak Rossa dan langsung melenggang pergi meninggalkan kerumunan.
Semua anggota keluarga pun yang tengah berada di sana mulai pergi satu persatu hingga menyisakan Sheila seorang diri.
"Padahal, dia tidak salah! Tapi, kenapa ini harus terjadi? Jika ini terus berlanjut, aku takutnya Mama akan nekat?" batin Sheila khawatir.
Sheila langsung pergi ke kamar miliknya dan juga Steven.
Tok Tok Tok
Hanya sebatas mengetuk, Sheila langsung masuk ke dalam kamar tersebut dan mencari sosok Steven.
Ternyata saat ini, Steven sedang berada di kamar mandi, dia pun menunggu kedatangan dari Steven duduk di atas kasurnya.
Hingga tak berlangsung lama, terbukanya suara pintu kamar mandi mulai terdengar di telinga Sheila, dia langsung melihat ke arah kamar mandi dan dirinya langsung dikejutkan dengan penampilan Steven pada saat itu.
Steven belum menyadari bahwa di kamar tersebut ada orang lain, dia dengan tenang meletakkan sikat gigi di sebuah gelas, tepat di dekat wastafel.
Ketika Steven akan segera keluar dari walk in closet, dia dikejutkan dengan sosok Sheila yang saat ini dengan rona merah di pipinya dia sedang tersipu malu melihat tubuh Steven yang tanpa adanya sehelai benangpun yang menutupinya.
Steven berbalik dengan cepat, dia berlari masuk kembali ke dalam kamar mandi dengan canggung.
"Sia*lan! Belum ada yang pernah melihat jagoanku! Dan dia yang pertama kali melihatnya! Kenapa aku gugup sekali? Tenangkan dirimu Steve! Ingat! Tidak ada yang bisa membuatmu takut dan gugup!" batin Steven tidak tenang.
Tok Tok Tok
"A–a...." bingung Steven.
"Kamu meninggalkan handukmu! Buka sedikit saja pintunya, aku membawakanmu handuk!" ujar Sheila yang sedikit berteriak.
Steven kembali meneguk ludahnya, dia membuka pintu tersebut dan langsung dengan cepat dia mengambil handuk yang ada pada tangan Sheila dengan sangat cepat dan langsung menutup pintu kamar mandi tersebut.
Sheila kebingungan, dia merasa khawatir dan pasrah.
"Apakah Kamu akan mengatakan kenyataannya kepada mereka? Kamu tidak apa mengatakannya! Aku hanya membuatmu menderita sepertinya!" ujar Sheila di luar kamar mandi.
Mendengar hal tersebut, Steven kembali mengingat kejadian dan tangisan dari Sheila.
"Ah? Menderita? Apa maksudmu? Tidak ada kata menderita dalam kamusku!" jawab Steven dan mulai keluar dari kamar mandi dengan percaya diri.
Steven berjalan dengan cepat dan mencari pakaian tidurnya di dalam lemari, memakainya dengan sangat cepat dan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Kamu akan tidur dengan adikmu bukan? Aku akan tidur terlebih dahulu! Aku sudah cukup mengantuk!" kata Steven dan mulai menutup tubuhnya dengan selimut.
"Ehm, baiklah! Aku benar-benar bingung! Di satu sisi, ini adalah permintaan terakhirnya dan aku tidak mungkin mau mengingkarinya! Tapi, di sisi lainnya, bukan aku yang menderita! Dan Kamu yang menderita!" ujar Sheila.
"Hei, hei! Apakah Kamu benar-benar sudah tertidur?" tanya Sheila penasaran sembari menepuk selimut yang menutupi bagian tubuh Steven.
Tidak ada balasan sama sekali, Sheila pun mulai beranjak dari kamar itu dan menutup pintu kamarnya.
Setelah mendengar suara pintu yang tertutup, Steven mengintip sedikit di dalam selimut dan ketika melihat bahwa Sheila benar-benar sudah pergi dari kamarnya, dia pun duduk kembali dan mulai mengumpulkan nafasnya dalam-dalam.
Steven mulai berdiri dan berteriak di dalam hatinya, "Bagaimana ini? Aku pernah mengingatnya! Aku pernah berjanji akan menikah dengan wanita yang telah melihat jagoanku! Tapi, ini—" gumam Steven dan tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka kembali.
Sosok Sheila masuk kembali ke dalam kamarnya dengan kebingungan, "Kamu tadi tidak mendengarku?" tanyanya penasaran.
"Mendengar apa? Ehm, aku mengantuk! Tenggorokanku terasa sesak dan aku akan kembali tidur!" ucap Steven canggung, dia pun berjalan dengan lunglai dan mulai meminum air.
Setelah selesai minum, Steven pun kembali masuk ke dalam selimut dan mulai memejamkan matanya.
"Oh, begitukah?"
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Waktu berlalu begitu cepat, di pagi hari seorang pemuda yang kini duduk di depan sebuah tamat dan melihat mobil yang berada di depannya dengan penuh kebanggaan.
"Sekarang adalah hari kencanku dengan Sheila! Itu sudah dipastikan! Sekarang aku adalah pemuda yang sangat sukses di kota ini! Dan hanya aku satu-satunya orang yang pantas menjadi pasangan Sheila!" gumamnya dengan mulai membayangkan sosok Sheila yang bergandengan tangan dengannya.
Sebuah notifikasi pesan grup pun mulai terbaca, "Kita sudah berkumpul di restoran yang telah ditentukan! Kalian kemana?"
"Aku akan segera sampai!" pesan Sheila.
"Aku juga akan segera sampai! Shei? Mau datang bersamaku?" tanya pria yang saat ini tersenyum sembari menunggu jawaban dari Sheila.
"Tidak perlu! Aku sudah pergi naik taksi!" pesan Sheila menolak ajakan dari pria tersebut.
"Yah? Mungkin dia sudah terlebih dahulu menaiki taksi tersebut dan tidak mungkin juga Sheila akan membatalkannya bukan? Baiklah, sekarang aku akan pergi dan menunggu kedatangan Calon Istriku!" ujar pria itu yang mulai bermonolog.
Sedangkan di sisi lainnya, Sheila sedang menunggu taksi di pinggir jalan, ketika Steven melihat Sheila tentunya dia datang menghampiri Sheila dengan motor Supranya.
"Kenapa kamu berdiri disini Shei?" tanya Steven dan mulai membuka helmnya.
"Oh baguslah! Bisakah Kamu mengantarkan aku ke restoran ini?" tanya Sheila sedikit ragu.
"Oh! Tentu saja bisa! Ayo!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Fidia K.R ✨
Jagoanku... /Awkward/
2023-10-22
0
❌
iya cuma kamu Steven yg pantas, semoga kalian bahagia ya👍
2023-05-29
0
al-del
kok jadi cowok nya yang malu" kucing ☺️
2023-05-25
0