Setelah di malam harinya, Joko dengan bawahannya membawa Celine dengan ditemani para bawahannya dengan rombongan mobil hitam yang mulai berhenti di depan gerbang kediaman keluarga Castano.
Melihat banyak sekali mobil hitam dan ada salah satu mobil hitam yang terlihat mahal, beberapa orang langsung masuk untuk memanggil anggota keluarga lainnya, tidak lupa dengan kepala keluarga Castano tentunya.
Gerbang pun dibuka, hanya saja. Tidak ada satu pun mobil yang memasuki kediaman tersebut.
Joko keluar dari mobilnya dengan begitu elegan, dia membukakan pintu belakang pada mobil dan keluarlah sosok seorang gadis yang tidak asing dalam pandangan semua anggota keluarga Castano.
"Ah! Itu Celine!" teriak Sheila di dalam hatinya dengan bahagia, dia langsung berlari ke arah sang adik tercinta dan langsung memeluknya.
"Dek! Kamu baik-baik aja kan?" tanya Sheila dengan penuh rasa khawatirnya.
"Nona Sheila? Begini, namaku adalah Joko!" sahut Joko yang memperkenalkan diri seraya memberikan hormatnya dengan kepala yang ditundukkan kepada Sheila.
"Jo–joko? Tuan Joko pemilik Aquila Hotel? Haha!" teriak seorang pria paruh baya yang langsung menyambut Tuan Joko.
"Sebenarnya aku hanya mendapatkan perintah dari atasanku untuk mengantar Celine pulang! Jadi, aku tidak akan lama dan akan kembali ke hotel!" pamit Joko dan langsung kembali memasuki mobil tersebut.
Setelah kepergian rombongan mobil hitam tersebut, Celine melipat kedua tangannya di depan dadanya untuk menyombongkan dirinya.
"Lihatlah! Aku disukai oleh Tuan itu!" bangga Celine dengan sedikit berteriak.
"Tuan itu?" tanya semua orang kebingungan.
"Aku yakin! Dia pasti mencintaiku! Sebentar lagi, cucumu ini akan menikah dengan seorang Tuan tampan itu! Hehehe!" ujarnya lagi yang mulai membayangkan sosok seorang pria bertopeng putih, Steven.
"Iya, iya! Sekarang kita pulang dan makan dulu ya?" ajak Sheila yang masih mengkhawatirkan keadaan adiknya tersebut.
"Lepaskan! Jangan menyentuhku!" ketus Celine dengan sorot matanya yang sinis.
"Suamimu bahkan hanya seorang kurir paket! Lihatlah aku! Lihatlah perbedaan kita! Aku tidak mau jika nanti saat aku bertemu dengannya lagi, suamimu akan membuat keluargaku malu karenanya!" lanjutnya berterus terang.
Celine dan semua anggota keluarga dengan seketika itu juga langsung pergi meninggalkan halaman kediaman keluarga Castano dan masuk ke dalamnya.
Sedangkan saat ini, Sheila hanya terpaku diam di bawah rembulan malam dan hanya mendengarkan perkataan adiknya yang terus terngiang di dalam benaknya.
"Apakah aku akan membuatmu malu? Tapi, bagaimana pun juga! Ini adalah permintaan terakhirnya! Hiks... " gumam Sheila merenung.
Tidak berapa lama kemudian, pintu gerbang dibuka dan memperlihatkan sosok seorang Steven yang sedang mengendarai motor Supranya masuk ke dalam kediaman tersebut.
Steven berhenti saat dirinya menyadari Ahwa sosok Sheila, istri palsunya ada di depannya dan tidak bergerak sedikit pun.
"Shei? Sheila?" tanya Steven yang hanya dihiraukan oleh Sheila.
Tiba-tiba saja, air mata yang tidak diinginkan itu kembali terjatuh dan mulai membasahi pipi Sheila, Steven bingung dengan apa yang terjadi.
Steven menarik Sheila, dia membawa Sheila masuk ke dalam dekapannya.
"Tenanglah! Ada aku disini! Ada dia disini! Apakah Kamu tahu? Air mata seorang wanita akan membuat prianya sengsara?" tanya Steven yang membuat Sheila diam tanpa suara.
"Benar juga! Aku, aku tidak mau membuat dia ikut bersedih!" batin Sheila, dia keluar dari dekapan hangat Steven dan mulai menghapus air matanya.
Kruukkk
Bunyi suara perut keroncongan terdengar dan membuat Steven tersenyum canggung, menyadari bahwa Steven seakan-akan sedang menertawakan dirinya, Sheila menatap Steven dengan sorot mata datarnya kesal.
"Kamu menertawakanku?" kesal Sheila dan mencubit pinggang Steven.
"Tidak! Aku, aku hanya! Aku juga sedang lapar sebenarnya!" umpat Steven.
"Kalo begitu, ayo kita pergi makan di luar!" seru Sheila yang langsung berjalan mendekati motor Supra milik Steven.
Steven pun beranjak mengikuti Sheila, dia menaiki motornya dan Sheila berada di belakangnya.
Motor pun melaju keluar dari kediaman Castano.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Di sisi lain, terlihatlah sosok seorang model wanita yang kini sedang memperhatikan ponselnya.
Dia benar-benar kesal karena panggilan teleponnya belum juga diangkat, bahkan setiap pesan yang dia kirimkan tidak ada satu pun yang dibaca maupun dibalas.
Ketika seorang pria berpakaian hitam masuk ke dalam ruangan itu, baru saja sosok seorang model itu terlihat jelas tengah berada di atas gedung pencakar langit.
"Nona Muda! Begini, Kami hanya menemukan jejak terakhir dari keberadaan Tuan Steven sedang berada di Kota Heos, untuk lebih tepatnya kami tidak mungkin bisa sampai mendapatkan informasi tersebut!" ujar seorang pria yang melapor itu dan langsung pergi dengan sesegera mungkin.
Hanya tersisa wanita tersebut yang kini dengan anggunnya meminum wine dan mulai membalikkan kursinya menghadap ke arah luar jendela.
Terlihatlah kota yang sangat besar dengan banyaknya gedung pencakar langit disana, "Steve? Apakah Kamu benar-benar melupakanku? Memangnya, apa kekuranganku? Awas saja jika sampai ada gadis lainnya! Aku, aku akan membunuhnya sama seperti wanita-wanita lainnya!" gumam wanita itu dan langsung melempar gelas yang dipegangnya hingga pecah di lantainya.
"Haicchu!"
"Sepertinya Kamu masuk angin?" tanya Sheila yang saat ini tengah makan.
"Ehm, ini hanya bersin biasa!" jawab datar Steven.
"Ehm, bagaimana caranya agar Kamu dihargai ya? Jika seperti ini terus, mereka benar-benar akan menghancurkanmu!" bingung Sheila sembari menatap Steven dengan sendu.
"Kamu tidak perlu berpikir terlalu keras! Memangnya apa yang Kamu inginkan?" tanya Steven dengan santai.
"Uhm, seharusnya aku menikahi seorang yang berpengaruh agar tidak membuat keluargaku malu!" jawab Sheila ragu.
"Lalu, kenapa Kamu menikahi Charles?" tanya Steven penasaran.
"Itu, itu karena aku mencintainya!" jawab Sheila dengan mantap.
Melihat jawaban tersebut dari mulut Sheila, Steven merasa sedikit bersalah dan sakit di dalam hatinya, dia tidak mengerti dengan perasaannya saat ini.
Setelah makanan sudah habis tak tersisa, Sheila dan Steven pun kembali pulang ke kediaman keluarga Castano.
Saat baru saja mereka memasuki kediaman, sorot mata sinis kembali Steven dapatkan dari pandangan anggota keluarga Castano.
"Lihat saja! Aku yakin, kalian baru saja makan di warung makan abal-abal itu bukan? Kerjanya hanya membuat malu keluarga saja! Lain kali tidak perlu mengajak putriku makan di tempat kotor itu!" bentak seorang mertua kepada sang menantu yang membuat Sheila lah yang merasa bersalah.
Ketika Sheila ingin mengatakan sepatah kata untuk membela Steven, dirinya terlambat karena Steven sudah mengeluarkan suaranya, "Memangnya kenapa? Warung makan disana enak-enak makanannya dan lagi harganya murah! Tempat makannya saja tidak kotor! Kenapa aku harus merasa malu? Aneh!" kata Steven yang mulai meremehkan mertuanya.
"Benar-benar aneh! Begitulah cara pandang dari seseorang yang tidak akan pernah maju!" gumam Steven dengan senyuman yang menyeringai.
"Apa yang Kau katakan!?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
❌
celine kok sombongnya gk ketulungan ya, pengen q getok pala nya🙄🙄
2023-05-28
1
al-del
waduh sadis sekali wanita ini! 🤔
2023-05-25
1
al-del
eeh lupa situasinya pagi apa MLM sih? lupa situasinya 🤭
2023-05-25
1