Bab 14

Steven baru saja sampai masuk ke dalam gang, hanya saja tidak terlihat sosok seorang penculik tadi, dia melihat satu-satunya pintu yang mencurigakan dan langsung menendangnya dengan kuat.

Brakk

Pintu terbuka, Steven mendapati sosok Celine yang saat ini sedang tidak berdaya, mulutnya dibungkam. Hanya ada air mata dan raut wajah ketakutan yang terlihat darinya.

"Lepaskan dia! Atau tidak—" ancam Steven yang terhenti karena si penculik mengeluarkan sebuah pistol dan langsung ditodongkan ke kepala Celine.

"Jika Kamu mendekat sedikit saja, maka aku akan membunuhnya!" ancam penculik itu terhadap Steven.

Tidak ada keraguan sama sekali dalam pandangan Steven, dia hanya sedang menyaksikan seorang pecundang yang hanya berani melawan dengan seorang sandera bersamanya, itu membuat Steven muak.

Ketika Steven akan segera bergerak untuk menyelamatkan adik iparnya, sebuah kalimat keluar dari mulut Celine, "Enyahlah Kau Sampah! Jangan mendekat kemari! Aku bisa selamat tanpa adanya seorang sampah yang sok pemberani!"

Perkataan Celine benar-benar tegas, Steven melemahkan tubuhnya. Dia sudah tidak peduli dengan hidup dan mati adik iparnya itu, setidaknya di dalam hubungan palsu ini.

"Hm, lagipula janjiku hanya untuk melindungi Kakakmu! Jadi, tidak ada salahnya jika aku mengabaikanmu, bukan?" batin Steven dingin.

"Bagus! Diamlah seperti itu! Ayo, cepat ikut aku!" teriak penculik tersebut dengan menyeret Celine masuk ke dalam.

"Kalian! Bereskan dia!" lanjut penculik itu yang membuat tujuh orang yang berada di dalam ruangan tersebut menargetkan Steven.

Pertarungan tak terelakkan, Steven berhasil menjatuhkan preman-preman tersebut dengan begitu mudahnya.

"Hm, kenapa dia menculik adik Sheila?" bingung Steven di dalam hatinya.

Dia benar-benar tidak peduli lagi dengan hidup dan mati adik iparnya itu, Steven benar-benar kesal dengan perkataan yang keluar dari mulut adik Sheila itu.

Dia kembali ke toko kelontong dan menyelesaikan pembayaran, setelah itu Steven membawa barang pesanan ke sebuah alamat yang telah terlihat di lokasi layar ponselnya.

Hanya dalam beberapa jam, pesanan itu sudah selesai diantarkan. Tiba-tiba saja, dering ponsel berbunyi tanda ada seseorang yang menghubunginya.

Steven mengangkat panggilan telepon yang berasal dari anak buahnya dengan santai, "Ada apa?" tanya Steven penasaran.

"Bos! Nona Sheila, dia baru saja dapat email ancaman dari seseorang! Sepertinya dia adalah anak buah Roy, setelah di dalam bar hancur. Dia mencari keberadaan Xin!"

"Lalu, apa yang Sheila lakukan?" tanya Steven datar.

"Nona Sheila terlihat sedang mengkhawatirkan adiknya, karena email ancaman itu akan me—" ucap bawahan Steven yang terpotong karena saat ini, Steven sudah mematikan panggilan tersebut.

Steven hanya mengetik sebuah pesan kepada bawahannya tadi, "Buat Sheila mengalami macet atau apapun sehingga dia tidak bisa sampai ke lokasi yang akan dia tuju!"

Steven menarik pedal gas motornya dengan cepat, dia menghiraukan kecepatan motornya dan terus melaju seperti seorang pembalap yang profesional, hanya dalam waktu beberapa saat, dirinya sudah kembali di lokasi tempat terakhir dirinya melihat adik iparnya.

Ketika Steven melangkahkan kakinya masuk ke dalam pintu yang hancur, dirinya masih melihat sosok preman-preman yang dia kalahkan masih terkapar di lantai. Steven menarik kembali langkah kakinya dan berjalan ke arah toko kelontong.

Tanpa bertanya dan tanpa membayar, Steven mengambil sebuah topeng putih yang langsung dia kenakan dan tentunya membuat penjaga toko kelontong itu kebingungan.

Ketika penjaga toko kelontong itu ingin mengejar Steven, dirinya terhenti karena melihat Steven memasuki sebuah tempat yang paling menyeramkan.

"Di–dia, apakah dia Geng Anu? Huft, sudahlah cuma satu topeng saja!" pasrah penjaga toko kelontong yang menyadari bahwa Steven memasuki markas Geng Anu.

Ketika Steven masuk ke dalam markas Geng Anu, dirinya melewati setumpukan preman-preman yang telah kalah ditangannya sebelumnya dan menuju ke ruangan yang ada di depannya.

Saat dirinya masuk ke dalam ruangan tersebut, dua orang wanita dengan pakaian yang terbuka menyambut kedatangan Steven.

"Silahkan masuk ke dalam!" sambutnya dengan sopan dan memamerkan keindahan tubuhnya.

Steven tidak tertarik sama sekali, dirinya terkejut karena di dalam ruangan ini ternyata dirinya mendapati sebuah bar yang cukup ramai.

Hanya saja, Steven masuk melalui pintu belakang. Dirinya mendapatkan tatapan mata dari banyak orang karena penasaran dengan sosok siapa yang ada di balik topeng putih tersebut.

Steven terus mencari keberadaan adik iparnya, hanya saja dirinya benar-benar bingung dan tidak tahu harus mencarinya dimana.

Karena bar tersebut cukup ramai, Steven bersenggolan dengan seorang pria bertubuh kekar yang benar-benar kesal dengan Steven yang menghalangi dirinya.

Dia memelototi Steven dengan kedua bola matanya yang besar seakan-akan dia benar-benar ingin melahap Steven.

Steven pun membalas tatapan mata itu dengan tatapan matanya yang sangat dingin, sosok pria besar itu menjadi lebih kesal karena mendapatkan tatapan seperti itu dari seseorang yang bahkan tidak memperlihatkan wajahnya.

Pria besar itu mendorong Steven dengan lengan kanannya, "Hei! Apakah Kau mau mati di markas Geng Anu?" tanya pria besar itu yang mengancam Steven.

"Oh? Jadi, ini adalah markas Geng Anu? Lalu, dimana pemimpin kalian?" jawab Steven yang diikuti dengan sebuah pertanyaan kecil.

"Kamu tidak pantas mengetahuinya! Sepertinya Kamu bertindak tidak sopan disini, apakah kau mau keluar sekarang atau aku akan menghajarmu?" ketus pria besar itu yang mulai marah.

"Menghajarku? Haha! Aku bahkan penasaran, bagaimana pemimpin kalian bisa menyentuhku!" ujar Steven yang mulai menertawakan tentang perbedaan kekuatan.

Tiba-tiba saja, sebuah pukulan dengan cepat melesat hampir mengenai wajah Steven, hanya saja dengan sigap, Steven berhasil menghentikan serangan tersebut dan mengepalkan tangannya dan meremas tangan pria besar itu dengan santainya.

"Aa–ah!" teriak kesakitan dari pria besar itu.

"Ada apa ini? Apakah Jhon si tangan besi itu kesakitan melawan pemuda ini? Tidak mungkin bukan?" bisikan dari setiap orang penasaran dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Karena mendengar sebuah keributan, sosok seorang pria keluar dari sebuah ruangan dengan penuh kharisma.

Setiap langkahnya hanya terasa sebuah ancaman, semua orang tertunduk melihat sosok pria itu dengan segan, berbeda dengan sosok pemuda bertopeng putih yang kini membusungkan dadanya dengan tanpa adanya rasa takut sedikitpun.

"Dia terlihat seperti seorang pemuda? Bertopeng putih? Apakah dia orangnya?" batin pria itu mencoba untuk menebak.

"Bawa gadis itu kemari!" titah pria itu dan keluarlah seorang pria yang menarik Celine dengan kasar.

"Jika kamu menginginkannya, maka bertarunglah denganku dan kalahkan aku dalam pertarungan yang adil!" ujar pria itu.

"Hm, apakah ada peraturan lainnya?" tanya Steven penasaran.

"Tidak ada! Hanya saja, ini adalah pertarungan hidup dan mati satu lawan satu, bagaimana?" tanya pria itu kembali dengan senyuman yang menyeringai.

"Pertarungan hidup dan mati, ya? Ini cukup menarik!"

Terpopuler

Comments

Titik Novrianti

Titik Novrianti

novelnya sangat menghibur,,aku gak tau kisah ini berasal dari bumi bagian mana,,tapi nama² pemerannya masih pake nama orang Indonesia,,kaya' tatang cecep ucup jono dll🤣🤣🤣🤭

2024-01-22

3

Ayano

Ayano

Kok gengnya Anu 🤣🤣🤣
Senpai jadi kebawa ampe ke novel kalimat anu nya

2023-10-05

0

Ayano

Ayano

Duit
Kalau gak dendam
Jebakan
Atau mengalihkan sesuatu

2023-10-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!