XIV

Butuh sekitar 2 jam hingga Huga sampai ke kawasan pelabuhan tempat di mana rumah korban berada. Saat keluar mobil, angin yang membawa aroma khas laut menyambut. Berbeda dari hutan lindung, suasana di sini terasa hangat dan cerah.

      Sebelum lanjut menaiki tangga yang mengarah langsung menuju pintu rumah panggung di hadapannya, Huga mengamati kawasan sekitar dengan seksama. Meski rumah ini terisolir dari pemukiman, tapi jaraknya dengan kawasan pergudangan lumayan dekat seolah dibagun untuk ditempati si penjaga gudang.

     Sambil bertanya-tanya kenapa korban memilih rumah ini sebagai tempat tinggalnya, Huga mulai menaiki tiap anak tangga. Saat sampai di hadapan pintu pun ia kembali menoleh ke 100 meter jauhnya menuju pelabuhan, tempat gudang penyimpanan ikan itu berada. Selain dari akses mobilitas yang sulit, masalah utama dari tempat ini adalah gudang-gudang itu. Karena bau anyir secara konsisten berhembus setiap detiknya. Selain itu...

Klek!

Huga memutar kunci. Saat membuka pintu ia langsung disambut oleh ruangan besar yang tiap dindingnya tertutupi rak buku hingga menyentuh langit\-langit. Sementara satu set meja kerja dan kursinya menghiasi tengah\-tengah ruangan.

"Daerah lembab seperti ini tidak cocok untuk buku... sebagai seorang kolektor seharusnya dia paham, kan?" Huga melangkah masuk dan menutup kembali pintu di belakangnya.

Sebelumnya tempat ini sudah diselidiki oleh tim investigasi demi meraup petunjuk dan identitas lengkap korban yang ternyata hanyalah seorang duda sebatang kara yang senang mengoleksi literatur klasik terbitan luar negri. Sampai situ orang\-orang sudah puas, namun tidak bagi Huga. Terlalu banyak kejanggalan dan hal\-hal tidak beralasan di tempat ini.

Sambil berjalan ke seberang, Huga memasang sarung tangan karet di kedua tangannya. Ia mulai mengamati tiap\-tiap buku di rak tanpa terlewat. Setiap celah dan sela antar buku ia periksa dengan teliti. Bahkan beberapa buku diperiksa isi tiap lembarnya.

Asalan kenapa Huga senang mencari segala sesuatunya sendiri adalah karena ia bisa dengan leluasa memvisualisasikan apa yang sebelumnya pernah terjadi di sebuah tempat terutama TKP. Contohnya saja ruangan ini. Berdasarkan jejak debu di rak dan kerapatan tiap lembaran kertas, bisa dibayangkan kalau korban sangat jarang menyentuh apalagi menbaca buku\-buku ini.

     Setelah yakin tidak ada lagi yang bisa dicari, Huga pun beralih ke kursi dan meja kerja di tengah ruangan. Dilihat dari pudarnya warna pernis di bagian dudukan kursi, bisa diproyeksilan kalau korban selalu duduk berjam-jam tiap harinya di sini. Dugaan itu juga diperkuat dengan tumpukan buku tugas murid yang belum selesai diperiksa dan kertas-kertas soal ujian dari tahun-tahun sebelumnya. Sepertinya korban juga berencana menyusun soal-soal baru untuk ujian akhir semester tahun ini berdasarkan refrensi soal yang dulu.

Lanjut membuka laci di kedua sisi meja, Huga tidak menemukan sesuatu yang menarik selain peralatan tulis dan sejumlah permen kopi rendah gula.

Tak menyerah sampai di situ Huga pun berjongkok dan memeriksa permukaan bawah meja yang berdebu. Namun, ia juga tidak menemukan apa\-apa di sana.

Dengan tenang Huga melepas sarung di sebelah tangan, lalu mengeluarkan rokok dari saku dan mulai menyalakannya dengan pemantik api. Sambil menikmati asap yang perlahan disesap, ia mengamati jendela di seberang meja kerja. Jendela persegi sebesar nampan itu menampilkan siluet gudang\-gudang penyimpanan ikan yang suram.

  Sungguh pemandangan yang menjenuhkan, pikir Huga. Kalau saja area pergudangan itu tidak ada pasti pemandangan yang didapat adalah hamparan laut biru yang menggugah.

       Sesaat Huga menurunkan rokoknya, tiba-tiba saja ia sadar akan sesuatu. Rumah ini tidak dibangun setelah kompleks pergudangan itu ada, melainkan sebaliknya. Karena dulu area gudang itu tidak ada, si pemilik sengaja membuat jendela untuk menikmati pemandangan laut lepas. Begitu pun dengan alasan tidak adanya rumah lain di sekitaran sini. Itu bisa terjadi karena ketika gudang-gudang berbau amis itu didirikan, area ini menjadi kawasan industri yang kurang layak huni.

"Warisan keluarga...?" Tanpa sadar Huga bergumam sementara dirinya terus memutar otak mencari jawaban.

Saat dicari tahu tim investigasi tempo hari, informasi soal kepemilikan rumah ini memang simpang siur terlebih karena tidak ditemukan surat tanahnya di mana pun. Bisa saja mencari data kepemilikan rumah ke lembaga pemerintah, tapi itu akan memakan waktu cukup lama.

Kalau pun rumah ini adalah warisan, masalahnya ada pada asal\-usul korban dan seluruh anggota keluarganya yang berasal dari luar pulau, dan sudah tidak ada lagi yang bisa dihubungi. Bahkan korban sendiri resmi pindah ke kota ini sekitar 20 tahun yang lalu.

Huga membuang rokok yang setengah batangnya telah berubah menjadi abu ke dalam kotak besi yang ia punya khusus kalau\-kalau tidak ada tempat sampah di sekitarnya. Ia kemudian memperhatikan kembali jejeran buku di rak. Hal terakhir yang mengganggunya adalah kondisi buku\-buku di sini. Lumrahnya kertas akan cepat menguning dan berjamur kalau disimpan di tempat selembab ini selama bertahun\-tahun. Namun melihat kondisi buku\-buku itu yang masih sangat bagus, mereka seakan baru ditaruh beberapa bulan yang lalu.

Meski cukup meresahkan, masalah\-masalah itu Huga sisihkan terlebih dahulu. Ia masih harus menyelidiki ruangan lainnya. Diiringi suara derit dari tiap langkah menyusuri lantai kayu, ia pun mulai berjalan menuruni tangga di bagian belakang rumah menuju dapur dan kamar mandi.

     Huga menemukan banyak bahan makanan yang sudah mulai membusuk di dalam kabinet dan kulkas. Terlebih lagi yang ada di dalam kulkas, karena sejak tempo hari listrik di rumah ini sudah dimatikan. Dilihat dari beragamnya jenis makanan yang ada, bisa disimpulkan kalau korban senang memasak dan memperhatikan asupan nutrisinya dengan sedemikian rupa.

Selanjutnya kamar mandi. Tempat yang bisa dibilang paling modern dari keseluruhan rumah. Dengan tanda\-tanda renovasi yang banyak, interior minimalis serba putih di sini mampu memanfaatkan spece kecil dengan sangat efektif. Membuat area shower, washtaple dan toilet duduk nampak rapih dan estetik.

Huga kemudian menengadah hendak memeriksa langit\-langit kamar mandi ketika matanya menangkap sebuah rak buku kecil yang menempel di dinding atas toilet.

Kebingungan, Huga bertanya\-tanya, apakah lumrah membaca buku sambil buang air? Sementara pertanyaan konyol itu menari\-nari dalam benaknya, tangan Huga sudah mengambil beberapa buku untuk diteliti.

     Dibandingkan dengan yang ada di ruang kerja, buku-buku ini menunjukan tanda-tanda sering dibaca. Mulai dari adanya bekas lipatan di beberapa halaman dan serat yang timbul akibat seringnya kertas itu dibolak-balik. Satu hal lagi yang Huga sadari adalah kalau semua buku karya Charles Perrault dan Hans Christian Andersen ini adalah edisi fiksi klasik dengan ilustrasi berwarna.

     Huga hendak mengambil sisa buku di rak, tetapi matanya menangkap benda serupa amplop coklat di balik buku yang dijejer itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!