XII

Sabtu 08.36 polisi hutan yang sedang patroli melaporkan adanya kendaraan asing di daerah hutan lindung. Dari deskripsinya mobil jeep hardtop Fj40 itu menabrak pohon di tepi jalan hingga bagian kap mesinnya terbuka. Tak perlu waktu lama hingga kepemilikan kendaraan itu terkonfirmasi atas nama Ian Kurniawan. Satu jam kemudian tim penyidik tiba untuk mengamankan TKP dan meraup perunjuk-petunjuk baru yang mengarah ke pelaku.

Di tengah guyuran hujan mereka memasang tenda untuk melindungi mobil dan area tanah di sekitarnya. Dikarenakan sebagian besar pijakan di kawasan ini merupakan tanah humus, jadi segala macam jejak akan tertinggal lebih jelas. Dengan APD lengkap, 7 orang tim investigasi melakukan tugasnya masing\-masing dengan penuh kehati\-hatian.

Sementara itu, di sisi lain jalan nampak Huga tengah berbincang dengan polisi hutan yang tadi melaporkan. Ditemani Ridwan yang mencatan kesaksian dan keterangannya, mereka sukses meraup cukup banyak informasi. Meski begitu ada satu hal yang janggal...

"Jadwal patroli berapa kali seminggu? Dan berapa lama waktu yang dibutuhkan?" Tanya Huga.

"Setiap hari kita patroli, biasanya sampai 3 jam dilakukan ramai\-ramai."

"Berpencar?"

  "Betul."

"Setiap hari patroli? Kalau begitu pasti seluruh wilayah terjaga keamanannya ya. Tapi..." Huga menelengkan kepala sambil tersenyum menatap si polisi hutan. "kenapa baru dilaporkan sekarang? 2 hari ini ngapain aja?"

Seketika sikap polisi hutan yang nampak lebih muda dari Ridwan itu jadi kikuk. "S\-saya hanya disuruh melapor pak. Saya t\-tidak tahu..."

Huga terkekeh. Meski namanya polisi hutan, tapi mereka tidak berada dibawah naungan kepolisian negara. Pembinaanya dilakukan oleh kementrian lingkungan hidup dengan tugas pokok memantau, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan pengamanan hutan. Bisa ditebak kalau 2 hari lalu mereka sudah menemukan mobil itu saat patroli, tetapi mengambil kesimpulan bahwa kendaraan itu milik pemburu ilegal yang kecelakaan, sehingga mereka mencoba menyelesaikan masalahnya sendiri dengan menyisir hutan mencari kelompok pemburu yang tidak pernah ada.

Sayangnya mereka tidak cepat menyerah, sampai 2 hari berikutnya barulah mereka melapor ke kepolisian tanpa mengira kalau kendaraan itu terkait dengan kasus pembunuhan yang sedang ramai diperbincangkan. Karena takut disalahkan, mereka pun mengutus anggota termuda untuk melapor sekaligus dikambing hitamkan atas kelalaiannya.

"Dia bahkan sudah memperkirakan ini semua, makanya dia membuang mobil korban di sini supaya penemuannya bisa diundur beberapa hari." Gumam Huga setengah tertawa.

"Masa sih pak?" Tanggap Ridwan penuh rasa ingin tahu.

Sementara itu si polisi hutan muda menunduk sedalam\-dalamnya. "S—saya mewakili rekan polisi hutan mengucapkan maaf yang sebesar\-besarnya!"

"Baik\-baik sudah cukup. Terima kasih banyak atas waktu dan kesediaannya. Tolong sampaikan salam saya untuk rekan\-rekan kerjamu di pos ya."

Melihat respon tenang yang tak terduga itu, si polisi hutan pun mengangkat kepalanya. "S\-siap laksanakan pak!"

Setelah berjabatan tangan dengan Huga, ia pun segera bergegas pergi.

"Jadi sebenernya mobil korban udah ketemu dari 2 hari lalu?" Ridwan mengernyit. "Kenapa mereka dibiarin gitu aja pak? Ini kan sama saja dengan upaya menghalangi penyelidikan."

Huga menyerahkan payung yang masih tertutup di salah satu tangannya ke Ridwan agar dirinya tidak harus terus\-terusan berbagi payung. "Kalau kau merasa terganggu, ya tinggal laporkan saja. Beres."

"Anda ini benar\-benar tidak peduli dengan apapun selain menyelesaikan kasus ini apa?" Ridwan mengambil payung yang disodorkan.

"Kau ini ngomong apa, tentu saja saya peduli." Sambil terkekeh Huga mengalihkan pandangan ke seberang jalan, mengamati tim investigasi yang masih berkerja.

Tiba\-tiba dengan penuh semangat Ridwan membuka payung dan berdiri di hadapan Huga, menghalangi. "Tapi pak, bukankah ini kemajuan yang bagus? kemungkinan perampokan teranulir karena bukannya dijual, mobilnya malah dibuang ke sini yang artinya setelah pelaku menghabisi korban dia pakai mobil itu untuk kabu\-"

"Menunda penemuan mayat, karena kalau mobilnya dibiarkan di parkiran otomatis penjaga sekolah akan mencari pemiliknya." Dengan tenang Huga mengoreksi.

"Iya itu juga! yang artinya sidik jari pelaku bakal tertinggal banyak di mobil itu. Yah setidaknya di kemudi dan gagang pintu pasti nempel, kan?!"

Huga berusaha agar tidak tertawa mendengar luapan antusiasme tanpa landasan pembuktian yang jelas itu.

"Entahlah. Kenapa juga si pelaku mau meninggalkan sidik jarinya di sini sedangkan di TKP pertama tidak? Tapi tidak salah juga sih bersikap positif. Kau masih menyimpan kantong sampah bekas introgasi anggota english club kemarin?"

"Yang isinya gelas\-gelas kertas bekas dipakai minum teh itu? Ada kok di kantor, kan anda sendiri yang suruh simpan. Emangnya kenapa?"

"Kasih ke tim daktiloskopi." Huga menyeringai. "tiap gelas sudah saya beri nama siapa murid yang menyentuhnya, jadi lebih mudah buat mencocokan dengan yang ada di mobil."

"Mencocokkan? Maksudnya...." butuh beberapa detik bagi Ridwan untuk memahami apa yang sedang dibicarakan seniornya itu. "Oh! Sidik jari! Jadi itu alasan bapak ngotot pengen bawa peralatan ngeteh? Tiap murid disuguhi itu biar sidik jarinya tertempel di gelas pas minum? Apa jangan\-jangan tujuan introgasi kemaren bukan untuk mendapatkan jawaban, tapi sidik jari mereka?"

Tanpa niatan menjawab, Huga hanya tersenyum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!