V

"Pertunjukan... pagi hari... siswa..." seketika Ridwan tersentak dan menatap seniornya tak percaya. "Pelakunya ingin murid-murid menyaksikan kebakaran itu, agar sekolah kesulitan menutup-nutupi insidennya?"

Huga tersenyum simpul. "Si pelaku memanfaatkan psikologis anak remaja yang penuh rasa ingin tahu dan tak tahu takut untuk memperkeruh keadaan. Dengan kata lain dia ingin semua murid berpartisipasi dalam permainannya."

"Saya rasa itu terlalu mengada ngada, untuk apa juga dia-"

Sebelum Ridwan menyelesaikan kalimatnya, Huga terlebih dulu menyodorkan layar hpnya yang menunjukan percakapan grup chat sekolah yang bergulir sangat cepat. "Untung guru TU itu memperbolehkan saya masuk grup sekolah. Bisa kau lihat kan? mereka semua bergerak serentak, bahkan secara terang-terangan mengumbar kasus ini ke luar sekolah lewat internet. Entah apa tujuan asli si pelaku, tapi sejauh ini rencananya berjalan cukup lancar."

"T-tetap saja untuk apa pelaku melakukan semua ini kalau target pembunuhannya sudah berhasil dihabisi?" Dengan frustasi Ridwan menopang kepalanya dengan kedua tangan. "Jangan bilang kalau pembunuhan itu hanya-"

"Mari berhenti sampai di situ, kalau tidak nanti hipotesanya malah melenceng." Huga kembali mengantongi hpnya lalu mengeluarkan sebungkus rokok dan korek api.

"Oh ya, satu hal lagi," ujar Huga yang mulai menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya perlahan. "Selain menanyai anak-anak anggota club, ada dua orang siswa yang harus kita selidiki lebih lanjut."

...* * *...

Setelah nekat berkendara menembus hujan, akhirnya Lilya dan Arvin pun tiba di depan rumah bergaya minimalis dengan pekarangan yang ditumbuhi banyak tanaman hias.

"Napa mesti ujan sih, basah semua kan." Keluh Arvin sambil melepas helm.

"Eh, ga apa-apa pake aja. Pintu rumah lo masih jauh." Dengan wajah serius Lilya menahan tangan Arvin.

Arvin memperhatikan dalam diam. Setelah  melihat TKP secara langsung, ekspresi Lilya berubah jadi lebih keras dan serius. Entah apa yang dipikirkan gadis itu, tapi yang pasti sekarang semuanya sudah terlambat.

"Besok pagi lu ke sini lagi kan?" Tanya Arvin yang hanya dibalas dengan anggukkan kepala.

"Semuanya bakal baik-baik aja kok, jangan terlalu maksa mikir. Polisi pasti nyelidikin kasus ini sampai tuntas." Tambah Arvin mencoba menenangkan.

Namun, bagi Lilya kata-kata optimis itu tak lebih dari sekedar tumpahan gula di lautan asin. Dengan tatapan teduh gadis itu mencoba mengulas senyum. "Gue balik dulu ya."

Arvin menghela nafas panjang, "yaudah ti ati"

Tanpa mengatakan apa pun lagi Lilya memutar gas dan melesat menembus hujan.

Setelah mengamati kepergian Lilya hingga hilang di belokan jalan, Arvin pun dengan tenang melepas helm sengaja membiarkan guyuran hujan membasahi kepalanya. Setelah dirasa cukup, ia pun masuk ke dalam gerbang. Meski sudah lewat tengah malam, suara TV dari ruang tengah terdengar begitu jelas sampai ke pintu depan.

Setelah sekalian mengunci pintu, Arvin pun menyusuri lorong gelap yang menuntunnya ke tempat bising yang hanya bercahayakan nyala TV. Meski cukup luas, ruangan itu nampak sesak dengan berbagai sampah bungkus makanan, piring dan gelas kotor serta pakayaian yang berserakan di lantai. Mengabaikan semua itu, Arvin pun memfokuskan pandangannya ke sofa depan TV yang tengah diduduki oleh seorang wanita bertubuh mungil. Meski membelakangi, Arvin bisa tahu eskpresi macam apa yang tengah ditunjukan wanita itu.

"Ibu belum tidur?" Tanya Arvin.

"Kamu habis dari mana?" Timpal wanita itu dengan suara parau.

Sejenak Arvin terdiam, menatapi kepala ibunya yang seperti enggan menoleh. "Ngerjain tugas bareng Lilya."

Terdengar helaan nafas panjang. "Ayahmu... dia tidak pernah peduli sama kita. Tapi tetep aja kita harus..."

Arvin menunduk menatap tiap tetes air yang terjatuh dari pakaian dan rambutnya, sementara suara monoton ibunya mengalun seperti lagu pengantar tidur yang mulai membuatnya mengantuk. Di sisi lain suara TV yang mengelegar membuatnya sulit untuk berpikir.

"Pagi ini telah terjadi kebakaran di sebuah SMK swasta di daerah kota utara. Meski tidak ada murid yang terluka, terdapat satu orang guru yang meregang nyawa. Menurut penyidik, dugaan awal dari peristiwa ini disebabkan karena adanya korsleting listrik. Tetapi, menurut penjaga sekolah yang melaporkan kejadian..."

Sementara wanita pembawa berita itu terus bicara dengan tegas, Arvin pun menghela nafas panjang. Ia menatap layar TV dengan jengah, terlebih karena nama dan foto ayahnya terpampang jelas tanpa sensor di atas tulisan 'korban'.

Terpopuler

Comments

Filanina

Filanina

kok aneh, mereka keluarga korban tampak seperti bukan siapa-siapa dari awal.

2024-04-04

0

Manusia Biasa

Manusia Biasa

waoo diluar dugaan

2023-10-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!