Happy Reading 🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡
Saat jatuh cinta, hanya ada satu pilihan, berubah. Mau atau tidak mau, cinta selalu menuntut perubahan. Diterima atau tidak, cinta juga akan membuat berubah dengan sendiri. Tidak ada cinta yang benar-benar apa adanya. Jika dia tidak menuntut perubahan, kebiasaan nya yang akan membuat berubah dengan sendiri nya. Atau pun sebaliknya, cinta akan mengubah kebiasaan itu pelan-pelan dan perlahan.
Hanya satu yang tidak diubah, seseorang saat ia jatuh cinta. Perasaan hatinya. Karena urusan di hati tidak pernah bisa dipaksakan seenak manusia.
Hanya sikap yang bisa diubah, dan cinta akan mengubah semua itu. Sikap bisa saja berpura-pura seolah, seseorang sudah tidak peduli. Namun, kepedulian memang tidak selalu ditunjukkan. Kepedulian bisa lahir dari perhatian diam-diam. Bisa lahir dari doa-doa yang hanya diucap di larut malam. Orang yang jatuh cinta, bisa saja memendam segala yang dia rasakan dalam dadanya yang terdalam.
Leona melangkah lebar menuju meja makan. Wajah nya sangat cantik pagi ini. Namun, ada yang berubah yaitu ekspresi nya. Tak ada senyum menghiasi bibir seperti setiap pagi. Ia tampak seperti wanita yang baru lahir.
"Pagi Nyonya," sapa Bik Lian sambil membungkuk hormat.
"Pagi Bik," balas Leona sambil menarik kursi dan duduk.
Wanita itu mengambil roti yang sudah diolesi dengan selai oleh Bik Lian. Ia tak menyapa sang suami yang sudah duduk sambil menikmati roti bakar buatan Bik Lian.
Leona juga tak bangun pagi seperti biasa. Menyiapkan sarapan pagi dan menyambut suaminya dengan senyum. Pagi ini banyak yang hilang dari wanita itu.
Pedro sedikit terganggu tanpa sapaan istrinya. Biasanya, wanita itu menatapnya dengan damba setiap pagi. Tapi sekarang, kenapa dingin sekali wanita ini.
"Aku ada perjalanan bisnis keluar kota. Mungkin selama seminggu," ucap Pedro membuka pembicaraan. Rasanya sedikit aneh saat ia yang lebih dulu berbicara dengan istrinya itu. Biasanya Leona lah yang paling berisik dimeja makan.
"Ohh iya," jawab Leona.
Pedro menatap istrinya. Bukan, bukan itu jawaban yang biasa Leona lontarkan padanya. Wanita itu akan merenggek dan mengatakan jangan lama-lama tapi kali ini hanya menjawab dengan singkat yaitu, iya.
"Kalau kamu kesepian dirumah, kamu bisa ke rumah Mama," ucap Pedro lagi.
"Iya," jawaban Leona tetap iya.
Pedro semakin merasa aneh. Aneh sekali, kenapa rasanya sakit saat istrinya menjawab singkat dan dingin seperti ini.
"Setelah pulang dari luar kota, aku akan menemani Tasya membawa Ibu nya pulang ke Bandung," jelas nya lagi. Sengaja Pedro menyebut nama Tasya, karena Leona pasti akan mengamuk jika membahas wanita itu.
Leona mengangguk. "Iya." Dia berdiri dan meraba tas nya.
"Nyonya, ini bekal nya." Bik Lian memberikan kotak bekal pada Leona.
"Terima kasih Bik, aku berangkat," pamitnya.
Leona berpamitan lewat anggukan dan senyuman pada Pedro.
Lagi dan lagi, Pedro termangu. Tanpa sadar lelaki itu memperlihatkan langkah kaki istrinya yang menjauhi meja makan. Ia tersandar di kursi sambil menghela nafas panjang. Entah kenapa, sebagian rongga hati nya terasa menghilang. Saat melihat sikap Leona yang berubah pagi ini.
"Ada apa dengan Leona? Apa dia ada masalah?" gumam Pedro.
"Anda baik-baik saja, Tuan?" tanya Bik Lian yang melihat Pedro tampak bingung.
"Bik, apa Leona menceritakan sesuatu pada Bibi?" tanya Pedro. Siapa tahu Bik Lian mengetahui masalah istrinya. Tak mungkin Leona dingin padanya tanpa sebab.
"Tidak ada, Tuan. Nyonya tidak mengatakan apapun pada Bibi," jawab Bik Lian.
Pedro bernafas panjang. Ia berdiri dari duduknya lalu meraba tas kerjanya dan melenggang keluar menuju mobil.
Langkah kaki Pedro terhenti ketika melihat Leona masuk kedalam mobil Yuna. Ia melihat mobil Leona yang masih terparkir di garasi mobil. Tumben istrinya itu tidak bawa mobil.
"Ada apa dengan Leona?" gumam nya.
.
.
.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Yuna melirik Leona.
Leona mengangguk sambil memaksakan senyum. "Ternyata tidak mudah, berpura-pura tidak peduli dan menipu diri sendiri. Ini sedikit rumit tapi perlahan aku akan terbiasa," ucap Leona
Leona harus menjadi orang yang munafik terhadap dirinya sendiri. Saat melihat Pedrosa dan Tasya di restaurant kemarin, membuat ia sadar bahwa tidak baik memaksakan diri untuk hati yang tak mungkin bisa dimiliki
Leona berusaha sekuat mungkin meski nyatanya ia rapuh, ia tak kuat jika berbicara tentang hati. Namun, ia takkan membiarkan hati nya mati.
"Pelan-pelan Na," ujar Yuna. "Atau sebaik nya kamu bicarakan dulu dengan pedro tentang hubungan kalian. Kalau memang Pedro tidak bisa melanjutkan ya sudah pisah saja dari pada kamu jadi korban keegoisan dia."
Deg.
Jantung Leona terasa berhenti berdetak ketika Yuna menyebutkan kata pisah. Tak pernah Leona inginkan perpisahan dalam rumah tangganya. Mungkin ia bisa berpura-pura tak peduli tapi untuk berpisah dengan Pedro, apakah itu mungkin? Leona belum sanggup, itu terlalu berat. Berpura-pura tak peduli saja sudah menyiksa hatinya. Lalu bagaimana jika dia benar-benar berpisah dari suaminya itu? Leona tak yakin jika hati nya baik-baik saja.
"Terima kasih Yun. Sudah mengantarku." Leona membuka pintu mobil
"Wait." Yuna menahan tangan Leona.
"Ada apa?" kening Leona berkerut heran.
"Bekal buat siapa itu?" tanya Yuna curiga, sebab Leona tak pernah membawa bekal saat bekerja.
"Ehem." Leona sedikit gugup. "Buat aku lah," jawab nya asal.
"Yakin? Isi nya hanya roti itu." Yuna melirik kotak nasi ditangan Leona yang isi nya beberapa lembar roti.
"Sudah ahh, kamu cerewet sekali. Aku pamit, Cinta. Terima kasih tumpangan gratis nya." Leona keluar dari mobil sambil melambaikan tangannya.
"Sama-sama Cinta. Jangan lupa makan siang. Love you!" seru Yuna dengan tawa menggelora.
Leona rasa mau muntah mendengar godaan sahabatnya itu. Ia menggeleng seperti orang mual-mual mengejek Yuna yang masih tertawa didalam mobil.
Leona melangkah masuk kedalam butiknya.
'Setelah ini aku akan mulai terbiasa ketika bersikap tak peduli pada Pedro. Aku mulai menyadari banyak hal. Bahwa hidupku terlalu berharga untuk dihabiskan mengemis cinta Pedro. Jika untuk berpisah aku belum bisa. Tapi mungkin saat aku terbiasa tanpa nya aku harus membiasakan diri untuk tak mengharapkan nya. Semoga ini jalan yang tepat,' batin leona.
Leona duduk di kursi kerjanya. Ia langsung mengambil kertas dan pensil diatas meja.
Drt drt drt drt drt drt
"Iya Kak Dika," sapa Leona
"Bagaimana makan siang bersama, bisa?"
"Iya Kak. Aku bawakan roti bakar buatan Bik Lian untuk Kakak. Kakak pasti suka," sambil mengangkat kotak nasi ditangannya.
"Wahh tentu. Titip salam untuk Bik Lian." terdengar kekehan diseberang sana. "Sampai ketemu nanti siang. Jangan lupa bawa obatnya. Saya akan lakukan pemeriksaan lanjut."
"Iya Kak," balas Leona tersenyum.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Butet Wina
lanjut thour semangat aku udah nungguin dari kmarin semoga Leona cepat pergi dari hidupku si Pedro biar nyesel tuh laki² GK tau diri
2023-04-15
0
Eynazulkidal Eynazulkidal
marathon bacanya ehh.. nyesek bangat ceritanya.. Thor.. terima kasih.. lanjutt update lagi
2023-04-15
1
pigeon
akhirnya up juga tapi kenapa cuma satu up nya 😰 next next next up nya😘 buat Lo Pedro sok segalanya gimana rasanya di cuekkin kamu si terlalu 😂😂😂
2023-04-15
0