Bab 10 Apa bisa selamanya seperti ini?

Sinar matahari yang tak begitu menyengat menyinari mereka berdua. Udara sejuk yang berhembus pelan layaknya membelai mereka.

Dedaunan yang berwarna kemerahan berguguran di sepanjang jalan yang mereka lalui.

Rambut Jeanne yang panjang berterbangan dengan lembut karena angin yang berhembus. Rasanya seperti melayang di udara. Rasa bahagia yang tak terbendung menyeruak dari hati Jeanne. Senyum manis Jeanne yang merekah bak bunga mawar merah yang baru mekar. Jeanne sangat bahagia karena kakaknya yaitu Jo mengajaknya untuk pulang bersama.

Ini adalah hal langka menurut Jeanne, sudah bertahun-tahun Jeanne dan Jo menjauh seperti tidak mengenal sama sekali. Jeanne sangat sedih saat itu terjadi dan mencoba segala cara untuk membuat Jo seperti dulu lagi. Jeanne berharap Jo akan terus seperti ini padanya.

Tak berselang lama kemudian Jo menghentikan motornya di suatu tempat. Jeanne kelihatan kebingungan karena ini bukan mansion keluarga Chevron. Dengan ragu-ragu Jeanne bertanya kepada Jo.

"Ah kak ada apa?"

"Turun"

Suara Jo yang begitu dingin terdengar nyaring di telinga Jeanne. gianya semakin kebingungan dengan perkataan Jo tersebut dengan memasang muka kebingungannya dan dengan tatapan polosnya Jeanne memiringkan kepalanya sedikit. Jo yang melihat ekspresi Jeanne dari spion motornya menghela nafas panjang.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, sekarang turunlah dulu"

Mendengar perkataan Jo Jane mulai tenang dan menuruti Jo untuk turun dari motor Jo tersebut.

Brum....

"Ah!"

Jeanne sempat terkejut melihat Jo melajukan motornya tapi kemudian dia tenang, karena ternyata Jo cuman memarkirkan motornya sedikit lebih jauh karena tidak ada tempat parkir di depan tempat tersebut.

Jo berjalan dengan gagahnya menghampiri Jeanne dan berjalan melewati Jeanne. Jeanne yang paham segera mengikuti Jo masuk ke dalam.

Tringgg

Bel itu berbunyi saat pintu terbuka. Jeanne memperhatikan pemandangan di sekitarnya.

Restoran bergaya fancy yang sepi pengunjung itu pun terlihat sangat indah dengan desainnya yang sederhana tapi terlihat mewah. Jeanne terlihat kagum melihat bagian dalam restoran tersebut. Kemudian Jo dan Jeanne duduk di kursi dekat jendela. Jo kemudian mengangkat tangan kanannya untuk memanggil pelayan restoran. Jeanne menatap Jo yang sedang fokus memainkan ponselnya.

Beberapa saat kemudian pelayan restoran tersebut menghampiri meja Jeanne dan Jo. Kemudian sang pelayan tersebut memberikan buku menu kepada Jo dan Jeane masing-masing. Jo yang melihat buku menu di depannya langsung memasukkan ponselnya ke sakunya dan mulai membuka buku menu tersebut. Jo melirik ke arah Jeanne yang sedang memilih membaca menu tersebut.

"Saya milkshake manga dan nasi goreng seafood 1"

"Baik"

Sang pelayan tersebut mencatat pesanan Jo ke sebuah buku kecil dan kemudian menoleh ke arah Jeanne

"Em... Aku mau steak daging sapi rare pakai kentang dan telur dan... minumnya sunset flame"

"Baik, apa ada tambahan lagi?"

Sang pelayan mencatat pesanan Jeanne sambil menatap Jo dan Jeanne secara bergantian. Jeanne menggeleng pelan begitu pula dengan Jo.

"Baik mohon ditunggu sebentar ya"

Sang pelayan tersebut pun berjalan pergi menuju ke bagian dapur.

Keheningan melanda Jo dan Jeanne yang duduk berhadapan tapi tak bertatapan tersebut. Sesekali Jeanne menatap Jo, tapi segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sementara Jo kembali memainkan ponselnya tersebut.

" Aku sudah menghubungi pak Harto agar tidak menjemputmu"

"Ah... Iya kak"

"Sepertinya dia khawatir, kau harus mengirimkan pesan agar dia tidak khawatir"

mendengar perkataan Jo, Jeanne buru-buru mengambil ponsel yang ada di tasnya dan melihat pak Harto beberapa kali menelepon dirinya.

Sepertinya pak Harto khawatir karena jujur saja ini jarang terjadi dan hampir tidak pernah. Mungkin mereka takut Jo memperlakukan Jeanne secara kasar

Chat

Saya baik-baik saja pak... Sungguh... Saya sedang makan di restoran dengan kakak

Jeanne mengarahkan kameranya ke arah Jo dan memotretnya. Jo terlihat tidak memperdulikan hal tersebut dan fokus ke ponselnya

Chat

(Send pict)

Jeanne juga tidak berani mengganggu Jo lebih lagi karena takut Jo akan marah dan meninggalkannya sendirian.

"Hahaha setakut itu mereka padaku saat kubilang kau pulang bersamaku" Jo bergumam pelan

"Ah apa kak?"

Jo mendongak menatap Jeanne, sepertinya Jeanne sadar kalau Jo mengatakan sesuatu. Kemudian Jo menggeleng pelan dan berkata

"Bukan apa-apa"

Beberapa menit kemudian pelayan membawakan makanan dan minuman yang dipesan oleh mereka berdua dan menatanya di meja.

"Silahkan dinikmati"

"Ah ya terimakasih"

Setelah itu sang pelayan pun berjalan pergi. Jo segera memakan makanannya sementara Jeanne diam saja. Jo yang melihat Jeanne diam saja itu menghela nafas panjang.

"Makan"

Jeanne yang membeku dan diam itu seketika tersadar dan menatap Jo. Dengan tatapan kesalnya Jo kembali menatap Jeanne. Jeanne yang ketakutan dan panik langsung memakan makanannya. Jo hanya bisa kembali menghela nafasnya

Berapa kali aku menghela nafas panjang gara-gara dia hari ini

"Uh... Enyaknyaaa"

(Uh... Enaknya)

"...."

Jeanne makan dengan lahap makanannya tersebut begitu pula Jo. Tanpa pembicaraan apapun, hanya ada keheningan menyelimuti mereka.

Setelah mereka menghabiskan makan siangnya. Jo segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah kasir untuk membayar semua tagihan makanan mereka berdua. Jeanne yang terkejut pun ikut bangkit dan berjalan mengikuti Jo di belakang.

Jo berbalik dan hampir saja menabrak Jeanne karena Jo sedang mengembalikan ATM nya ke dompetnya

"Ah maaf kak.."

"Hah.. Iya sudah ayo..."

Jo berjalan lagi menuju ke arah pintu untuk keluar dari tempat tersebut diikuti oleh Jeanne yang berjalan mengekori Jo sampai ke tempat parkir motornya. Setelah Jo menyalakan motornya, Jo menoleh kearah Jeanne dan berkata

"Naik"

Jeannepun segera mengangguk dan naik ke motor Jo tersebut. Setelah Jeanne naik ke motornya, Jo segera menjalankan motornya.

Di perjalanan pulang kali inipun tidak ada yang spesial, mereka berdua hanya diam. Hanya suara angin dan suara kendaraan yang menggema di telinga.

Jo menghentikan motornya karena lampu berubah menjadi merah.

"Sayang anak sayang anak"

Seorang penjual balon berbentuk beruang sedang berteriak di trotoar. Jeanne menoleh dan menatap balon tersebut dengan mata berbinar-binar.

"Lucunya..."

"....."

Jo menatap lampu merah yang masih menunjukan angka 60 detik itu, Jo segera menghela nafas panjang sebelum kemudian membuka kaca helmnya

"Pak.." ucap Jo sambil melambaikan tangannya

"Oh iya mas... Sebentar"

Si penjual itu berlari kearah Jo dan Jeanne dengan membawa balon-balon ditangan kirinya. Jeanne terkejut melihat si penjual yang mendekat itu dan hampir memeluk Jo

"Saya mau beli balon yang beruang"

Sang penjual itu terlihat senang dan segera mengambilkan balon tersebut dan memberinya ke Jo. Tapi Jo segera mengisyaratkan ke penjual dengan matanya untuk memberikan ke Jeanne.

"Oh mbaknya yang mau ya... Ini mbak"

Dengan segera si penjual tersebut memberikan balonnya ke Jeanne, lalu Jo merogoh kantongnya dan memberikan uang senilai 100.000 ke si penjual.

"Ah sebentar kembaliannya" ucap si penjual sambil membuka tasnya untuk mengambil kembalian.

"Tidak usah, buat bapak saja"

"Terimakasih mas mbak..."

Si penjual tersebut kembali berjalan ke trotoar karena tinggal 10 detik lagi lampu merah itu berganti ke hijau.

Jeanne menatap balon itu dengan senang kemudian menoleh kearah Jo. Jo yang melihat Jeanne tersenyum itu hanya bisa diam

"Dasar seperti bocah saja..."

Jo kemudian menancap gas motornya lagi. Jeanne yang melihat balon tersebut terasa sangat bahagia, tak menyangka Jo akan sebegitu perhatian kepadanya hari ini

"Andai bisa seperti ini selamanya"

Suara Jeanne terdengar samar-samar karena angin kencang. Jadi Jo tidak memperdulikan hal itu dan segera menambah kecepatannya.

Akhirnya Jo dan Jeanne masuk ke kawasan area mansion keluarga Chevron. Jo melajukan motornya untuk masuk ke area garasi mansion kemudian memarkirkan motornya disana. Jeanne turun dari motor diikuti oleh Jo dan mulai berjalan keluar dari area garasi

"Jangan beri aku hadiah atau apapun lagi"

Degh

Jantung Jeanne yang sedari tadi bahagia dan senang tiba-tiba terasa berhenti. Waktu detik itu terasa berhenti seketika setelah Jo mengatakan hal itu. Jeanne perlahan-lahan menoleh kearah Jo

"Aku akan menerima hadiahmu ini..."ucap jos sambil menunjukkan gantungan kunci berbentuk gitar dan juga bunga sakura.

"Dan aku menraktirmu makan dan beli balon itu, kita impas.. Jangan beri apapun lagi" lanjut Jo sambil berjalan melewati Jeanne.

Jeanne membeku dan tidak bisa berbicara apapun sambil menatap punggung Jo yang semakin menjauh itu. Pikirannya juga membeku tidak bisa merespon apapun yang telah terjadi. Kemudian suara pintu garasi terbuka membuyarkan lamunannya. Jo menghilang dari pandangannya. Jeanne berusaha menyemangati dirinya sendiri

"Tidak apa-apa, kita akan mencoba mendekati kakak lagi... siapa tau nanti kakak akan luluh dan kita bisa bermain bersama lagi"

Jeanne mengelus dadanya dan berjalan menuju ke pintu yang terbuka itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!