Bab 3. Tidak ada kasih sayang bagiku!

Teressa sudah ada di rumah Karl dan sedang tiduran di kamar Teressa sendiri. Teressa tak menyangka Jo yang dulu sangat menyayangi Jeanne, jadi seperti itu. Ntah apa yang terjadi pada mereka. Karena penu rasa penasaran di kepalanya. Teressa bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar dari kamarnya menuju ke ruang belajar Karl. Teressa berlari kecil di lorong rumah Karl, dan beberapa kali menyapa para pelayan yang ada disana. Walau rumah Karl tidak sebesar Masion milik keluarga Chevron itu. Tapi tetap saja rumah ini sangat besar. Teressa sudah tiba di depan ruang belajar Karl dan segera mengetok pintu ruang kerja Karl.

tok tok tok

"Masuklah"

Teriak Karl terdengar dari dalam ruang belajar dan perlahan Teressa membuka pintu ruang belajar karl dan berjalan masuk Disana tampak Karl yang sedang membaca dokumen dan di mejanya menumpuk beberapa artikel dan dokumen. Teressa melihat itu dengan kebingungan, karena kalau Karl sibuk seharusnya dia tidak usah menyuruh Teressa masuk. Teressa berjalan mendekat kearah Karl.

"Tuan..."

"Hah~~ Sudah kubilang panggil aku ayah." ucap Karl sambil berbalik menatap Teressa dan melepas kacamata bacanya.

"emm... I-Iya ayah.. Maaf"

 "Ada apa kau mencariku?"

"Itu apa Tu--ayah tau kenapa tuan Jo terlihat sangat membenci nona Jeanne"

"ah itu...semenjak 5 tahun yang lalu saat kau pelatihan....

5 TAHUN LALU

Setelah kondisi Jeanne membaik, Arnold memutuskan untuk merawat Jeanne dirumah dikarenakan keamanannya yang rendah. Jadi Arnold mengajukan permintaan ke direktur rumah sakit untuk Jeanne di rawat di rumah sampai kondisinya lebih baik. Direktur tersebut juga menyetujui hal tersebut dan segera menyuruh dokter dan para staff menyiapkan segala sesuatu untuk menunjang perawatan Jeanne dirumah. Setelah persiapan itu selesai Jeanne di bawa oleh para staff ke ambulance. Di setiap sisi, jalan dan gedung terdapat para bodyguard yang berjaga dan berbaris dengan rapi. Para staff yang melihat itu sedikit canggung dan ketakutan.

"Tidak usah dipikirkan sus.." ucap Jeanne lirih kepada suster sambil tersenyum manis. Suster tersebut mengangguk dan kembali mendorong ranjang inap Jeanne menuju ke ambulance.

Setelah berhasil membawa Jeanne masuk ke ambulance. Para bodyguard itu menaiki mobil mereka dan mulai mengawal mobil ambulance tersebut. Bahkan ada helikopter yang terbang dan mengawasi dari udara. Si pengemudi dan dokter yang melihat hal tersebut hanya bisa menelan ludahnya.

"Ini sedikit membuat bulu kudukku merinding"

"Iya aku juga"

"hahahah" Jeanne tertawa pelan mendengar percakapan itu. Kemudian Jeanne memejamkan matanya dan tertidur.

Setelah sekitar 30 menit, sampailah rombongan tersebut dan segera dokter dan beberapa staff tersebut mendorong Jeanne keluar ambulance untuk masuk ke Mansion. Felly, Arnold, Salzano, Jo dan para pelayan rumah itu menyambut rombongan tersebut. Sebenarnya para staff rumah sakit tersebut sangat terkejut melihat Mansion megah milik keluarga Chevron tersebut, tapi mereka berusaha profesional dengan pekerjaan mereka. Pelayan mengarahkan para dokter tersebut ke kamar Jeanne. Kamar Jeanne yang sekarang di pindahkan ke lantai 1, karena akan lebih muda bagi para dokter yang berjaga maupun para pelayan serta anggota keluarga lainnya. Setelah sampai di kamar Jeanne, para dokter segera memasang alat alat medis yang harus stand by disana. Setelah selesai para dokter pamit pulang, semua anggota keluarga Chevron masuk ke kamar Jeanne. Jeanne tertidur pulas di ranjangnya. Felly membelai kepala Jeanne sementara Arnold menarik selimut Jeanne. Kemudian kedua orang itu mencium pipi Jeanne bersama-sama

"Lekaslah membaik sayang..."

"Segera siapkan bubur untuk Jeanne"

Mendengar perintah Arnold para pelayan itu segera keluar kamar dan menyiapkannya. Jo menatap Jeanne yang tertidur pulas lalu mendekatinya dan duduk di samping Jeanne.

"Adik... Kapan kita bisa main?" Tanya Jo polos.

"Hm... Besok saja kak, bagaimana?" sahut Jeanne sambil membuka matanya

"Oh kau bangun karena ayah dan ibu menciummu ya hehehe..." ucap Salzano yang duduk di samping Jeanne

Jeanne hanya tersenyum menanggapi hal tersebut. Kemudian Nenek maju dengan membawa beberapa kue. Dan disana ada juga Kue pai lemon buatan nenek kesukaan Jo. Jadi Jo mengulurkan tangannya untuk mengambil kue itu. Tapi neneknya memukul tangan Jo.

"Ini untuk Jeanne"

" Tapi nek.... Aku cuman mau minta sedikit saja..." rengek Jo

"Akan kusuruh pelayan membuatkannya untukmu."

Jo menunduk dan terdiam melihat neneknya memperlakukannya seperti itu. Salzano kemudian mengelus kepala Jo dan menghiburnya

"Nanti ku belikan kue pai lemon di toko kue langgananmu ya?"

"terimakasih kak..." ucap Jo sambil berjalan keluar dari kamar Jeanne

"Kak Jo" Jeanne memanggil Jo, tapi Jo tidak menoleh dan terus berjalan keluar. Jeanne melihat Jo dengan tatapan sedih, mungkin Jo marah padanya.

Hari silih berganti dan semakin kelihatan jelas kalau mereka hanya mencintai Jeanne. Seperti saat ini, disaat ulag tahun Jeanne dan Jo, Jeanne kambuh dan seluruh keluarga pergi kerumah sakit. Sementara Jo merayakan ulang tahunnya dengan para pelayan dan bodyguardnya. Dan saat ada acara penting di sekolah Jo, Karl lah yang menghadirinya. Dan teman-temannya juga membully Jo. Sejak saat itu Jo memperkuat fisiknya dengan dilatih oleh Salzano dan Val yang seorang pimpian II bodyguard keluarga Chevron. Lalu mulai belajar dengan giat dan hatinya mulai membenci Jeanne. Dipikiran Jo, semua perhatian dan kasih sayang keluarga Chevron adalah untuk Jeanne seorang.

"Mulai sejak itu sifatnya Jo berubah dan sangat membenci Jeanne.."

"......."

"Tapi jujur saja, perilaku keluarga Chevron tidak sepenuhnya salah"

"Maksudnya?"

"Sempat beberapa kali mereka berbincang tentang masa depan Jo, karena Salzano tidak ingin mewarisi semua bisnis keluarga Chevron, akhirnya Jo lah yang harus di didik menjadi pewaris"

"Tapikan kalau seperti itu Jo akan salah paham"

"Salah paham sudah membesar sampai Jo menjadi pemberontak.."

"....."

"Aku harap Jo kembali menyayangi Jeanne"

Teressa hanya mengangguk kemudian meminta ijin untuk pergi. Teressa naik motor kesayangannya dan meninggalkan rumah Karl. Sepanjang perjalanan Teressa terus memikirkan apa Karl katakan. Lalu Teressa berhenti di taman kota dekat danau dan berjalan-jalan disana sebentar. Karena Jeanne tidak ada jadwal apapun hari ini dan Jeanne baru saja keluar dari rumah sakit. Teressa menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Kemudian Teressa melihat siluet seseorang di depannya yang sangat akrab baginya. Itu Jo yang sedang duduk sendiri di taman. Tidak kelihatan ada bodyguard di sekitar Jo, jadi kemungkinan dia kabur. Teressa berjalan kearah Jo dan duduk di sebelahnya. Jo menoleh kearah Teressa kemudian berdiri dan berjalan pergi tanpa sepatah katapun.

"....."

Melihat Jo seperti itu, Teressa hanya diam kemudian menatap danau di depannya.

"Dasar bocah"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!