Pembicaraan itu benar-benar mengganggu pikiranku. Kemudian masa lalu mulai terputar di depan mataku seperti sebuah pertunjukan film
Flashback On
Di sebuah kota pinggiran yang kumuh. Sinar matahari yang hangatpun tidak bisa masuk. Semua orang di kota itupun tidak bisa merasakan hangatnya sinar matahari atau indahnya bulan saat malam hari. Layaknya sebuah sisi yang gelap tanpa cahaya. Layaknya sebuah kota yang terisolasi oleh dunia luar. Kota pinggiran ini benar-benar tidak terawat. Toko-toko pinggir jalan yang rusak parah. Sampah dimana-mana, orang tergeletak dimana-mana, pengedar narkoba yang terang-terangan menjual produknya, para wanita yang tidak memakai baju dan hanya pakaian dalam. Para anak kecil yang kurus kering dan mengais makanan dari tempat sampah. Hanya beberapa orang
" ... "
Gadis kecil itu mulai berjalan menjauh dari kerumunan anak-anak itu dan mulai berjalan. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri, melihat keadaan orang-orang disekitarnya sambil berjalan pelan.
Kemudian gadis kecil itu menatap ke langit. tampak langit langit itu tertutup oleh padatnya kabel, tali jemuran dan juga segala macam kain mota yang tebal.
(Kain terpal yang biasa dibuat untuk kemah)
Namanya Cecilia. Ini adalah pertama kalinya dia keluar. Dia baru saja keluar dari panti asuhan. Padahal dia baru berumur 8 tahun. Karena dikota ini banyak bayi terlantar, jadi ketika anak-anak berumur 8 tahun. Panti asuhan akan melepas mereka.
Cecilia hanya menatap kosong kearah depan. Berjalan tanpa tujuan dan arah. Tanpa tersadar sudah sampai di ujung kota. Terdapat pagar besi menjulang tinggi disana. Tapi ada sebuah lubang kecil mengarah keluar. Cecilia mengintip dari lubang tersebut. Matanya melebar.
Dunia di balik jeruji itu sangat berwarna menurut Cecilia. Cecilia seketika itu mencari cara untuk keluar dari kota ini. Dia mencari batang besi dan mencoba mencongkel pagar besi itu. Tapi sayangnya saat dia mencoba mencongkelnya, tangannya melemas dan dia terjatuh ketanah. Cecilia tidak memiliki tenaga sedikitpun karena semenjak dia keluar dari panti, dia belum makan ataupun minum.
Tapi karena semangat dan harapan Cecilia untuk pergi dari kota kelam ini sangat besar, dia berusaha berdiri sambil bertumpu pada batang besi itu.
Cecilia berjalan melintasi pertokoan. Disaat Cecilia melintasi gang kecil, Cecilia melihat ada orang yang baru membuang sampah sejenis makanan cepat saji ke tempat sampah. Cecilia memperhatikan orang itu. Tepat setelah orang itu masuk, Cecilia segera berlari ke arah tempat sampah itu dan meninggalkan Batang besi tergeletak di jalan.
Cecilia dengan cepatnya membuka tempat sampah itu dan melihat banyak makan dan sisa yang baru saja dibuang oleh orang tersebut. Cecilia langsung memungut makanan tersebut dan segera memakannya. Walaupun makanan tersebut kotor, Cecilia tetap memakannya dengan lahap.
Tak berselang lama tiba-tiba kepala Cecilia mulai pusing dan pandangan Cecilia mulai mengabur. Lalu Cecilia pun pingsan di tempat. Walaupun Cecilia tak sadarkan diri tapi Cecilia bisa mendengar dengan baik kalau pintu toko tersebut terbuka dan ada beberapa langkah kaki orang keluar dari sana.
"Lumayan tangkapan kita"
"Yah.."
"Dia juga sudah cukup umur untuk kita jual"
"Yah apalagi matanya cantik, orang pasti mau membayar mahal untuk membelinya"
Mendengar hal-hal yang didengar olehnya sangat ketakutan hingga keringatnya mengucur deras. Tapi kemudian kesadarannya hilang sepenuhnya.
*******
Goncangan terasa sangat kuat, Cecilia terasa seperti sedang ada diatas kereta kuda. Tapi dia tidak bisa melihat apa-apa didepannya. Matanya ditutup oleh kain hitam.
"Aku dimana?" tanya Cecilia sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba untuk melepaskan penutup mata itu
"Oh kau sudah bangun ya?"
"Kau siapa?"
"Tidak perlu tau, cukup diam dan jangan berisik.
Setelah mendengar perkataan itu Cecilia diam. Tiba tiba ada sesuatu yang bergerak gerak disebelah Cecilia. Karena terkejut dan ketakutan, Cecilia teriak sangat kencang
"AAAAAAAAA"
"HUAAAAAAAA"
"WAAAAAAAAA"
Entah kenapa teriakannya menjadi 3, entah itu bergema atau bagaimana. Tapi Cecilia mendengar kalau ada 2 suara lainnya.
Plakk
Sesuatu dilemparkan dari luar kereta dan itu mengenai punggung Cecilia.
"Aw..."
"BERISIK!! SUDAH KUBILANG UNTUK DIAM! MALAH KALIAN TERIAK TERIAK!!"
Terdengar suara lelaki kisaran paruh baya yang berbeda dengan yang tadi. Cecilia makin kebingungan. Lalu tiba-tiba ada suara dari belakang Cecilia
"Hiks... Hiks .. Ayah ibuuu"
"Su.. sudahlah Jeanne.. jangan menangis hiks..."
"Kakak... Aku takut... disini gelap..."
"Iya kakak tau... Tapi ayah pasti akan segera menemukan kita"
"Iya kak... Hiks..."
Cecilia yang mendengar percakapan itu hanya bisa diam dan mendengarkan suaranya itu.
"Kalian siapa?"
Mendengar suara Cecilia, 2 anak kecil itu terkejut dan ketakutan. Mereka tidak berbicara sepatah katapun ataupun menjawab pertanyaan Cecilia
"Jawablah..Aku tidak akan menyakiti kalian"
"Janji?"
Terdengar suara lelaki kecil menyauti perkataan Cecilia. Cecilia sedikit lega mendengarnya dan langsung menjawab
"Iya aku janji"
Mendengar jawaban Cecilia, Lelaki kecil itu menghela nafas panjang lalu mulai membuka mulutnya.
"Namaku Joshua Alpa D'Rioz Chevron, panggil saja Jo, dan dia adikku Jeannette D'Rioz Chevron."
"Ah salam kenal.." sahut Cecilia.
Cecilia tidak tau dan kenal dengan mereka. Jadi dia hanya membiarkan saja dengan santai.
"I I Iya..." jawab gadis kecil itu
"Lalu kenapa kalian ada disini?" tanya Cecilia
"Kami juga tidak tau... Tadi kami sedang bermain di halaman rumah, lalu alarm kebakaran berbunyi. Lalu para penjaga berlari. Dan 2 orang penjaga membawa kami lari juga.. Tapi kemudian penjaga itu menutup mata dan mengikat kami"
"Ah begitu..." ucap Cecilia
Kemudian Cecilia berpikir mungkin mereka sedang diculik untuk dijual. Karena sebelum dia pingsan sempat ada percakapan "harga tinggi" yang keluar dari mulut pria tadi.
Cecilia memutar otaknya mencoba mencari jalan keluar tapi semua itu percuma karena matanya ditutupi.
Cecilia berusaha memberontak dengan cara membuat suara berisik dengan kedua kakinya.
Sang kusir yang mulai kesal dengan sikap Cecilia, memberhentikan kereta kudanya lalu masuk ke kereta.
"Kau ini! Maumu apa!!" teriak si kusir yang sekaligus penculik.
"Aku ingin buang air... tolong.." ucap Cecilia polos
Melihat hal itu, si kusir itu mendengus kesal dan mulai menggendong Cecilia keluar dan meletakkannya di tanah
"....."
Kusir yang melihat Cecilia diam lalu membentak Cecilia lagi
"KENAPA DIAM SAJA? CEPAT BUANG AIRLAH?!"
"Aku tidak bisa lihat dan tanganku terikat..."
"Ah sialan... Aku benci pekerjaan ini"
Dengan kesal sang kusir membuka penutup mata dan ikatan di tangan Cecilia.
Cahaya menyilaukan kedua mata Cecilia. Cecilia mengerjap-ngerjapkan matanya untuk memfokuskan pandangannya. Lalu di depannya hanya ada pepohonan. Artinya dia ada di hutan. Si Kusir mendorong Cecilia kasar.
"Cepatlah! kalau kau berani-beraninya kabur.. Akan kupatahkan kakimu"
Dengan ketakutan dimatanya, Cecilia pergi ke semak-semak. Tapi bukannya buang air, dia sedang memilih batu yang runcing yang bisa digunakan untuk memotong tali. Setelah menemukan batu yang dirasa pas, dia segera menaruhnya di sakunya. Lalu bergegas kembali ke kereta tersebut. Si kusir menarik Cecilia dan mengikat tangan Cecilia, tapi tidak dengan menutup matanya. Cecilia kemudian digendong oleh si Kusir ke atas kereta.
Cecilia menatap 2 anak kecil didepannya. Mereka punya baju yang bagus dan sepatu yang bagus. Wajah mereka juga sangat bersih, tidak seperti Cecilia.
Cecilia tidak berniat untuk menyelamatkan mereka juga. Dia hanya ingin menyelamatkan dirinya sendiri dan pergi sejauh-jauhnya.
Suasana benar-benar hening saat itu. Tidak ada percakapan sama sekali dari saat kereta itu berjalan sampai kereta itu berhenti lagi.
"Kalian turunlah!" ucap Kusir itu sambil membuka penutup mata milik Jeanne dan Jo
Mereka bertiga hanya bisa pasrah pada keadaan dan menuruti perkataan si Kusir itu. Mereka bertiga berjalan memasuki sebuah gedung tua besar dan tentu saja diikuti oleh si kusir.
Setelah tiba di aula gedung. Ada banyak orang disekitar mereka bertiga. Orang orang dengan badan besar, luka di sekujur tubuh mereka dan tato di mana-mana. Cecilia hanya diam menyembunyikan ketakutannya. Sementara Jo dan Jeanne semakin ketakutan begitu melihat logo yang ada di depan sana.
Logo itu adalah Logo kalajengking dan di bawah logo itu duduk seorang yang tidak asing bagi mereka
Axel Brian Carlisle, seorang mafia yang merupakan musuh ayah mereka, Arnold.
Axel adalah orang yang sangat licik dan jahat. Dia tidak akan segan untuk membunuh orang.
"Wah wah wah... keponakan kesayangan ku... Akhirnya tiba juga"
Axel berbicara sambil berjalan mendekati Jo dan Jeanne, lalu memeluk mereka berdua dan melepaskannya
"Pa paman... mau apa" tanya Jo
"Eh kenapa takut? paman baik kok" ucap Axel sambil mengelus kepala Jo.
Bukannya tenang, Jo dan Jeanne makin ketakutan dan berkeringat dingin.
2 anak kecil ditangan musuh mafia ayahnya.
******
Di lain sisi Arnold sedang mengerahkan semua armada yang dia punya untuk mencari kedua anaknya itu. Sampai sampai Arnold meminta bantuan dari mafia lain.
****
Kembali ke gedung tua itu, Axel menenangkan Jo dan Jeanne. Mereka berdua diam tapi tetap ketakutan.
Sementara Cecilia hanya melihat keadaan sekitar. Axel yang menyadari ada anak lain disitu segera menoleh kearah kusir yang tadi.
"Siapa dia?"
Kusir itu segera maju dengan ketakutan
lalu menjawab
"Seseorang menjualnya dengan harga murah, jadi aku membelinya. Dia bisa kita manfaatkan" ucapnya
"Oh begitukah? Baiklah. Bawa saja dia masuk dan kunci di penjara sana" ucap Axel sambil menunjuk ke arah jeruji di pojokan gedung.
Mendengar hal itu, Cecilia kaget dan memberontak. Cecilia berlarian kesana kemari dikejar oleh beberapa bawahan Axel. Axel yang terlihat geram itupun mengeluarkan pistolnya dan menodongkannya ke kaki Cecilia.
Dooor
"ARRGHHHH!!"
Buagh!
Tembakan itu tepat mengenai paha Cecilia. Darah mengucur deras, tapi para penjaga itu tidak memperdulikannya dan segera menggendong Cecilia masuk ke jeruji tadi.
Jo dan Jeanne membuka matanya lebar-lebar melihat kejadian yang terjadi.
Axel kemudian mendekatkan kepalanya ke Jo dan Jeanne sembari berkata
"Aku tidak suka anak kecil yang berlarian dan berisik"
Mendengar hal itu Jeanne dan Jo mengangguk pelan sambil menahan air mata mereka.
Axel melihat mereka berdua sejenak, lalu mendongak keatas sembari memberi isyarat kepada bawahannya.
Lalu 2 bawahan Axel membawa Jeanne dan Jo ke jeruji tempat dimana Cecilia yang sedang kesakitan berada.
Jeanne dan Jo duduk di sebelah Cecilia yang terus terusan meraung kesakitan. Tapi tidak ada siapapun yang memperdulikannya. Seolah raungan Cecilia adalah musik yang indah bagi mereka.
Jeanne yang melihat Cecilia menangis dan meraung kesakitan, mulai mendekat ke arah Cecilia
"Aku... Aku akan membantumu..." ucap Jeanne.
"Ugh... Jangan bercanda!" Teriak Cecilia
"Tapi kumohon jangan berteriak... Atau kita akan mati" ucap Jeanne
Cecilia melihat Jeanne. Lalu Cecilia mulai menggigit bibir bawahnya agar tidak ada suara yang keluar.
Melihat Cecilia yang seperti itu, Jeanne merobek lengan gaunnya yang masih bersih dan mengambil tali rambutnya.
Jeanne segera mengikat paha Jeanne agar pendarahannya tidak parah, dan kemudian membalut luka Cecilia.
Mulai saat itu Cecilia mengagumi Jeanne. Dan berupaya untuk mengikutinya kemanapun dan dimanapun.
Setidaknya itu sedikit membantu. Pendarahan Cecilia tidak se deras tadi. Melihat yang dilakukan Jeanne, Axel mulai tertarik pada Jeanne.
Axel masuk ke dalam jeruji itu dan menarik Jeanne kasar, Jeanne hanya bisa pasrah dan mengikutinya. Jo yang melihat adiknya ditarik paksa keluar dari jeruji, hanya bisa melihat dari balik jeruji.
"Hey kau"
"Ah iya bos?"
"Ambilkan minuman itu dibelakang"
"Baik boss"
Bawahan Axel segera berlari ke belakang untuk mengambil minuman itu.
Axel membawa Jeanne duduk di pangkuannya
"Kau sangat cantik Jeanne" ucap Axel sambil mengelus pipi Jeanne
"Kau mengingatkanku pada ayahmu Arnold.. Mari kita tunggu dia disini ya..."
Saat tadi Jeanne membalut luka Cecilia, ada telfon kalau beberapa markas Mafia milik Axel di obrak abrik oleh Arnold. Jadi dia bersiap-siap "menyambut" kedatangan Arnold.
"Kalian semua bersiap-siaplah Arnold si Elang emas akan segera datang" teriak Axel
Anak buah Axel bersorak gembira sambil mempersiapkan senjatanya.
Lalu suara baku tembak dari luar gedung mulai terdengar. Lalu para bawahan Axel mulai maju dan bersiap untuk melindungi Axel.
Kemudian dengan Gagahnya Arnold memasuki gedung tua itu sambil membawa senapan SS V2 dikedua tangannya
Melihat hal tersebut Axel berdiri sambil menggendong Jeanne di tangannya.
"Wah wah ini dia si elang emas"
Arnold menatap Axel dengan penuh kebencian. Tapi dia tidak bisa menembak karena ada putrinya ditangan Axel
"Lepaskan anak+anakku sekarang kau sialan!"
Melihat ayahnya Jeanne dan Jo yang ada di balik jeruji menangis. Namun Jo sedang berusaha mengotak atik gembok tua itu dengan pisau sakunya. Dan begitu berhasil Jo segera menyelinap sambil membantu Cecilia dan dengan mulus sampai ke pintu keluar bagian belakang yang bahkan sepi. Disana ada Salzano yang sedang menunggunya. Jo membantu Cecilia duduk lalu berlari kearah kakaknya.
"Dimana Jeanne?"
"Dia di tangan Axel kak hiks..."
"Kalian tunggu disini, aku akan menyergapnya sendiri"
Mendengar hal itu Salzano, langsung berdiri dan menitipkan kedua bocah itu pada bawahannya.
"Baik"
"Iya kak..."
Salzano menyamar menjadi salah satu anak buah Axel dan masuk ke gedung dari belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Parsih Nurul
Next kak 🤗😚🙂
2023-04-10
1