Jeanne berjalan menyusuri koridor yang ramai dengan para siswa yang berlalu lalang. Tak sedikit dari mereka yang menatap Jeanne, tatapan mereka yang mengartikan sebuah penasaran, bingung, kesal dan lainnya. Sejujurnya Jeanne sedikit tidak nyaman karena pandangan mereka terkesan buruk pada Jeanne. Tapi Jeanne berusaha untuk tidak menghiraukannya dan mempercepat jalannya. Sampailah Jeanne di Aula utama. Jeanne kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri mencari papan buletin, ketika dia melihat papan tersebut, Jeanne berlari kecil ke arah papan buletin itu dan
Buakhhh!!
Lembar-lembaran kertas berhamburan dan berterbangan tertiup angin. Beberapa lembar yang lain jatuh ke lantai sama seperti Jeanne dan seorang siswa itu. Jeanne tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena masker yang menutupi wajahnya.
Laki-laki itu menatap Jeanne sejenak kemudian bangkit dan membersihkan celananya. Tanpa menghiraukan Jeanne yang sedang memandangi nya. Lelaki tersebut dengan buru-buru mengumpulkan kertas yang berserakan tersebut.
Jeanne juga segera sadar dan bangkit untuk membantu mengumpulkan kertas-kertas tersebut dan memberikannya ke lelaki tersebut. Lelaki tersebut tanpa ba bi bu segera mengambilnya dan berjalan menjauhi Jeanne
"Ah... Aku minta maaf!" teriak Jeanne
Tapi bahkan lelaki tersebut tidak menghiraukannya atau bahkan menoleh sekalipun. Jeanne hanya bisa mendesah lalu mulai berjalan kearah papan buletin tersebut untuk melihat letak kelasnya. Setelah dirasa mengerti di mana letak kelasnya, Jeanne mulai berjalan menuju ke kelasnya.
Setelah sampai di depan kelasnya, Jeanne melihat kelasnya sudah ada beberapa siswa tengah duduk dan berbincang-bincang di kelas tersebut. Karena memang hari ini masih belum ada pembelajaran efektif, hari ini hanya dikhususkan untuk para siswa mencari kelas di mana tempat mereka ditempatkan, karena tentu saja banyak ruangan di sekolah ini yang menyebabkan siswa kadang sering terlambat saat hari pertama sekolah karena tidak ada sesi pengenalan sekolah.
jadi sebagai wujud antisipasi adanya kejadian tersebut pihak sekolah memberlakukan hal ini.
Jeanne kemudian membuka pintu kelas
Cklek
Dan perhatian beberapa siswa tersebut langsung mengarah kepada Jeanne, Jeanne sendiri sempat gugup karena di perhatikan sedemikian rupa oleh siswa-siswi tersebut.
"...."
Jeanne segera berjalan kearah meja dan mencari tempat yang kosong untuk diduduki olehnya dan segera duduk diam. Beberapa siswi terlihat seperti sedang membicarakan jenny, berbisik-bisik sambil memperhatikan Jeanne dan menatap Jeanne dengan tatapan tidak suka. sementara para siswa lainnya terlihat tak acuh dan kembali melakukan kegiatan mereka.
Jeanne merasa sangat gugup tapi dia tidak berani menegur ataupun bertanya kepada para siswi tersebut jadi dia hanya bisa diam.
Tak berselang lama kelas tersebut terisi penuh oleh siswa. Mereka duduk di kursi mereka, mereka sedang bermain dengan teman yang lain bahkan sedang berkenalan atau bermain game bersama.
Tapi tidak dengan Jeanne, Jeanne memilih diam dan memperhatikan interaksi teman-teman sekelasnya tersebut. Sejujurnya Jeanne juga ingin berteman dengan teman sekelasnya, tapi karena kejadian tadi pagi masih membayangi Jeanne. Jeannepun memilih untuk diam dan memainkan smartphone-nya.
Teng... Teng... Tenggg....
Bunyi bel sekolah terdengar nyaring. Bel sekolah bukan bel modern yang menggunakan kabel tapi Bel besar yang terpasang di salah satu menara tertinggi di sekolah. Bunyinya yang nyaring membuat para siswa dan siswi terdiam sampai bel tersebut berhenti. Setelah bel tersebut berhenti, para siswa mulai duduk ketempat duduknya masing-masing. Jeanne yang melihat hal itu hanya bisa diam dan takjub. Tadi semua siswa sangat ramai dan banyak bicara, tapi setelah bel itu berbunyi, mereka sangat diam dan tertib
Tak berselang lama, seorang guru laki-laki yang terlihat seperti baru berumur 40 tahunan memasuki kelas Jeanne sambil membawa setumpuk kertas. Guru tersebut berjalan ke podium dan menaruh setumpuk kertas tersebut
"Baik, selamat pagi semuanya"
"Pagi"
"Nama saya Mr.Aluvandra, kalian bisa memanggil saya Mr.Andra. Saya adalah wali kelas kalian sampai kalian lulus dari sekolah ini." ucap Mr.Andra sambil menatap muridnya secara bergantian.
"Saya tidak suka nilai dibawah 90, tidak perduli senakal apapun kalian, saya akan ada dipihak kalian kalau nilai kalian 90 keatas dalam semua bidang"
Mendengar hal tersebut, seisi kelas menjadi ramai dan tak kondusif. Wajah para siswa dan siswi saat itu terlihat penuh dengan ketakutan, kegugupan dan kebingungan tidak terkecuali Jeanne.
Jeanne juga kebingungan menanggapi wali kelas tersebut. Sedangkan sang wali kelas itu hanya tersenyum melihat para siswa-siswi itu ketakutan. Kemudian Mr.Andra itu mengambil tumpukan kertas dan membagikannya sampai kertas tersebut habis.
Jeanne melihat beberapa lembar kertas di atas mejanya, jelas-jelas kertas itu kosong. Sebenarnya apa yang ingin dilakukan oleh wali kelas itu. Sedangkan Mr.Andra hanya diam sambil mengamati siswanya satu persatu.
Karena kebingungan Jeanne mulai mengambil satu kertas yang ada di mejanya dan membolak balikan kertas tersebut. Sedangkan siswa yang lain hanya memperhatikan Jeanne lalu mulai fokus dengan kertasnya. Jeanne yang benar-benar kebingungan dengan sikap teman-temannya itu kemudian menunduk dan mengambil pena yang ada di tasnya
Di benak Jeanne terlintas sebuah ide dan kemudian Jeanne mulai menulis di semua kertas yang ada di mejanya dengan menggunakan pena
1 menit
5 menit
10 menit
15 menit
30 menit
"Fyuhhh selesai juga.."
Jeanne menyeka keringat yang membasahi keningnya sambil membereskan kertas-kertas tersebut kemudian mendongak
"Ah!"
Alangkah terkejutnya Jeanne melihat Mr.Andra duduk di kursi yang ada di depannya dan menatap serius tulisan Jeanne. Mr.Andra yang tau Jeanne terkejut, segera bangkit dan tersenyum
"Maaf sudah membuatmu terkejut, tapi aku penasaran apa yang ditulis oleh gadis kecil sepertimu sampai-sampai tidak memperhatikan ku seperti siswa yang lain"
Mr.Andra memasukan tangannya ke sakunya dan membungkukkan badannya ke arah Jeanne. Memang Jeanne adalah siswi yang termuda di kelas ini bahkan sekolah ini. Jadi Mr.Andra meremehkan kemampuannya dan menetapkan standar yang tinggi untuk membuat Jeanne menyerah. Tapi yang tidak di sangka oleh Mr.Andra tulisannya itu memang karya yang hanya bisa ditulis oleh siswi SMA.
Kupikir dia akan menulis sama seperti siswa lainnya... Ternyata dia menulis karya ilmiah... Padahal semua murid sedang menulis hobi dan semua yang tidak berguna.
Jujur saja sejak melihat Jeanne dikelas ini, Mr.Andra berpikir kalau Ayah Jeanne yang tak dikenalnya itu menyuap kepala sekolah. Mr.Andra juga berpikir akan memukuli kepala sekolah itu tadinya.
"Ah baiklah, tolong pasang klip dan kumpulkan semua kertas itu kepada saya"
Mr.Andra segera berjalan kedepan dan menjauh dari Jeanne menuju ke podium. Setelah semua siswa selesai mengumpulkan kertas itu. Mr.Andra tanpa ba bi bu berjalan keluar dari kelas. Atmosfer kelas itu juga perlahan menjadi ringan
"Ah... guru itu..."
"Tcih membuat ku jantungan saja"
Jeanne hanya melihat Mr.Andra keluar kelas dengan diam. Kemudian Jeanne menoleh kearah jendela dan menatap lurus kesana
"Halo~"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments