"Wahh... Si kulkas bisa perhatian juga ya~"
"...."
"Hey Shuzo, menurutmu gadis itu siapa?"
"Ntahlah"
Shuzo pun memasukan kedua tangannya ke saku jaket hoodienya tak acuh kemudian berjalan mengikuti Jo. Chester yang masih tersenyum itu pun berjalan mengikuti mereka berdua. Saat di depan Jeanne, Chester membungkuk dan melambaikan tangannya sambil tersenyum kearah Jeanne. Jeanne dengan kikuk melambaikan tangannya kembali sambil tersenyum. Matt hanya diam melihat mereka dan kemudian Jeanne menatap Matt
"Ayo kita kembali ke kelas"
"Ah baiklah"
Matt berjalan mengikuti Jeanne dari belakang, kepala Matt penuh dengan tanda tanya
Apa hubungan Jeanne dengan mereka?
Tanpa berbincang dan hening yang menyelimuti mereka, Jeanne dan Matt sudah sampai di depan kelas. Mereka segera memasuki kelas dan duduk di kursi mereka masing-masing. Tapi bedanya Matt duduk di kursi sebelah Jeanne kemudian menatap ke arah Jeanne. Jeanne yang kebingungan dengan tatapan Matt pun bertanya
"Ada apa?"
"Em... apa aku boleh bertanya lagi?"
"Tentu saja..."
"Apa hubunganmu dengan 3 laki-laki itu?"
"Ah... Yang berambut sedikit coklat dan bermata biru itu kakak kembar ku, namanya Jo"
"Ha!? Kembar? Pantas saja kalian mirip... Aku pikir dia tunangan mu... Soalnya kan kalau pasangan itu biasanya mirip."
Jeanne tertawa mendengar perkataan Matt yah menurut Jeanne tidak masuk akal begitu.
"Lalu yang berambut pirang melambai-lambai kan tangan itu siapa?" lanjut Matt sambil menaikan salah satu alisnya
"Ah kalau yang itu aku juga tidak tau... Aku melambaikan tangan padanya hanya untuk sopan santun hehehe"
"Ah begitu... kupikir dia temanmu"
Setelah lanjut berbincang sebentar, pintu kelas tiba tiba terbuka dan beberapa gadis yang tidak familiar masuk ke dalam kelas. Semua siswa-siswi yang ada di dalam kelas 10-1A itu kebingungan melihat siswi siswi itu. Beberapa siswi itu terlihat seperti mencari seseorang, mereka menoleh ke kanan dan ke kiri, memperhatikan setiap siswa yang ada di kelas itu.
"Ah itu dia!" ucap seorang siswi sambil menunjuk kearah Jeanne dan Matt.
Jeanne yang kebingungan sontak menoleh ke kanan dan ke kiri begitu juga dengan Matt.
"Apa maksudnya itu aku?"
Matt hanya mengangkat bahunya. Segerombolan gadis itu berjalan kearah Jeanne. Dan itu semakin meyakinkan Jeanne kalau para gadis itu sedang mencari Jeanne, hal itu semakin membuat Jeanne merasa gugup dan mulai berkeringat dingin.
Matt yang sedari tadi memperhatikan Jeanne yang ketakutan tersebut. Matt menoleh ke arah segerombolan gadis tersebut yang sudah di depan mata, Matt menarik Jeanne kebelakangnya. Jeanne menatap mereka dari balik punggung Matt
"Ah... Itu dia..."
"Kalian--"
Mereka memotong perkataan Matt dan mendorong Matt ke samping.
"Setidaknya biarkan dia menjelaskan dulu!!"
"Hey hey hey tenanglah kami tidak akan menyakiti pacarmu kalau dia bisa diajak kerja sama kok"
Matt yang panik terus mencoba melihat keadaan Jeanne dan memastikan mereka tidak menyakiti Jeanne.
"Hey ******... Kau kan sudah punya pacar yang lumayan.. Jadi berhentilah merayu para pangeran"
Jeanne dan Matt langsung membeku mendengar perkataan mereka. Mereka tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh salah satu gadis itu sama sekali. Jeanne dengan ketakutan mulai membuka mulutnya
"Pa-pangeran... Pangeran mana maksudnya?"
Salah satu gadis berambut panjang ikal yang bername-tag Noella Lidya P maju kedepan dan menghela nafas panjang sebelum akhirnya berbicara
"Kau pura-pura tidak mengerti atau memang tidak mengerti?"
Jeanne melihat Noella dengan ketakutan lalu menggeleng pelan. Noella kembali mendekati Jeanne dan kemudian menepuk pundak Jeanne sambil berbisik ke telinga Jeanne
"Joshua, Shuzo dan Chester, sampai kulihat kau mendekati mereka lagi, jangan salahkan aku kalau aku mulai menggila"
Kata-kata yang dikatakan oleh Noella membuat bulu kuduk Jeanne berdiri. Dengan panik Jeanne langsung mengangguk untuk menyetujuinya. Dan segera setelah Jeanne mengangguk, Noella segera menjauhkan kepalanya dari telinga Jeanne dan memperbaiki seragam Jeanne sambil menepuk-nepuk pundak Jeanne
"Baiklah adik kecil, selamat datang di sekolah. Jangan sampai kita bertemu lagi"
Noella berbalik dan berjalan keluar dari kelas diikuti oleh para gadis itu. Matt segera menghampiri Jeanne, setelah memeriksa keadaan Jeanne, Matt bernafas lega. Jeanne juga menghela nafas panjang.
Noella itu membuatku sesak...
Jeanne beberapa kali mengelus dadanya untuk menenangkan dirinya sendiri.
"Cih bahkan mereka tidak membiarkanmu menjelaskan"
"Sudahlah Matt"
"Tapikan mereka langsung menyerangmu dan bergerombol seperti serigala pula"
"Sudah diamlah... Banyak siswa yang memperhatikan"
Matt segera melihat ke sekelilingnya dan benar saja teman sekelas mereka berdua menatap kearah mereka berdua. Dengan perlahan dan senyum canggungnya, Matt segera duduk di kursinya. Jeanne kembali meminum air mineralnya.
Beberapa menit kemudian, beberapa laki-laki masuk ke kelas dengan membawa setumpuk buku. Salah satu laki-laki maju kedepan dan mulai berbicara
"Silahkan ambil buku-buku ini, satu orang satu. Lalu pulanglah."
Semua siswa-siswi itu kebingungan mendengar perintah laki-laki itu. Kemudian laki-laki dibelakangnya maju dan menepuk bahu laki-laki yang berambut pirang itu.
"Kau belum memperkenalkan diri, maaf semuanya kenalkan dia Alexander Zetsya, ketua osis di sekolah ini"
Para siswa itu tetap diam tanpa kata. Mereka tak mengerti apa yang terjadi disini.
"Namaku Defano Galandera, sekertaris OSIS. Dan aku akan menjelaskannya secara singkat dan mohon di dengar karena tidak ada pengulangan"
Hening dan sepi. Defano segera menarik nafas dalam-dalam dan mulai berbicara
"Ini adalah buku panduan siswa dan peraturan, kalian harus membaca dan menghafal semua isi itu, walau tidak ada hadiah untuk itu. Lalu kalian akan mulai pembelajaran efektif hari Kamis, yang belum membeli perlengkapan sekolah, silahkan membeli sebelum hari Kamis. Semua perlengkapan sekolah ada di buku panduan. Jika poin pelanggaran mencapai 50 kalian akan di keluarkan dari sekolah, apa kalian paham?"
"Ya!"
Mendengar jawaban dari para siswa tersebut Defano mengangguk pelan kemudian menyuruh beberapa laki-laki di belakang mereka yang merupakan para anggota OSIS membagikan buku tersebut.
Setelah buku itu habis dibagikan para anggota OSIS tersebut termasuk Alexander dan Defano segera meninggalkan kelas tersebut.
Jeanne yang penasaran membuka buku tersebut dan membaca isinya. Memang isi dari buku panduan tersebut dan peraturannya benar-benar sangat ketat bahkan ada beberapa peraturan yang menurut Jeanne tidak masuk akal tetapi untuk mencari aman Jeanne akan mematuhinya
Kemudian tak terasa bel pulang sekolah. Jeanne dan Matt serta semua siswa di kelas itu membersihkan Mega dan memasukkan barang-barang mereka ke dalam tasnya kemudian berjalan keluar dari kelas dengan tertib.
Mereka berdua pun berjalan menyusuri lorong koridor sekolah sampai ke depan halaman sekolah bersama-sama.
"Apa kau membawa mobil sendiri Jeanne?"
"Ah tidak... Aku menunggu supirku menjemputku, mungkin sebentar lagi dia akan sampai"
"Ah begitu... Baiklah aku duluan ya... Sampai jumpa"
"Ah iya... Sampai Jumpa"
Jeanne membalas lambaian tangan Matt yang berjalan kearah parkiran sekolah tersebut.
Sebaiknya aku menelepon Pak Harto untuk menjemputku sekarang,
Setelah itu Jeanne segera menelpon pak Harto yang seorang sopir pribadi miliknya untuk menjemputnya.
Tak berselang lama, sebuah motor berhenti di depannya. Jeanne membulatkan matanya terkejut karena itu motor itu tidak asing baginya
"Naik"
"Ah tidak... Aku sudah menelepon pak Harto untuk menjemput ku"
"Naik sebelum aku berubah pikiran"
"Baik kak..."
Dengan pasrah Jeanne kemudian naik ke atas motor Jo, ya benar pemilik motor itu adalah Joshua D'Rioz Chevron. Entah apa yang merasukinya itu sampai-sampai dia memperbolehkan Jeanne naik ke motor kesayangannya itu.
Setelah Jeanne naik, Jo pun melajukan motornya keluar dari area sekolahnya tersebut
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments