"Kita hanya bisa berdoa, semoga mereka kuat dan baik-baik saja" ucap Arnold
Setelah beberapa jam menunggu. Akhirnya dokter mendorong keluar ranjang pasien, sontak hal tersebut membuat semua orang disana berdiri untuk melihat lebih jelas. Ternyata itu Salzano yang selesai menjalani operasi dan sedang tertidur.
"Dok bagaimana keadaan anak saya?"
"Anak bapak sekarang baik-baik saja, kami berhasil mengeluarkan peluru dibagian yang tertembak. Sekarang kami akan membawanya ke Ruang Inap."
Dokter memberi isyarat pada suster dan kemudian suster segera mendorong pergi ranjang pasien menuju ke ruang inap.
Dokter tersebut segera berbalik dan masuk ke ruang operasi, tapi Arnold menghalanginya
"Bagaimana dengan anak saya yang lain?"
"Maksud bapak yang tertembak di bagian paha?"
"Bukan... Yang batuk dan muntah darah."
"Maaf saya masih belum bisa memastikan karena saya tidak menangani anak yang bapak maksud."
"Ah baik dok.. Maaf"
"Permisi"
Dokter tersebut membungkuk lalu masuk ke ruang operasi. Arnold semakin tidak sabar dan mulai berjalan kesana kemari karena khawatir dan kebingungan akan keadaan Jeanne.
Felly yang melihat Arnold sangat khawatir itu berusaha menenangkan Arnold.
"Mas..." ucap Felly lirih sambil mengelus punggung Arnold. Kemudian menuntun Arnold untuk duduk dan tenang di sebelah Jo
Jo duduk dan menundukkan kepalanya. Dia sangat khawatir pada adik kembarnya tersebut dan merasa gagal menjaga Jeanne.
Beberapa menit berlalu. Pintu ruang operasi pun terbuka diiringi dengan ranjang pasien yang didorong oleh para suster lagi. Felly segera bangkit dan ingin melihat siapa yang ada di ranjang pasien tersebut tapi sayangnya itu bukan Jeanne melainkan anak kecil yang sangat asing baginya.
Dan tanpa sepatah kata pun membiarkan sang suster mendorong ranjang pasen gadis kecil tersebut pergi.
Tapi Jo mengenali kalau itu gadis yang ditolong oleh adiknya.
****
5 jam berlalu, tapi belum ada dokter yang keluar dengan membawa kabar baik tentang Jeanne. Lalu terdengar suara kursi roda sedang berjalan ke arah mereka. Arnold dan Felly pun menoleh, terlihat Salzano dengan pakaian pasiennya dan juga kantong infus dan darah di sebelahnya duduk dikursi roda dan di dorong oleh salah satu suster
"Maaf pak... Tapi segera setelah pasien tersadar, beliau ingin kemari"
"Baik sus, maaf merepotkan" ucap Arnold sambil membungkuk pada suster tersebut
Felly segera menghampiri Salzano dan memeluk salzano sambil menangis. Salzano membalas pelukan ibunya tersebut sambil mengelus lembut punggung ibunya
"Kau baik-baik saja Salzano?"
"Ya ayah"
Felly melepas pelukannya pada Salzano.
"Bagaimana dengan keadaan Jeanne yah?"
Arnold hanya diam kemudian menghela nafas panjang lalu berkata
"Dia masih belum keluar dari ruang operasi"
Salzano mengusap wajahnya kasar lalu menunduk merasa bersalah karena dia tidak tepat waktu untuk menyelamatkan adiknya tersebut.
"Maaf ayah"
Arnold yang melihat hal tersebut. Segera menenangkan Salzano yang mulai menitihkan air mata.
"Sudahlah... ayah juga salah. Kau baru saja siuman. Sekarang kembalilah ke ruanganmu dan beristirahat" ucap Arnold sambil memberi isyarat kepada bawahannya untuk membawa Salzano kembali ke ruangannya.
"Tidak ayah, aku ingin disini" ucap Salzano.
Tapi kemudian Felly berusaha menenangkan Salzano dan menasehatinya dengan lembut.
"Jeanne akan sakit, kalau melihat kakak yang disayanginya juga sakit sayang...."
"kakak juga harus istirahat..." ucap Jo sambil mengelus tangan kakaknya itu.
Mendengar hal tersebut, Salzano melunak dan pergi bersama Jo dan bawahan Arnold kembali ruangannya.
Arnold kembali menatap ruangan operasi dengan penuh harapan. Ibu Felly berusaha menguatkan Felly yang menangis tersedu-sedu sejak Salzano dan Jo pergi ke ruangan.
Di sisi lain, di meja ruang operasi, Jeanne terbaring tak berdaya.
para dokter yang berusaha mengeluarkan racun dari dalam tubuh Jeanne misalnya dengan mencuci semua darah Jeanne dengan alat cuci darah. Kemudian para dokter kembali memeriksa keadaan Jeanne setelah Jeanne selesai cuci darah.
Tapi sayangnya racun sudah masuk kedalam jantung dan merusak sebagian jantung Jeanne. Untuk mencoba mencoba mencegah racun semakin tersebar, para dokter melakukan pencucian darah lagi beberapa kali. Setelah selesai, para dokter mengambil sedikit sampel darah Jeanne untuk di tes ke laboratorium.
Saat menunggu tes hasil dari laboratorium. Dokter beberapa kali mengecek kondisi ginjal, paru-paru dan organ dalam Jeanne lainnya melalui alat kecil yang dimasukan ke tubuh Jeanne dengan cara membedah sedikit tubuh Jeanne dan kemudian memantau dari monitor. Untung saja tidak di temukan bercak ungu atau semacamnya di organ lainnya yang menandakan racun mulai menyebar. Jadi dokter segera mengeluarkan alat tersebut dan menjahit bagian yang tadi dibedah dengan benang medis.
Kemudian setelah 30 menit, hasil tes lab diantar oleh suster. Yang mengatakan kalau tidak ada racun atau zat aneh lain ada di darah Jeanne. Membaca hal tersebut, dokter segera menghela nafas lega. Lalu kemudian dokter tersebut menoleh ke arah suster dan berkata
"Tolong pindahkan pasien ke ICU dan pasang alat-alatnya. Jangan lupa untuk setiap sejam sekali mengecek kondisi pasien."
Suster mengangguk dan segera menjalankan perintah dari dokter dan memindahkan pasien ke ranjang pasien kemudian mendorong ranjang tersebut keluar dari ruangan operasi.
Di ruang tunggu UGD, Arnold, Felly, Ayah Felly dan Ibu Felly sedang menunggu dan duduk. Arnold sesekali memandang tulisan "Operasi" tersebut. Saat Arnold melihat untuk yang kesekian kali. Tulisan "Operasi" tersebut berwarna hijau, yang menandakan bahwa operasi tersebut berhasil.
Pintu UGD terbuka. Arnold dan Felly menghampiri dan melihat anak mereka, Jeanne tak sadarkan diri dengan selang oksigen ada di hidungnya.
Arnold, Felly dan mertua Arnold itupun mengikuti suster yang sedang mendorong ranjang Jeanne tersebut tanpa sepatah katapun.
Felly menahan tangisnya melihat anaknya tersebut. Suster mendorong sampai ke ruang ICU, suster lain mencoba menghentikan Felly dan Arnold yang mencoba masuk.
"Maaf bapak ibu tidak boleh masuk"
Felly mendengar hal itu sontak menangis dengan hebat dan hampir terjatuh untungnya Arnold segera memeluk Felly. Arnold berusaha menenangkan Felly. Kemudian berjalan ke ruangan sebelahnya. Suster membuka gorden ruangan dan menampakan Jeanne yang terbaring disana dengan berbagai macam alat di pasang di badannya.
Felly tidak kuat melihat hal tersebut dan pingsan. Arnold mendudukkannya di pangkuannya sambil menelfon
"Cepat kemari, Ibu pingsan"
Beberapa menit kemudian beberapa pengawal wanita datang. Dan para pengawal tersebut menggendong Felly keluar. Lalu Arnold menoleh ke ibu dan ayah mertuanya itu
"Ayah ibu silahkan istirahat, Arnold akan menjaga anak anak disini"
Ibu dan Ayah Felly mengangguk dan mengikuti pengawal wanita yang menggendong Felly keluar diikuti oleh beberapa pengawal sisanya.
Arnold duduk dan menelfon Karl, sang tangan kanan sekaligus asistennya itu
"Tolong bawakan setelah jas yang bersih"
Tuuuttt
Arnold menutup telfonnya tanpa berbicara lebih lanjut. Arnold berdiri dan menatap Jeanne dari balik jendela tersebut.
"Maafkan ayah sayang.... Ayah gagal menjagamu... "
Air mata Arnold yang dari tadi dia tahan, akhirnya keluar juga. Tidak ada orang lain yang melihatnya sehancur ini melihat anak perempuan kecilnya terbaring tak berdaya.
Arnold merosot kebawah dan terduduk di lantai. Rasa bersalahnya benar-benar memenuhi dirinya saat ini. Kegagalannya dalam melindungi anak-anaknya yang dia sayangi terus terngiang di kepalanya.
Beberapa menit kemudian, Karl sampai di Rumah sakit. Karena tidak tau dimana tuannya berada. Dia ke resepsionis untuk bertanya.
"Permisi sus"
"Iya pak? ada yang bisa saya bantu?"
"Apa ada wali dari pasien yang bernama Arnold D'Rioz Chevron?"
"Ah sebentar ya saya cek dulu"
Suster kemudian mencari nama tersebut di komputer nya.
"Iya pak... Beliau mungkin masih ada di gedung 2, ruang tunggu ICU."
"Baik sus, terimakasih"
"Sama-sama pak"
Segera setelah mendengar hal tersebut, Karl segera berlari menuju gedung 2. baru saja masuk tapi Karl sudah menemukan tuannya tersebut duduk di lantai.
"Pak.."
Arnoldpun yang mendengar dirinya di panggil, langsung mendongak keatas. Karl yang melihat wajah Arnold sangat kacau hanya bisa diam dan memberi hormat.
"Apa? Kau sudah membawa pakaianku?"
"Ya pak.."
"Mana... Aku ingin ganti pakaian"
Arnold berusaha bangkit dari duduknya dan berdiri dengan bertumpu pada tembok. Karl menyerahkan tas yang berisi setelan jas Arnold ke tangan Arnold.
Lalu dengan sempoyongan Arnold berjalan kearah toilet untuk berganti pakaian. Karl terkejut sampai membeku melihat tuannya, Arnold yang berjalan sempoyongan seperti tak bernyawa tersebut. Lalu Karl menoleh ke arah jendela tersebut dan melihat kalau Jeanne sedang terbaring disana.
Arnold kembali dari toilet dengan pakaiannya yang sudah rapi. Lalu saat Arnold melewati tempat sampah, tak lupa Arnold membuang baju kotor yang ada di tas tersebut.
"Bagaimana keadaan Nona, Tuan?"
"Belum ada konfirmasi lebih lanjut dari dokter." ucap Arnold sambil duduk di kursi depan ruangan ICU Jeanne.
Beberapa saat kemudian Dokter berjalan mendekati Arnold dan Karl. Arnold yang melihat hal tersebut segera berjalan mendekat ke dokter.
"Apa anda orang tua dari pasien bernama Jeanne?"
"Ya dok... Bagaimana keadaan anak saya.."
"Pasien mengalami gagal jantung akibat racun yang sudah mulai meyebar di jantungnya."
Arnold terdiam sejenak. Dokter menghela nafas berat lalu menepuk pundak Arnold
"Kondisi pasien juga masih kritis. tapi saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah kerusakannya lebih lagi"
"Baik dok terimakasih"
"Masih ada harapan untuk kesembuhan anak bapak. Dengan obat obatan yang saya resepkan nanti"
"Baik dok"
Dokter berjalan pergi meninggalkan mereka berdua. Arnold menatap kosong kearah Jeanne.
"Apa aku benar-benar gagal jadi ayah?" ucap Arnold
"Tuan, nona masih bisa sembuh dengan pengobatan, tuan tidak boleh lemah agar nona juga tidak sedih dan lekas sembuh"
Mendengar hal tersebut, Arnold mengepalkan tangannya kuat-kuat.
Disisi lain ada seseorang yang mendengar percakapan tersebut. Dia adalah Cecilia. Dia duduk di kursi roda. Dia sendiri yang kemari dengan usahanya.
Jeanne gagal jantung?
Cecilia terkejut dan sekaligus sedih melihat satu-satunya orang yang perduli padanya sakit. Cecilia kemudian bertekad untuk mengabdi pada Jeanne dan membalas budi. Dia keluar dari tempat persembunyiannya dan menghampiri Arnold.
"Pak..."
Arnold dan Karl menoleh kearah datangnya suara itu. Dan melihat ada gadis di kursi roda. Karl menghampiri Cecilia.
"Apa kau tersesat?"
"Tidak..."
"Lalu kenapa kamu bisa ada disini?"
"Aku ingin melindungi Jeanne dengan nyawaku. Mohon terima aku tuan.." ucpa tegas Cecilia.
Arnold melihat Cecilia yang tangguh itu dengan mata tajam. Lalu berkata
"Karl angkat dia menjadi anakmu"
Karl dan Cecilia mendengar hal tersebut kebingungan.
"Apa maksudnya tuan?"
"Latih dia"
Lalu Arnold menunjuk Cecilia
"Kau.. Buktikan kalau kau pantas untuk melindungi Jeanne"
Mendengar hal itu Cecilia sangat bahagia dan senang. Karl kemudian membawa Cecilia pergi dari sana. Cecilia hanya bisa diam dan menuruti Karl.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Parsih Nurul
lanjot dong kak 🥺🥺🥺🥺🥺😪😪😪😪😪😓😓😓😓
2023-04-14
1
Parsih Nurul
Next kak 😍😍😍😍🤗😚😚😚😚
2023-04-11
1