Keesokan harinya setelah sarapan, Jeanne
ada beberapa guru penguji dari sekolah datang ke Mansion keluarga Chevron. Mereka datang untuk menguji Jeanne apa pantas dia masuk ke International School. Jeanne yang masih bersiap-siap dikamarnya segera turun begitu mendengar dari pelayan bahwa guru penguji sudah datang.
Begitu sampai di aula utama, Jeanne melihat bahwa para penguji sedang berbincang dengan Arnold. Jeanne mempercepat langkahnya lalu mulai memberi salam ke para guru penguji
"Selamat pagi"
Sontak semua orang di aula tersebut menoleh ke arah Jeanne. Para guru tersebut memperhatikan Jeanne dari ujung kepala sampai ujung kaki. Lalu mulai menganggukkan kepalanya dan menatap satu sama lain.
"Baik Nona Chevron, silahkan duduk"
Mendengar perintah tersebut, Jeanne segera duduk di sofa dan menghadap ke para guru penguji tersebut.
"Apa nona sudah siap?"
"Iya pak"
"Baiklah, Tuan Chevron?"
"Ya?"
"Karena ruangan yang disiapkan bapak tadi sudah kami netralkan, Nona bisa masuk ke ruangan tersebut"
"Ah baiklah, masuklah ke ruang rapat ayah, Jeanne"
Jeanne mengangguk lalu berdiri. Tak lupa Jeanne memberi hormat pada guru pengajar dan mulai berjalan ke arah ruang rapat milik Arnold.
Setelah masuk dan duduk di kursi ruang rapat, guru penguji bernama [Louise Vernand] memberi alat-alat tulis seperti pensil, penghapus, bolpoin dan alas untuk mengerjakan tes. Setelah itu guru penguji lain masuk dan membagikan tes tersebut
"Waktunya 2 jam untuk setiap tes"
"Baik"
"Angkat tanganmu saat tes nya sudah kamu isi semua"
"Silahkan mengerjakan"
Setelah sang guru penguji tersebut keluar, masuklah 3 guru pengawas. Dan dengan begitu tes pun di mulai.
1 jam
2 jam
Jeanne menyelesaikan tesnya dan mengangkat tangannya. Salah satu pengawas keluar ruangan dan guru penguji masuk sambil mengambil tes yang sudah selesai dan berjalan pergi keluar ruangan. Beberapa saat kemudian guru lain masuk dan memberi tes lagi. Dan itu berulang terus dilakukan sampai semua tes hari ini selesai. Tes selesai jam 14.00
Jeanne bersyukur karena tadi dia sarapan sangat banyak jadi tidak terlalu lapar karena tes nya sampai sore. Kemudian mereka semua keluar ruangan itu dan di sambut oleh Felly.
"Nyonya untuk hari ini tes nya selesai, kami akan kembali lagi besok"
"Baik Pak terimakasih atas waktunya"
Para pengawas dan penguji itupun berjalan pergi dengan dipandu oleh beberapa pelayan.
Jeanne mendekat kearah Felly dan memeluk Felly. Kemudian Felly membalas pelukan Jeanne sambil mencium kening Jeanne
"Bu aku lapar"
"Hahaha baiklah, ayo kita makan"
Jeanne berjalan sambil memeluk Felly kearah ruang makan. Diruang makan tedengar seperti orang sedang menggunakan garpu dan sendok sedang makan. Dari kejauhan terlihat Jo sedang makan disana. Mendengar langkah kaki mendekat ke arah meja makan Jo berbalik dan melihat siapa yang datang.
Ibunya, Felly dan adik yang dia benci, Jeanne sedang berjalan kemari.
Jo menghela nafas kesal sambil kembali fokus makan siang.
"Jo sedang makan ya"
"Iya Bu.." jawab Jo singkat padat jelas.
Jeanne tidak berani menyapa dan mengusik Jo yang sedang makan, dia takut akan membuat Jo tidak nyaman. Jadi Jeanne duduk sangat jauh dari Jo. Felly melihat hal itu hanya bisa pasrah dan mendekati Jeanne serta duduk di kursi sebelah Jeanne.
"Mbak tolong siapkan makanannya" ucap Felly tegas. Kemudian para pelayan segera ke dapur dan menyiapkan makanan tersebut di atas meja. Para pelayan tersebut menyiapkan semua makanan kesukaan Jeanne. Jo yang melihat hal itu mulai kesal ditambah lagi ibunya terlihat sangat bahagia di dekat Jeanne dan tak melirik Jo sama sekali.
Klontang!
Pyaaarrr!
"Aku muak!"
Jo membanting garpu, sendok dan gelas lalu pergi dari ruang makan. Felly dan Jeanne serta para pelayan tersebut terkejut melihat perilaku Jo. Tapi kemudian Felly mengisyaratkan para pelayan untuk membersihkan kekacauan tersebut. Sedangkan Jeanne terdiam kemudian menunduk lesu
Padahal aku sudah menjauh, tapj kakak kelihatannya tetap tidak suka
Felly yang melihat Jeanne menunduk itu langsung mengelus kepala Jeanne dan menghiburnya
"Ayo makan sayang, mungkin kakakmu sedang lelah"
Jeanne hanya mengangguk menanggapi perkataan ibunya tersebut dan mulai makan.
Setelah makan siang selesai, Jeanne berjalan keluar kearah taman, tentu saja diikuti oleh beberapa pelayan. Jeanne duduk di bangku taman sambil melihat kearah depan. Tatapannya kosong. Dia tidak bisa memikirkan apapun di dalam kepalanya. Dia hanya ingin bermain bersama kakaknya tapi dia sama sekali tidak memahami itu. Setelah kurang lebih 30 menit melamun, tiba tiba tetesan air jatuh ke hidung Jeanne. Jeanne menatap kearah langit dan kemudian air hujan perlahan mulai jatuh ke wajahnya. Para pelayan yang terkejut segera berlari mengambil payung, sementara yang lainnya mencoba menutupi Jeanne dengan tangannya.
"Hahaha" Jeanne tertawa melihat tingkah para pelayan tersebut lalu mulai berlarian dibawah hujan. Tertawa gembira sambil berputar-putar dibawah air hujan. Pelayan yang membawa payung segera berlari dan mengikuti semua gerak gerik Jeanne.
"Jeanne!" Teriakan Arnold membuat Jeanne membeku dan menghentikan aktivitasnya. Jeanne menoleh ke arah Arnold. sedangkan Arnold mengisyaratkan Jeanne untuk segera kembali ke Mansion. Jeanne yang menatap Arnold segera berjalan ke arah Arnold dan tentu saja dengan di payungi oleh pelayan.
Setelah sampai di dekat Arnold dengan segera Arnold mencubit gemas Jeanne dan menggendongnya
"Dasar anak nakal, kau bisa sakit"
"Maaf ayah" ucap Jeanne sambil memeluk ayahnya tersebut. Sambil menggendong Jeanne, Arnoldpun masuk ke mansion. Dan diikuti oleh para pelayan.
Di sisi lain, Jo yang melihat h tersebut hanya bisa mengepalkan tangannya kuat kuat.
"Bahkan kalau aku menghilang, sepertinya mereka tidak akan mencari ku"
"Hahaha Luar biasa Jeanne! Sungguh Luar biasa!"
Jo yang ada di atas pohon itu bertepuk tangan sambil tertawa aneh. Dibawah guyuran hujan itu Jo terlihat seperti malaikat berjiwa iblis.
"Aku tidak akan memperdulikanmu dan menganggapmu adikku"
"Selamanya!"
Jo turun dari pohon dan langsung masuk mansion juga dengan tatapan tajamnya yang seolah bisa menembus jantung manusia yang menatapnya
Keesokan harinya tes kembali dilaksanakan dengan sistem yang sama tapi dengan guru yang berbeda. Dan tentu saja Jeanne bisa melalui semuanya tanpa adanya hambatan atau kesulitan apapun. Dan tes tersebut berjalan selama 4 hari berturut-turut. Dan selesai dengan lancar.
Di hari terakhir tes
"Selamat sudah menjalankan hasil tesnya, kami akan segera menghubungi dan memberitahu hasil tesnya" ucap salah satu penguji
"Baik" ucap Arnold
Kemudian para penguji itu pergi dari mansion dengan dipandu oleh pelayan.
"Hah~ Leganya~" ucap Jeanne sambil merenggangkan otot-ototnya
Arnold menepuk kepala Jeanne pelan sambil berkata
"Kerja bagus"
Itu membuat Jeanne senang lalu mulai memeluk ayahnya tersebut. Jo yang melihat mereka dari lantai 2 hanya bisa diam dan menatap mereka dengan mata kesal.
"Bukankah itu terlalu berlebihan? Dulu saat guru memanggil ayah, malah yang datang Karl, memangnya Karl orang tuaku?" ucap Jo sambil meninju pegangan tangga dan kemudian pergi meninggalkan mereka.
Jeanne yang merasa seperti ada yang memperhatikannya kemudian mendongak keatas
Hm... Seperti ada kak Jo sedang memperhatikan kami
Tapi Jeanne tidak menemukan siapapun diatas sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments