Flash back off
Teressa membawa obat tersebut dan kembali berjalan ke tempat dimana Jeanne berada. Sudah hampir 3 bulan Teressa berada di sisi Jeanne. Jeanne yang periang juga mudah untuk beradaptasi dan sangat ramah. Itulah yang membuat mereka berdua cepat akrab. Tapi Jeanne tentu saja tidak ingat pada Teressa yang dulu. Kemudian Teressa menghampiri Jeanne dan mulai mendorong kursi roda Jeanne. Jeanne yang sadar kursi rodanya bergerak kemudian mendongak
"Ah sudah selesai?"
"Ya nona" jawab Teressa sambil tersenyum.
"Kalau begitu kita makan dulu yuk"
Mendengar hal itu Teressa mengangguk kemudian menoleh ke 2 bodyguard lainnya itu. Kemudian mereka menuju ke tempat parkir rumah sakit dan segera pergi ke rumah makan untuk makan siang. Teressa mengetik di ponselnya untuk melaporkan posisi mereka selanjutnya
Kami mampir untuk makan siang di restoran X karena nona lapar.
Teressa kemudian menoleh kearah Jeanne yang sedang tertidur sambil bersandar di bahu Teressa. Jeanne lebih muda 2 tahun dari Teressa dan kemarin Karl bilang pada Teressa kalau Jeanne akan masuk SMP. Sebagai seorang bawahan tentu saja Teressa tidak bisa membuat Jeanne mengubah keputusannya tapi jujur saja dia mengkhawatirkan Jeanne. Jadi Teressa memutuskan untuk masuk SMP yang sama dengan Jeanne.
Mobil sudah berhenti di restoran X dan mereka masuk dan langsung makan siang. Teressa dan Jeanne terlihat sangat akrab dan orang akan mengira mereka itu kakak adik. Setelah selesai Jeanne dan Teressa kembali ke mobil dan pulang ke mansion keluarga Chevron. Ketika memasuki aula terdengar keributan dari arah ruang tamu keluarga Chevron tersebut. Lalu dari arah sana juga, keluarlah Jo dengan angkuhnya berjalan mendekati Jeanne yang duduk di kursi roda tersebut.
"Kau!!" Jo menunjuk Jeanne dengan jarinya. Sontak hal tersebut membuat Jeanne dan Teressa terkejut. Teressa langsung berdiri di depan Jeanne, untuk menghalangi Jo yang sedang emosi itu
"Kak? Ada apa?"
"Jangan sok polos! Kau! Kenapa kau harus masuk ke SMP yang sama denganku!" Teriak Jo kencang.
Jeanne juga sama terkejutnya dengan apa yang dikatakan oleh Jo mendengar Jo yang teriak-teriak, Arnold dan Felly berjalan kearah Jeanne dan Jo berada.
"Ah aku akan meminta ayah unt---"
"Percuma! Mereka sangat menyayangimu! Mereka tidak akan melakukan hal itu"
Jo berjalan keluar dan
Buaghhh!
Pyaaarrr
Jo menendang pot besar sebelum dia keluar dari Masion. Jeanne hanya menunduk. Kemudian Arnold dan Felly mendekati Jeanne dan mengelus tangan Jeanne lembut. Felly memberi isyarat pada Teressa untuk pergi. Teressa mengangguk dan mulai berjalan menuju pintu keluar.
Arnold menggendong Jeanne dari kursi roda itu menuju kamar Jeanne. Dia mendudukkan Jeanne di kasurnya.
"Istirahatlah sayang" ucap Felly sambil mencium kening Jeanne. Tapi kemudian Jeanne mencekal tangan Felly dan kemudian Felly berbalik begitu juga Arnold.
"Apa aku boleh tidak sekolah disitu Bu?
"Kenapa?"
"Karena aku tidak ingin Jo terbebani olehku"
Felly menghela nafas kemudian memeluk Jeanne sambil berkata
"Sekolah adalah keinginanmu, mungkin saat kalian bersekolah di tempat yang sama, Jo bisa kembali seperti dulu lagi..."
"....."
Melihat Jeanne yang murung itu, Arnold segera berbicara
"Oh ya.. ayah baru dapat pesan dari Teressa"
"Eh?"
"Katanya dia juga akan bersekolah bersamamu"
Mendengar hal itu Jeanne seketika tersenyum dan kembali ceria. Arnold mengelus kepala Jeanne yang ceria itu sambil berkata
"Minumlah obatmu dan kemudian tidurlah, kita akan bicara lagi besok"
Setelah membantu Jeanne meminum obatnya, Arnold dan Felly berjalan keluar dari kamar Jeanne dan Jeanne pun berbaring di kasurnya bersiap untuk tidur. Jeanne memejamkan matanya dan kemudian tertidur
"Zzzzzzzzzz"
****************
"Ugh"
Nafas Jeanne mulai tidak teratur, kernyitan di dahinya terbentuk dengan jelas. Kelihatannya dia sedang bermimpi buruk.
Jeanne melihat siluet orang itu kemudian dia mendekatkan mulutnya ke telinga Jeanne. Keringat Jeanne mengucur dengan sangat deras.
Nona kecil....
Kalau kau tidak meminum racun ini....
Kembaranmu akan menggantikanmu...
Patuhlah yaa...
Hahahahaha..
Jadilah anak yang pintar nona kecil ..
hahahaha...
Jeanne ketakutan, dia mendengar suara orang itu bergema di telinganya. Kemudian orang itu meminumkan racun itu secara paksa ke Jeanne. Kemudian Jeanne terbangun dari tidurnya. Nafasnya berpacu dan detak jantungnya berdegup sangat kencang
"Ugh... Ha... Ha... Ha..."
Perlahan Jeanne kembali menstabilkan tubuh dan nafasnya. Jeanne mengambil tisu yang ada di laci sebelah kasurnya dan mengelap Jeanne.
Jeanne menoleh kearah jendela, terlihat ada sedikit ada celah disana. Cahaya matahari menyelinap masuk ke dalam kamar Jeanne.
"Sudah pagi ya..."
Jeanne memikirkan lagi mimpi itu. Tapi entah kenapa beberapa bulan ini, mimpi itu datang setiap kali Jeanne tertidur. Jeanne diam sejenak sambil menatap kearah jendela itu. Kamarnya benar-benar sangat gelap dan hanya cahaya matahari yang meneranginya. Kemudian alarm di mejanya berbunyi, menunjukan jam 06.30
Jeanne ingin tetap merahasiakan rahasia itu, karena ingatannya saat itu kabur, jadi Jeanne tidak yakin apa itu ancaman Axel atau imajinasinya saat masih anak-anak yang ketakutan.
"Hah~"
Kemudian nih Jeanne mulai turun dari tempat tidurnya dan berjalan pelan ke kamar mandi untuk mandi. Badannya masih sangat lemas karena itu saat di rumah sakit dia memakai kursi roda. Setelah selesai mandi dan ganti baju, Jeanne keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang makan. Sambil berjalan ke ruang makan Jeanne sambil berpikir tentang mimpi itu.
Sesampainya diruang makan Jeanne menyapa Arnold, Felly dan juga Salzano dengan ceria yang sedang duduk di ruang makan sambil menunggu para pelayan mempersiapkan sarapan paginya.
"Selamat pagi ayah ibu dan kakak"
Arnold, Felly dan Salzano pun membalasnya dengan senyum manis menghiasi wajahnya.
"Selamat pagi"
"Selamat pagi sayang"
"Pagi Jeanne"
Kemudian pelayan mempersilahkan duduk Jeanne dan menarik kursi Jeanne agar Jeanne bisa duduk dengan nyaman.
"Bagaimana tidurmu sayang?"
"Sangat nyenyak Bu..."
"Syukurlah"
Mereka terlihat sangat harmonis, mereka berbincang-bincang di meja makan sambil para pelayan melayani mereka makan.
Tap tap tap
Suara langkah kaki terdengar nyaring di Mansion besar itu, Jo berjalan menuruni tangga dan berjalan pergi melewati ruang makan begitu saja tanpa menoleh maupun menyapa kedua orang tuanya. Sekilas Jeanne melihat Jo yang sangat gagah memakai seragam SMA nya. Kenapa SMA? padahal Jo lebih muda daripada Teressa? Jo baru berusia 12 tahun tapi dia anak yang sangat sangat jenius. Dia melompati SD dan SMP dengan mudahnya hanya dengan 4 tahun belajar. Gurunya pun yang merekomendasikan Jo untuk lompat kelas karena menurut guru tersebut Jo terlalu cerdas dan jenius untuk belajar 1n+n\=x-10. Jadi mendengar hal tersebut, Arnold segera mendaftarkan Jo ke SMA populer. Walau Jo masih berumur 12 tahun tubuhnya juga tidak sekecil anak biasa karena Arnold mendidik fisik dan mentalnya.
Arnold hanya menghela nafas sambil menatap Jo pergi. Jeanne kebingungan dengan hal itu lalu Jeanne bertanya
"Ayah? Bagaimana denganku?"
Mendengar putrinya bertanya dengan polosnya. Arnold langsung menjawab dengan senyum dan deheman.
"Ehem... Ayah sudah melakukan "Hal" agar kamu melewati masa MOS."
"Iya.. Tapi kamu harus berusaha besok untuk lulus ujian dengan nilai tinggi"
Mendengar jawaban ayah dan ibunya, Jeanne makin bersemangat dan tidak sabar untuk masuk kesekolah yang sama dengan Jo. Tapi disisi lain, masuk ke SMA yang sama dengan Jo, juga membawa malapetaka bagi semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments