Saat kembali ke mansion, Jeanne yang sedang tertidur pulas itu digendong oleh salah satu bodyguard masuk ke dalam mansion. Arnold yang melihat hal itu segera berjalan ke arah bodyguard tersebut dan mengambil Jeanne yang sedang tertidur dari gendongan bodyguard tersebut.
Setelah mengoperkan Jeanne ke Arnold, bodyguard tersebut langsung membungkuk dan pergi dari hadapan Arnold. Arnold yang menata putri kecilnya itu tertidur pulas, tersenyum lalu mencium kening Jeanne sambil menggendongnya ke arah kamar dan menidurkan Jeanne di tempat tidurnya.
Teressa yang sedari tadi mengikuti Arnold dan Jeanne di belakang dengan membawa dua gitar itu menaruh gitarnya di sebelah tempat tidur Jeanne lalu pamit undur diri dari hadapan Arnold.
Setelah memastikan Jeanne tidur dengan nyenyak dan nyaman, Arnold berjalan ke arah pintu dan menutup pintu secara pelan-pelan agar Jeanne tidak terbangun.
Setelah itu Arnold berjalan menaiki lift dan menekan tombol rooftop pada tombol lift.
Kemudian lift berjalan begitu saja menuju ke rooftop mansion.
Ting....
Pintu lift terbuka, angin yang berhembus masuk menusuk ke kulit Arnold. Arnold pun berjalan keluar dari lift tersebut sambil mengambil sebuah cerutu dan korek api.
Pshh...
Arnold menghisap dan menghembuskan asap dari jerawat tersebut sambil berjalan ke arah gazebo.
Dari kejauhan terlihat seorang anak laki-laki sedang membaca sebuah buku yang lumayan tebal dengan kacamata yang terpasang sempurna di hidung yang mancung.
Anak tersebut adalah Jo, mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya, Jk kemudian mendongak dan melihat ayahnya yang sedang berjalan ke arahnya itu dengan menghisap cerutu itu.
Jo hanya bisa mendesah dan menghela nafas panjang melihat kelakuan Arnold tersebut sambil kemudian kembali menundukkan kepalanya untuk membaca buku yang ada di hadapannya
Arnold kemudian duduk di kursi depan Jo, beberapa kali Arnold menghembuskan asap dari cerutunya tersebut, sambil mendongak ke atas melihat langit malam yang sangat gelap tanpa ada bintang ataupun bulan itu
"Hah~ Ayah merokok dihadapan anak dibawah umur"
Mendengar perkataan Jo, Arnold kemudian menatap anaknya tersebut sambil mengangkat salah satu alisnya.
"Ya baiklah"
Kemudian Arnold mematikan cerutunya dan membuangnya ke tempat sampah yang ada di sebelah bawah Arnold. Jo yang melihat tingkah ayahnya tersebut hanya bisa tersenyum tipis, bahkan orang lain pun tidak akan mengira kalau Jo sedang tersenyum
Kemudian Jo menutup bukunya sambil mulai membenarkan posisi duduknya lalu menatap ayahnya yang ada di depannya tersebut dengan raut wajah seriusnya.
"Jadi kenapa ayah memanggilku ke sini?"
Arnold yang tadinya sedang bersandar santai duduk di kursi tersebut kemudian langsung duduk dengan tegap sambil menatap anaknya tersebut.
"sepertinya sudah saatnya kamu ujian atau menerima pelajaran sebagai seorang suksesor atau pewaris semua bisnis mereka ayahmu ini"
Mendengar perkataan Arnold, dengan santainya Jo kemudian duduk dengan santai sambil menaikkan kakinya ke atas paha kakinya yang lain.
"Kenapa? Apa ayah mengidap kanker sampai harus segera mewariskan [itu] padaku?
Arnold tertawa mendengar hal itu, kemudian dia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Jo kemudian memegang pundak ijo sambil membungkuk dan membisikkan kata-kata ke telinga Jo.
"Haha... Kenapa kau mengatakan hal semengerikan itu..."
"Yah karena ini terlalu mendadak" ucap Jo sambil mendongak ke atas melihat ayahnya tersebut
Angin malam berhembus ringan menghembuskan rambut Arnold dan juga Jo.
rambut mereka berdua menari-nari di tengah keheningan mereka.
Jo yang mulai kebingungan dengan sikap ayahnya tersebut kemudian kembali menundukkan kepalanya dan menatap kedepan.
"Yah... Kalau itu maumu.. Apa bisa aku menolak... Aku akan membuatmu mati dengan bahagia" ucap Jo
Kemudian Jo menyingkirkan kedua tangan Arnold yang sedari tadi di pundaknya dan kemudian beranjak dari tempat duduknya dan tak lupa dia juga membawa buku tersebut sambil berjalan kearah lift
Sementara Arnold hanya bisa menatap anaknya tersebut yang perlahan menjauh dari pandangannya. Setelah Jo menghilang bak ditelan oleh lift tersebut Arnold kembali mengeluarkan cerutunya dan menyalakannya
"Ha~ Kenapa anak itu begitu kaku sekarang"
Arnold kemudian berjalan ke arah pinggiran mansion keheningan menyapanya yang sendirian berdiri di atas sana angin yang beberapa kali berhembus bak penghantam tubuh kekarnya.
"Apa ini keputusan yang bagus?"
......................
Ting~
Lift terbuka dan Jo sampai di lantai 2 kemudian tanpa babibu berjalan kembali ke kamarnya. Jo kemudian menaruh buku tersebut di rak buku yang ada di kamarnya kemudian berjalan ke arah ranjang tempat tidurnya yang berukuran king size tersebut
Brak!!
Jo menghempaskan tubuhnya ke kasur yang empuk itu sambil memejamkan matanya
"Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh pak tua idiot itu"
Jo beberapa kali menghela nafas panjang beberapa kali sebelum akhirnya dia membuka matanya. Pikirannya sekarang benar-benar kacau tapi dia sendiri kebingungan dengan apa yang dia pikirkan.
"Argh!"
Jo berteriak untuk melepaskan kekesalannya entah untuk apa kekesalannya tersebut. Jo sendiri tidak tahu tapi kadang pikirannya dipenuhi dengan hal-hal yang seharusnya tidak dia pikirkan di usianya yang masih muda itu atau berandai-andai tentang sesuatu.
Kemudian dia segera bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah balkon serta membuka gorden balkon kamarnya tersebut.
Jo miringkan kepalanya sedikit karena kebingungan melihat pemandangan yang ada di depannya.
Sebuah gitar transparan dengan bandul lucu di ujungnya terpampang jelas di depannya. dengan ragu kemudian Jo membuka balkon dan berjalan ke arah gitar tersebut.
Jo mengambil gitar tersebut lalu ada sebuah surat berwana putih terselip diantara senar gitar tersebut.
Jo mengambilnya dan kemudian membuka surat tersebut kemudian mulai membaca isi surat tersebut.
Hadiah kecil dariku! Jangan terlalu memikirkan hal yang tidak-tidak! Jangan lupa dimainkan!!
[Salz]
"Hah~ dasar kakak bodoh"
Jo meremas surat tersebut lalu membuangnya keluar dari balkon. Kemudian Jo melihat ke arah gitar pemberian "Salzano" tersebut sambil tersenyum.
Kemudian Jo duduk di kursi balkonnya sambil mencoba memainkan gitar tersebut. beberapa kali Jo berusaha memainkan lagu favoritnya menggunakan gitar tersebut tapi beberapa kali itu juga dia gagal.
"Sial aku harus belajar memainkan gitar ini"
Kemudian Jo segera mengeluarkan ponsel dari saku kanannya dan mencari tutorial bagaimana cara memainkan gitar. tapi kemudian Jo melihat bandul gitar dan juga bunga sakura yang sudah ia pasang di ponselnya tersebut.
"...."
Dengan ekspresi datarnya, kemudian Jo mulai mengikuti tutorial cara memainkan gitar tersebut walau keadaan saat itu sudah lewat tengah malam.
Beberapa kali nada sumbang terdengar jelas keluar dari gitarjo dan juga Jo mulai menyerngitkan keningnya karena kesal.
"Benda ini sangat sulit dimainkan"
Menyerah memainkan gitar tersebut, Jo kemudian membawa gitar tersebut masuk dan menutup pintu balkonnya kemudian menaruh gitar tersebut di samping tempat tidurnya dan kemudian Jo pun tertidur karena malam mulai larut dan udara mulai dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments