Bab 17

Ceklek. . .

Wow. . .

Berapa terkejutnya aku saat membuka pintu, melihat Selva yang sedang tertidur nyenyak di meja kerjanya. Ingin sekali aku membangunkan dan memarahi nya, namun ada hal yang lebih penting yang harus aku urus.

"Astaghfirullah anak itu, bener-bener bikin pusing aja kerjanya." Ucap ku sambil menggelengkan kepala dan berjalan menuju sofa.

"Biar saya bangunkan saja Bu." Usul Sekretaris Dian melangkah mendekati Meja Kerja Selva.

"Ngga perlu Dian, biarin aja dia tidur. Sepertinya dia bener-bener kurang tidur, sampai kita datang pun dia tidak bangun!" Ucap ku melarang Sekretaris Dian untuk membangunkan Selva.

"Baik Bu." Ucap Sekretaris Dian yang langsung berhenti berjalan.

"Lebih baik kamu panggil OB, minta anterin minum sama cemilan. Pakai telpon di meja Selva, setelah itu kita bahas hasil meeting tadi." Ucap ku pada Sekretaris Dian.

"Baik Bu." Ucap Sekretaris Dian sambil mendekati meja kerja Selva dan menghubungi Bagian Pantry.

Tut. . . Tut. . .

[Tolong siapkan jus jeruk 2 dan cemilan ke Ruang Direktur, sekarang] Ucap Sekretaris Dian di telpon.

[ . . . .]

[Terimakasih.] Ucap Sekretaris Dian dan menutup telponnya, kemudian berjalan menghampiri ku di sofa.

"Duduk, ada yang ingin saya tanyakan." Tanya ku pada Sekretaris Dian.

"Silahkan Bu, jika mampu saya akan menjawabnya." Jawab Sekretaris Dian.

"Sudah berapa lama kita bersaing dengan PT. ABC?" Tanya ku lagi.

"Sudah sekitar 2 tahun terakhir ini Bu! Bahkan beberapa investor kita pun, ada yang bergabung dengan mereka. Namun hanya bertahan setengah tahun dan mereka kembali lagi mengajak kita untuk bekerja sama." Ucap Sekretaris Dian yang mulai menjelaskan.

"Apakah setiap kalian melakukan pertemuan, Mas Tio selalu hadir bersama wanita itu?" Tanya ku penasaran atau lebih tepatnya cemburu melihat kedekatan Mas Tio dengan wanita lain.

"Tidak, Bu! Biasanya Pak Tio datang dengan rekan laki-laki dan mungkin sekitar 1 tahun ini saja Bu mereka datang bersama." Ucap Sekretaris Dian menjelaskan kembali.

"Lalu mengapa para investor yang sudah bergabung dengan mereka, memilih kembali kepada kita?" Tanya ku aneh, karena tidak mungkin para investor dapat dengan mudah mengambil kembali dana mereka yang sudah di keluarkan dalam waktu hanya 6 bulan saja.

"Untuk itu, saya tidak tahu Bu. Karena saat saya menanyakannya, mereka selalu berkata, tidak puas dengan PT. ABC. Namun, saya juga tidak mengerti dengan maksud tidak puas itu yang seperti apanya." Ucap Sekretaris Dian, yang kemudian terhenti, karena ada yang mengetuk pintu.

Tok. . . Tok. . . Tok. . .

"Masuk." Teriakku dari dalam.

Ceklek. . .

"Permisi Bu, saya mau mengantarkan pesanan ibu." Ucap OB.

"Iya terimakasih, tolong simpan di meja." Ucap ku kepada sang OB, kemudian dia pun merapikan pesanan kami di meja.

"Sudah selesai Bu, ada lagi yang ibu butuhkan?" Tanya OB pada ku.

"Tidak ada, terimakasih." Ucap ku ramah.

"Baik kalau begitu, saya permisi dulu Bu." Pamit sang OB.

"Silahkan." Ucap ku, dan kemudian OB itu pergi meninggalkan Ruangan.

"Iya sudah kita bahas mengenai meeting tadi saja!" Ucap ku sambil membuka berkas meeting tadi, kemudian mengambil minuman.

"Saya sudah menuliskan poin-poin pentingnya, habis ini saya akan membuat laporannya. Mungkin ada yang ingin ibu tambahkan?" Tanya Sekretaris Dian, sambil menyerahkan iPad nya kepada Ku.

Aku pun membaca semua nya, dan memberikan sedikit koreksi.

"Pergantian bahan bangunan yang saya minta belum kamu tuliskan, tolong nanti kamu tambahkan dan juga minta bagian perencanaan menghadap saya. Jangan lupa hubungi Sekretaris Pak Wijaya untuk menanyakan perihal kontrak kerja sama kita dengan mereka." Ucap ku sambil membaca dan mengingat apa lagi yang harus di lakukan.

"Baik Bu! Ada lagi?" Tanya Sekretaris Dian sambil menulis kembali di buku catatannya.

"Besok kamu jadwalkan meeting dengan Tim A yang menangani proyek ini, saya ingin hasil nya maksimal! Kita harus bisa memaksimalkan semua proyek yang kita kerjakan, jangan sampai klien kita kecewa." Ucapku pada Sekretaris Dian.

"Baik Bu! Saya akan menjadwalkan meeting dengan Tim A, sehabis makan siang. Besok pagi-pagi ibu ada meeting dengan klien Singapura." Ucap Sekretaris Dian membacakan jadwal kegiatan ku.

"Oke kamu atur aja semuanya! Ayo di minum dulu, kita santai aja dulu. Sambil nungguin yang lagi tidur, nyenyak banget itu anak." Ucap ku sambil menggelengkan kepala, melihat Selva yang tidur nyenyak di meja kerja.

"Iya Bu, sepertinya Bu Selva mengantuk sekali. Sampai tidak sadar kita ada di sini, bahkan tadi saya menggunakan telpon pun tidak bangun Bu." Ucap Sekretaris Dian sambil mengambil minuman di meja.

"Iya anak itu, mau sampai kapan dia seperti ini? Apa begini kelakuan dia sehari-hari?" Tanya ku penasaran.

"Ngga tiap hari Bu, tapi pasti seminggu sekali begini. Datang ke kantor siang, pulang cepat dan kadang lupa ketemu klien." Adu Sekretaris Dian yang menceritakan tentang kelakuan Selva.

"Iya ampun pasti kamu kewalahan banget iya ngadepin Selva? Maafkan saya iya yang jarang banget ke sini!" Ucap ku penuh sesal.

"Tidak apa-apa bu! Ini juga sudah jadi kewajiban saya, ibu tidak udah khawatir. Kan sekarang ada ibu, jadi saya bisa lebih bernafas. Hehe. . ." Ucap Sekretaris Dian sambil terkekeh.

"Terimakasih banyak iya Dian! Kamu tenang saja iya, saya akan membantu kamu mulai sekarang. Biarin aja Selva dia mau kaya gimana juga, saya sudah puding. Hanya kamu yang bisa saya percaya. Tolong jangan khianati saya iya!" Ucap ku sambil menggenggam tangan Sekretaris Dian.

"Sama-sama Bu! Insyallah saya akan menjaga kepercayaan ibu kepada saya dan mohon maaf apabila saya ada salahnya." Ucap Sekretaris Dian tulus.

"Iya Dian! Kita harus bikin perusahaan ini semakin maju iya! Tolong bantu dan dampingi saya terus." Ucap ku tulus sambil memohon.

"Pasti Bu, saya akan selalu mendampingi ibu. Karena hanya ibu yang selalu ada, disaat saya benar-benar terpuruk." Ucap Sekretaris Dian sendu, mengingat kejadian dulu.

"Sudah jangan diingat lagi, sekarang kamu sudah sukses dan bahagia. Lupakan yang lalu, buktikan kamu bisa. Oke!" Ucap ku memberi semangat.

"Terimakasih banyak iya Bu." Ucap Sekretaris Dian dengan mata berkaca-kaca, kemudian aku pun bangun dari duduk ku dan memeluk Sekretaris Dian yang sudah berlinangan air mata.

"Kalau ada apa-apa, langsung beritahu saya. Saya orang pertama yang akan berdiri paling depan untuk membela kamu." Ucap ku sambil menepuk pelan punggung Sekretaris Dian, berusaha menenangkannya.

Ingatanku berkelana saat 10 tahun yang lalu di mana aku pertama kali bertemu dengan seorang gadis dengan banyak luka di sekujur tubuh nya dan menggigil kedingininan di pinggir jalan.

Saat itu aku sedang dalam perjalanan menuju rumah bersama sopir ku, karena tak tega aku pun membantu dan membawanya ke Rumah Sakit. Gadis itu adalah Dian, yang menjadi Sekretaris ku saat ini.

Gadis malang itu, menjadi korban ke kerasan ayah tirinya. Yang selalu menyiksa nya, jika dia tidak membawa pulang uang. Bahkan tak jarang dia tidak di berikan makan.

Miris sekali aku melihat keadaannya, hingga aku meminta izin kepada kedua orang tua ku untuk membantunya. Aku pun merawat nya di Rumah Sakit dengan penuh kasih sayang, hingga akhirnya dia luka fisiknya sembuh.

Namun, ternyata dia mengalami trauma berat. Sehingga harus beberapa kali bertemu dengan psikolog, demi kesembuhan nya. Tak pernah lelah aku mendampinginya, melewati masa-masa sulit itu.

Aku hanya berharap dia segera sembuh dan segera bangkit kembali. Perjuangan ku pun tidak sia-sia, setelah 1 tahun kami berjuang bersama. Akhirnya, Dokter menyatakan Dian telah sembuh.

Dan kami semakin dekat, seperti adik dan kakak. Orang tua ku pun menyekolahkan Dian, dan memberikannya kasih sayang seperti anak mereka sendiri. Hingga kini kami selalu bersama.

Dian selalu merasa berhutang budi kepada keluarga ku, sehingga dia mendedikasikan dirinya untuk keluarga kami. Padahal kami selalu menganggap nya bagian keluarga kami sendiri.

Terpopuler

Comments

Yunie Herma

Yunie Herma

up dong

2023-04-25

1

lihat semua
Episodes
1 Bab I
2 Bab II
3 Bab III
4 Bab IV
5 Bab V
6 Bab VI
7 Bab VII
8 Bab VIII
9 Bab IX
10 Bab X
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Bab I
2
Bab II
3
Bab III
4
Bab IV
5
Bab V
6
Bab VI
7
Bab VII
8
Bab VIII
9
Bab IX
10
Bab X
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!